All Chapters of Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda: Chapter 61 - Chapter 70
460 Chapters
Kekecewaan Albert
Di sisi lain, Albert ternyata mendadak harus terbang keluar kota bersama Mike. Dan karena terburu-buru mereka lupa membawa ponsel yang saat itu memang terletak di atas meja dalam ruangan Albert. Itu sebabnya, tidak satu pun dari mereka yang tau dan mengangkat panggilan telepon dari Olivia tadi. Setelah satu jam mengurus klien penting, mereka segera kembali. Untuk urusan mendadak dan darurat seperti ini, Albert selalu menggunakan jet pribadinya. Saat tiba kembali di Kantornya, Albert dan Mike menyadari bahwa ponsel mereka tertinggal. Saat melihatnya, Albert dan Mike saling berpandangan. Karena ada masing-masing tiga panggilan tak terjawab dari nomor Olivia.  "Mike, ayo segera pulang," ucap Albert memberi perintah. "Baik, Tuan Muda." sahut Mike patuh. Mereka kembali ke parkiran dan Mike dengan cepat mengemudikan mobil, melaju di tengah-tengah kemacetan yang sedang melanda. Ya, jam tujuh malam memang rawan sekali dengan kemacetan. Berkat keahlian Mi
Read more
Babak Baru Dalam Hidup Olivia
Di saat Olivia merasa hidupnya tak berharga lagi, ia ingin kembali ke rumah orang tuanya. Namun, saat di perjalanan mobil Olivia mengalami kecelakaan. Ada mobil yang sengaja menabraknya. Kondisi jalan yang sepi, membuat tak ada seorang pun yang tau tentang kecelakaan itu. Di saat Olivia hampir saja kehilangan kesadarannya, terdengar suara pria memanggil namanya dengan panik. "Olive, bangun lah. Sayang, aku akan menyelamatkanmu dan membawamu pergi jauh darinya." ucap pria yang tak lain adalah Tristan. "Al-bert..." lirihnya sebelum akhirnya Olivia kehilangan kesadaran. Meski terluka, karena di saat kritisnya pun Olivia masih menyebutkan nama Albert, namun Tristan tetap sigap membantu Olivia dari kecelakaan maut itu. Dengan bekal ilmu medis yang ia miliki, Tristan berhasil melakukan pertolongan pertama pada Olivia, hingga ia di bawa ke Rumah Sakit yang terpencil. Tristan yang kebetulan lewat hendak mengunjungi orang tua Olivia, melihat kecelakaan itu. Da
Read more
Lahirnya Sepasang Bayi Kembar
Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Saat ini, usia kandungan Olivia sudah sembilan bulan. Dan menurut perkiraan Dokter Kandungan, bayi-bayi itu akan lahir sekitar satu minggu lagi. Olivia yang sudah sulit berjalan dan bernapas, karena besarnya perut yang berisi dua bayi itu, tak bisa melakukan aktifitas apapun lagi. Tristan dengan sabar dan tulus merawat Olivia. Para tetangga juga sangat baik pada mereka. Tinggal di sebuah desa terpencil, memang membosankan. Tapi di sini Olivia merasa sangat nyaman dan tenang. Itu juga bagus untuk masa-masa kehamilannya. Penduduk desa sangat ramah dan sopan. Mereka sering mengunjungi Olivia saat Tristan sudah berangkat Dinas. Takut jika Olivia sendirian di rumah dan terjadi apa-apa, tapi tidak ada yang mengetahuinya. Jadi para tetangga sering sekali berkunjung secara bergantian. Mereka juga membawakan makanan yang memang sengaja dibuatkan untuk menambah asupan gizi Olivia selama masa mengandung. Sikap warga yang baik dan ramah p
Read more
Zacky dan Zahra
Setelah seminggu pasca melahirkan, Olivia sudah bisa menggendong dan menyusui bayi-bayinya. Meski ASI-nya tak pernah cukup untuk si kembar yang ternyata sangat lahap dan ingin terus menyusu. Akhirnya, Olivia menyerah pada niatnya yang ingin memberikan full ASI pada si kembar sampai usia enam bulan. Atas saran Bibi Ane dan juga Tristan, juga memikirkan kesehatan bayi-bayinya, Olivia memberikan susu formula sebagai asupan tambahan selain ASI. Setelah Tristan berangkat ke klinik, Bibi Ane akan datang untuk membantu Olivia merawat bayinya. Bibi Ane sudah seperti Ibunya sendiri, Olivia bebas mengatakan dan mencurahkan apa saja pada Bibi Ane. Begitu pula dengan Bibi Ane, ia merasa bahagia bisa dekat dengan Olivia dan di izinkan untuk turut merawat bayi mungil itu. "Zack, sambung dengan susu formula saja ya, Nak. Adikmu juga ingin ASI Mami. Kalian harus saling berbagi." ucap Olivia pada bayi laki-laki dalam dekapannya itu.  Olivia melepaskan pagutan gus
Read more
Kesepian Albert
Sementara itu Albert, menatap semua wanita yang di jumpainya dengan kebencian. Ia menganggap tak ada wanita yang tulus di dunia ini. Semuanya hanya mengejar harta dan tahta. Kekejamannya pun semakin bertambah, ia menjadi pria yang lebih kejam dan menakutkan dari sebelumnya. Bahkan, wanita yang berbicara dengannya harus berjarak tiga meter darinya. Jika berani melewati batas, maka bersiap lah menjadi gembel di jalanan. Albert melakukan semua itu, karena sebenarnya dia marah pada dirinya sendiri. Ia menyesal telah membiarkan Olivia pergi dari hidupnya. Bahkan, ia tak mencegah sama sekali saat Olivia meninggalkan mansion-nya malam itu. Sejak hari itu, Albert menjadi semakin dingin dan kaku pada siapa pun. Para pelayan di mansion menatap iba pada majikannya itu. Ia tau, sebenarnya Albert sangat merindukan Olivia. Tapi, ia menutupi semua itu dengan sikap angkuh, arrogant dan kekejamannya. Gengsi masih terlalu melekat pada dirinya. "Jane, dimana Darwin? Ken
Read more
Terlambat Pulang.
Tiga tahun berlalu. Olivia sedang menyuapi sepasang bocah kembar itu makan siang, saat Tristan datang dengan wajah yang tak bersahabat. "Wah... Lihat itu Papi sudah pulang." seru si kembar. "Tumben, kau pulang untuk makan siang!" Olivia tersenyum menatap Tristan. "Iya.. ada sesuatu yang harus kau tau, Olive!" wajah Tristan ragu dan pucat, tak seperti biasanya. "Katakan!" Pinta Olivia singkat. "Ibumu... Ibumu baru saja meninggal." baru saja kalimat itu keluar dari rongga mulut Tristan, piring yang di pegang Olivia terlepas dari tangannya begitu saja. Menimbulkan suara pecahan kaca yang nyaring. "I-Ibuku? Kau bilang Ibuku meninggal?" tanya Olivia mengulangi perkataan Tristan. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa yang baru saja di dengarnya adalah hal lain. Namun, sebuah anggukan kepala dari Tristan berhasil membuat butiran bening jatuh bebas dari kelopak matanya. Olivia terduduk lemas. Si kembar menatap pada Ibunya yang tak pernah t
Read more
Disambut Jenazah Sang Ibu
Setelah selesai berkemas dan berpamitan pada Bibi Ane, mereka memulai perjalanan. Untuk mempersingkat waktu di perjalanan, Tristan memilih untuk mengendarai mobil saja dan melewati tol. Karena, jika harus menggunakan pesawat akan memakan waktu yang lama dengan segala prosedurnya. Mungkin berbeda, jika Tristan adalah seorang CEO yang kaya dan terkenal seperti Albert. Segalanya akan mudah dan cepat bagi pria arrogant itu. Di dalam perjalanan, tiba-tiba Olivia bertanya dengan nada heran sekaligus penasaran, "Tristan, apa boleh aku bertanya sesuatu padamu?" "Ya, katakan saja." jawab Tristan masih dengan keadaan fokus mengemudi mobilnya. "Darimana kau tau, kabar tentang Ibuku meninggal dunia? Bukan kah selama ini kita tidak memiliki satu pun kontak informasi tentang keluargaku di sana?"  "Ah, ya. Aku lupa memberitahumu, aku mendapat kabar itu dari salah seorang Dokter di Rumah Sakit Pusat. Tadi saat kami melakukan meeting, pembahasan tentang penyakit
Read more
Pertemuan di Pemakaman
Keesokan harinya, jenazah Clara sudah masuk ke dalam mobil Ambulance yang akan mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Diiringi oleh isak tangis keluarga dan kerabat dekat. Begitu pun dengan Olivia, matanya sudah bengkak karena menangis tak henti sejak semalam. Ia masih tak menyangka, secepat ini Clara meninggalkannya.  Mobil Tristan mengiringi Ambulance dari belakang. Di dalamnya ada Willson yang duduk di samping Tristan. Di belakang mereka, ada Olivia dan si kembar, Zacky dan Zahra. Suasana berkabung terasa sangat menyayat hati. Semua berpakaian serba hitam. Pemakaman berjalan dengan sangat hikmat. Para pelayat satu persatu berangsur pulang. Kini hanya tertinggal Willson dan Olivia, beserta Tristan dan juga si kembar. Olivia masih menangis pilu, sambil memeluk batu nisan bertuliskan nama Ibunya itu. Rasanya, belum puas ia bermanja dan memberikan kebahagiaan pada Ibunya itu. Tapi kini harus menghadapi kenyataan bahwa Clara telah tiada. Pergi
Read more
Kecurigaan
Sesampainya di Kantor, Albert kembali memikirkan perkataan Mike saat di perjalanan tadi. Mike tidak mungkin asal bicara. Jika Mike mengatakan bocah laki-laki itu mirip dengannya, pasti itu memang karena ada hal yang sangat mendukung. Sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, Albert mencoba mengingat kembali wajah anak laki-laki yang menatapnya tajam dan penuh tantangan tadi."Hah, lucu sekali anak itu. Dia sama sekali tidak takut padaku? Dan, yang satu lagi sangat manis. Kenapa aku seolah merasa kerinduan pada mereka? Padahal, tadi itu adalah pertemuan pertamaku dengan bocah-bocah itu,' ucap Albert dalam hatinya.Albert masih membayangkan wajah-wajah lucu dan menggemaskan si kembar.'Tidak, mana mungkin mereka adalah anakku. Mereka pasti Adik dan Kakak. Dan itu pasti anak mereka, karena mereka hidup bersama selama beberapa tahun belakangan ini.' bathin-nya lagi penuh dengan rasa amarah.Bukannya Albert tak tau dimana Olivia tinggal selama ini, tapi
Read more
Aku seorang pria dewasa!
Malam ini, Olivia diminta oleh Willson untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun Tuan Liam. Sebenarnya, Olivia enggan untuk pergi. Karena mereka baru saja berduka atas kepergian Clara. Namun, Willson memohon pada Olivia untuk dapat mewakilinya. Kesehatan Willson juga akhir-akhir ini kurang baik. Kesehatannya mulai menurun sejak fokus merawat Clara dalam masa-masa sakitnya kemarin. Bahkan, Perusahaan pun sudah terbengkalai.  "Pergilah, Nak. Hanya kau satu-satunya harapanku saat ini. Aku tidak mungkin lagi mengurus semuanya, usiaku sudah senja. Sudah waktunya aku istirahat dari segala urusan pekerjaan." ucap Willson dengan suara lirih. "Tapi, Yah. Aku sedang tidak ingin kemana-mana. Tristan juga pasti sedang melepas rindu dengan keluarganya." jawab Olivia malas. "Keluarga Tuan Liam sudah banyak membantu kita di masa lampau. Rasanya tidak baik jika kita mengabaikan undangan dari keluarga mereka." "Mereka tentu paham, kita sedang dalam suas
Read more
PREV
1
...
56789
...
46
DMCA.com Protection Status