All Chapters of Jerat Cinta Sang Selir: Chapter 61 - Chapter 70
78 Chapters
Pengakuan Jon
Hari sudah senja ketika Barrant sekali lagi memasuki aula. Semua orang yang ada di sana tampak lelah. Meskipun demikian, mereka tak memiliki pilihan. Pasalnya, Raja menginginkan segalanya rampung hari itu juga. Ia tak mau menunda-nunda keputusan. Hal itu dikarenakan ia tak mau kabar itu menyebar sehingga membuat rakyat gelisah.Semua sudah berada dalam posisinya. Meski dengan bhu melorot dn pandangan lesu, mereka tak ada yang berani memprotes.Mr. Stone lalu berdeham. Ia mengumumkan bahwa pertemuan dewan untuk membahas latar belakang Fjola kembali dilanjutkan. Karena semua orang yang berhubungan maupun yang mengaku tahu kasus itu sebenarnya sudah bersaksi, maka selanjutnya mereka memutuskan siapa yang dianggap bersalah dalam hal ini. Mula-mula, dengan membacakan kembali kesaksian demi kesaksian dan bukti yang ada, Mr. Stone akhirnya berkata, “Dengan begitu, kami para anggota dewan memutuskan untuk dipertimbangkan oleh Raja Valdimar yang terhormat, bah
Read more
Kekecewaan
“Tidak, tidak!” seru Fannar saat ayahnya dibawa paksa oleh prajurit. “Apa yang Ayah lakukan? Kenapa Ayah bilang begitu?”Sang ayah diam saja. Kepalanya tertunduk. Penopangnya jatuh. Ia pasrah dibawa ke penjara. Pengawal lain segera menyeret Fannar menjauh.“Ayah!” seru pemuda itu menangis. Ia melihat ke arah Barrant yang berdiri di depan aula. Para anggota dewan sudah pergi, begitupun dengan Margaret dan yang lainnya. Hanya tinggal Barrant yang berdiri di sana, menyaksikan seorang ayah berkorban demi anak-anaknya.Barrant teringat ketika Jon memutuskan untuk menjalankan rencana yang sudah mereka sepakati tadi. Ada rasa terkejut di hati pemuda itu. Meski ia berharap Jon mau melakukannya, tetapi ada sebagian hatinya yang tak rela mengorbankan Jon demi Fjola. Meski begitu, Raja Valdimar cukup sulit untuk diyakinkan.“Benarkah?” katanya skeptis saat Jon selesai mengakatan pegakuannya. &ld
Read more
Penantian
Penginapan sedang ramai-ramainya saat Fjola turun ke bawah. Ia butuh bicara dengan pemilik penginapan, si pria besar yang baru saja diketahui namanya yaitu Tom. Tak mau ambil risiko dikenali, Fjola mengenakan syal hingga menutupi separuh wajah.“Apa kau melihat temanku? Lelaki besar yang datang bersamaku kemarin?” tanyanya kepada Tom. Matanya melirik ke bar yang hampir penuh. Di luar, ada hujan salju. Orang-orang memilih bar untuk menghangatkan diri. Minuman-minuman keras mereka tenggak untuk membuat badan menjadi hangat. Namun, karena keenakan, mereka sering kebablasan hingga mabuk. Udara dalam bar cukup hangat.  “Oh, belum Nona,” jawab Tom mengoper gelas. “Mungkin masih ada urusan di kota. Kudengar, dia membeli kuda dari anak muda miskin dengan harga yang fantastis.”Fjola diam saja. Ia memerhatikan sekelilingnya dengan waspada. Hal itu tak luput dari pengamatan Tom.Lelaki besar itu mende
Read more
Penjemputan
Barrant sudah tak sabar untuk memberitahu Fjola tentang keberhasilannya. Mereka akan tetap menikah. Ia segera menulis surat dan meminta salah satu prajuritnya untuk menyiapkan kuda. Namun, setelah pemuda itu memakai mantel dan berniat keluar istana, seseorang mencegatnya. “Yang Mulia, Anda sudah ditunggu Raja.”Pemuda itu mengernyit. “Aku rasa, aku tidak memiliki janji untk bertemu Raja. Bukankah beliau sedang ada urusan?”“Saya tidak tahu, Yang Mulia. Saya hanya diminta Raja untuk menyampaikan bahwa beliau sedang menunggu Anda.”Barrant mengangkat bahunya sekilas. “Kalau begitu, bolehkah aku minta tolong padamu?”Prajurit itu menerima tanpa ekspresi. “Silakan, Yang Mulia.”Barrant mengulurkan suratnya dan berkata, “Tolong sampaikan surat ini ke pemilik bar yang ada di daerah barat. Di surat itu sudah kutulis nama bar yang kumaksud. Kuyakin kau tidak aka
Read more
Luput
Seseorang tengah mengendap-endap ke tangga atas kamar Pangeran saat Barrant didatangi sang prajurit. “Tolong berikan surat ini kepada pemilik bar di wilayah utara.” Perintah itu juga terdengar dari telinganya. Kening wanita yang ikut mendengar itu pun mengernyit. Untuk apa Pangeran menulis surat kepada pemilik bar? Batinnya heran. Ia lantas bersembunyi ketika prajurit itu lewat. Diam-diam, ia akan melaporkan ini kepada Margaret. Sementara itu, ia menyuruh pelayannya untuk membuntuti sang prajurit. *** Hujan salju menutupi jalan. Orang-orang mulai menabur garam di depan rumah mereka supaya tidak licin. Barrant baru bisa meninggalkan istana setelah sore menjelang. Padahal, ia sudah tak sabar ingin menemui kekasihnya yang kini terbebas dari ancaman hukuman. Senyum tersipul di bibirnya yang merah. Ia tidak peduli dengan udara dingin yang menyentuh kulitnya. Orang-orang tidak memerhatikannya ketika lewat. Sebab, ia pergi dengan mengendarai kuda sendiri. Tak ada Aguste di sampingnya. Ka
Read more
Terjebak dua kali
Sebelumnya ....Fjola sedang melamun ketika pintu kamarnya diketuk. Ia egera bangkit. Mengira Aguste telah menemukan kereta, ia pun bangkit dan membuka pintu. Rupanya, ia keliru. Bukan Aguste yang mngetuk tadi, melainkan Tom. Lelaki itu mengulurkan sebuah perkamen kepadanya.“Surat untuk Anda lagi, Nona. Sepertinya dari kerajaan.”Fjola mengernyit. “Oh, ya?” Dia menerima surat itu dengan benak bertanya-tanya.“Terima kasih,” tambahnya kepada Tom yang masih menunggu. “Oh!” Ia lantas mengambil kantong uang yang diberikan oleh Aguste sebelum pergi tadi dan mengambil beberapa keping untuk tip. Ia lantas memberikannya kepada Tom dan lelaki itu pun pergi.Setelah menutup pintu, Fjola membuka amplop surat itu dan membaca isinya.Dear Fjola,Terjadi sesuatu yang tak terduga di sini. Kau dalam bahaya. Sebentar lagi akan ada seseorang yang menjemputmu. Ikutlah d
Read more
Pasar
Kesempatan itu datangnya satu kali. Yaitu ketika melewati sebuah pasar. Kereta terpaksa mengurangi kecepatan. Banyak orang yang tengah lalu lalang. Mereka membeli bahan makanan untuk persediaan musim dingin yang telah tiba. Meski hari sudah sore, ditambah salju yang turun lumayan deras tak menghentikan keinginan mereka untuk menimbun makanan banyak-banyak, membeli mantel baru yang hangat dan sapatu bot.Fjola yang melihat kesempatan itu diam-diam membuka kunci pintu kereta. Ketika jentera kereta melambat dan hampir berhenti, gadis itu pun menghambur keluar. Ia menjinjing gaunnya sampai ke lutut. Ujung mantelnya berkibar. Tanpa menoleh ke belakang, ia menyibak keramaian. Ia berlari dan terus berlari. Ia tak memedulikan teriakan dan umpatan dari orang-orang yang tak sengaja tersenggol olehnya.Setelah merasa cukup jauh, ia berhenti. Ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia melihat ke sekeliling. Rupanya, ia berlari cukup jauh. Fjola tak ingat ke mana ka
Read more
Kabar Buruk
“Aku harus memeriksa penginapanmu. Ini perintah kerajaan!” seru seorang prajurit dengna baju zirah, tanpa helm. Dia diapit dua orang temannya.“Tidak bisa! Kalian menganggu tamu-tamuku. Lagi pula, apakah kerajaan dapat mengganti kerugian juka mereka pergi karena tidak nyaman?” tolak sang pemilik penginapan. “Aku pastikan, Tuan-tuan, tidak ada gadis yang menginap di sini.”“Kau bisa dianggap menentang perintah kalau menghalangi kami!”“Aku tidak peduli! Sekarang, kalian cepat minggir!” seru sang pemilik penginapan dengan berapi-api.Prajurit yang paling depan menoleh ke arah dua temannya. Ia mengangguk singkat, memberi tanda kepada mereka. Kedua prajurit tersebut pun berjalan mendekati sang pemilik penginapan, mengapit kedua sisinya.“Apa-apaan ini! Berengsek kalian!” caci sang pemilik penginapan. “Kalian tirani kotor! Menjijikkan. Aku tidak s
Read more
Terlambat
Sial! Fjola menyadari dua orang prajurit mengikutinya. Sebenarnya, bagaimana mereka tahu?  Dia sudah memakai baju laki-laki, ditambah mantel dan bekerudung, tentunya dapat menyembunyikan siapa dirinya, bukan? Ia berkelit di jalan, menyibak korang-orang yang tengah menuju alun-alun untuk menyaksikan hukum pancung.Hati Fjola tak tenang. Tidak mungkin Jon. Mereka seharusnya tidak tahu hubungannya dengan keluarga Addalward. Kecuali Raja Erik berkhianat. Sialan! Raja itu memang egois. Padahal dia sudah berjanji akan menjamin kehidupan ayah dan adiknya. Jika terjadi apa-apa terhadap Jon atau Fannar, Fjola berjanji akan membut raja itu menerima ganjaran yang setimpal. Ia juga mengira-ngira, bagaimana Margaret tahu tentang jati dirinya? Selama ini, ia tak pernah membuka mulut dengan siapa pun? Mungkinkah dia memiliki mata-mata lain? Atau jangan-jangan .... Dalam benak Fjola, tergambar satu sosok mungil yang pucat, yang memandangnya dengan takut-takut, y
Read more
Pertolongan
Dengan menarik gaunnya hingga ke lutut, Lilija berlari. Di belakangnya ada Fjola yang mengikuti. “Cepat, cepat!” serunya berbelok dari gang. Ia menuntun Fjola ke jalan. Orang-orang masih ramai memadati alun-alun. Ia menyibak kerumunan. Ia menoleh ke belakang sebentar, memastikan bahwa Fjola masih mengikutinya.“Ke kereta yang itu!” serunya sembari menunjuk kereta di ujung jalan. “Masuklah ke sana dan tunggu aku. Aku akan menghalangi para prajurit itu.”Fjola bergegas ke arah kereta yang ditunjuk oleh Lilija sementara gadis itu memungut kayu dan bersembunyi di tikungan Dia menunggu kedua prajurit yang mengejar mereka lewat. Pada saat yang tepat, ia berhasil mengayunkan kayu itu tepat di kepala mereka hingga terjengkang. Bergegas, ia berlari menyusul Fjola.Prajurit lain yang melihat tahu arah yang dituju buronannya adalah kereta. Mereka bergegas melaju ke sana. Sementara itu sang kusir bersiap melecutkan kekang untu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status