All Chapters of Jalan Pendekar: Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
Legenda si Bengis
Abimana dengan semangat pendekar mencari tiap jalan di kota Hancur untuk mencari Wangkawa yang dikatakan pemimpin dari semua berandal yang ada di kota Hancur.  "Hey apa kau tahu dimana Wangkawa?" tanya Abimana bertanya kepada seorang pemuda yang duduk di pinggir jalan. Tapi pemuda itu langsung lari kocar-kacir. "Tidak! Aku tidak tahu!" jerit pemuda itu sambil berlari.  "Dasar aneh," gumam Abimana.  Tidak jauh dari sana Abimana melihat pengemis, segera ia bertanya juga kepada pengemis tersebut hal yang sama.  "Ah pergilah! Jangan ganggu aku!" teriak pengemis tersebut dan langsung lari secepat mungkin meninggalkan Abimana. Tapi Abimana yang sudah geram dan tidak tahu lagi harus mencari kemana, langsung saja ia mengejar pengemis tersebut dan buak! Pengemis tersebut dibuat jatuh oleh Abimana hingga ia tersungkur di tanah.  "Tolong lepaskan aku, lepaskan. Aku tidak tahu apa-apa," ucap si pengemis saat tubuhn
Read more
Ajian Diri Tangan Es
Sekar tampak panik, Zali terdesak beradu senjata dengan Wangkawa. Giri pun begitu kaget dengan kehebatan lawannya. Jika ia bergerak maka Pangeran Jati akan tanpa perlindungan, bagaimana jika ada musuh lain yang menargetkan Pangeran.  "Hey bangun, aku belum selesai," ucap pria yang membuat Giri terhempas. Kini Giri diangkat hanya dengan menarik pakaian pendekarnya ke atas. "Giri!" jerit Sekar lagi, kali ini ia ingin beranjak dari tempatnya. "Sekar! Fokus saja melindungi Pangeran! Giri tidak selemah itu" jerit Zali membuat langkah Sekar terhenti. Lagi-lagi Sekar tidak bisa mengkendalikan perasaannya ketika melihat Giri terluka. Ia sampai lupa bahwa saat ini keselamatan Pangeran Jati adalah yang utama.  "Haha Zali, kau pikir siapa yang sedang dihadapi bawahanmu itu? Dia adalah Manggala, muridku," ucap Wangkawa.  "Aku tidak peduli siapa dia, Cepat atau lambat ia akan dikalahkan Giri."  "Zali, seharusnya kau mengkhawatir
Read more
Kekuatan yang Bangkit Karena Amarah
Trang! Bersama dengan jatuhnya Giri pada pangkuan Abimana. Pedang Zali pun patah ketika beradu dengan parang raksasa Wangkawa. Wangkawa tersenyum puas, entah karena Manggala yang berhasil membunuh Giri atau kerena Zali kini sudah tidak memiliki pedang lagi. "Bawahanmu cukup hebat. Tapi masih belum cukup bila lawannya Manggala," ujar Wangkawa menyeringai. Kali ini Zali tidak bisa membantah lagi. Memang tampak jelas tidak jauh dari mereka Giri sudah terbujur kaku di pangkuan Abimana. "Kau!!! Tidak akan aku maafkan!" ucap Abimana yang sangat marah. Angin sangat kencang tiba-tiba mengitari Abimana yang sedang meletakkan tubuh Giri secara perlahan. Sangking kencangnya membuat Zali dan Wangkawa menghentikan pertarungan karena angin tersebut sangat mengganggu. Zali, Wangkawa, dan Manggala terbelalak ketika melihat Abimana. Karena mereka bisa merasakan kanuragan, dan kanuragan milik Abimana mendadak menjadi sangat besar dalam sekejap. 
Read more
Orang Kedua yang Percaya
Wangkawa tampak tidak gentar sama sekali. Tapi para berandal di belakangnya menciut nyalinya melihat jumlah lawan yang harus mereka hadapi. Walaupun mereka berandal yang biasa bertarung, tetap saja mereka akan berpikir dua kali jika harus bertarung dengan kelompok yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari mereka. "Jurus bayangan!" Zali mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Kini ada puluhan Zali di depan mereka. Raut wajah para berandal pun semakin tampak ciut. Sedangkan warga kota Perjuangan semakin bersemangat melihat para kembaran Zali. Melihat reaksi berandal yang semakin takut karena jumlah Zali semakin banyak Abimana pun tidak tinggal diam. "Jurus bayangan!" Sama seperti Zali Abimana mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Jumlah kembarannya pun mendekati Zali. "Anak itu padahal baru saja sadarkan diri. Tapi mempunyai kanuragan sebanyak itu untuk mengeluarkan jurus bayangan?" gumam Zali meliha
Read more
Pendekar Pemula yang Layak
Beberapa hari setelah misi mengawal Pangeran. Di salah satu rumah orang kaya di Desa Asoka,"Argh Kakek Tua menyebalkan! Kita mendapatkan misi rendahan lagi!" gerutu Abimana. "Cepatlah Abimana, rumput-rumput ini tidak akan tercabut sendiri!" balas Sekar. Abimana menghela nafas, lalu ikut mencabut rumput bersama Sekar dan Giri. "Raden Batara pasti berpikir berulang kali saat hendak memberikan kita misi tingkat menengah lagi, mengingat kita hampir mati saat menyelesaikannya," ujar Sekar. "Hmm itukan Giri, bukan diriku," sahut Abimana. "Cih." Giri tampak kesal saat disindir oleh Abimana. "Haha Abimana! Padahal kau juga hampir mati juga!" celetuk Sekar berusaha menghibur Giri. "Jangan banyak bicara, cepatlah selesaikan misi ini. Agar aku bisa segera berlatih," balas Giri ketus membuat Sekar tidak berdaya. Di dunia ini memang hanya boleh Giri seorang yang berbicara kasar padanya. 
Read more
Pendekar Pemula yang Layak (2)
Setelah rapat pengadaan ujian pendekar, Lingga langsung diminta Batara untuk segera menguji kelayakan para pendekar yang disarankan tanpa menunda lagi karena waktunya sudah sangat dekat.  Beberapa pendekar menatap sinis Lingga, karenanya pendaftaran ujian pendekar kali ini menjadi rumit. Tapi Lingga tidak memperdulikan itu, sesuai arahan Batara ia akan segera melaporkan hasil dari pengujian yang ia berikan.  "Baiklah, setiap orang disini sudah aku berikan beberapa nama. Ujilah kelayakan mereka apakah mereka memang layak mengikuti ujian pendekar. Ujilah dengan siasat apapun, bila perlu yang tersulit. Karena aku yakin, semua yang ada disini sudah tahu dan merasakan betapa mengerikannya ujian pendekar itu," ucap Lingga di depan beberapa pendekar.  "Siap!" jawab serentak para pendekar tingkat menengah yang di depan Lingga. Dengan cepat mereka segera bergerak ke segala penjuru, untuk menguji nama-nama pendekar pemula yang diberikan Lingga. 
Read more
Pendekar Pemula yang Layak (3)
"Haha awas kau Kaiswaran, kau pikir larimu sudah cepat hah!" "Haha coba saja Kanda Abimana, kau akan aku buat jaga selamanya." Lingga sungguh kesal melihat pemandangan di depannya. Abimana sedang bermain kejar-kejaran dengan anak berusia lima tahun bernama Kaiswaran Hardiyanta. Ia adalah cucu dari Batara, si Kepala Desa.  "Bukannya berlatih dan meningkatkan kemampuanmu, kau malah bermain-main disini," gumam Lingga yang melihat pemandangan itu. Bug! Kaiswaran tersungkur setelah Abimana menyepaknya cukup keras, "Haha, sekarang kau yang jaga Kaiswaran!"  Lingga sontak terbelalak. "Abimana, bagaimana bisa kau menyepak cucu Raden Batara sekuat itu?" gumamnya lagi.  Tentu saja Kaiswaran yang masih berusia lima tahun pun menangis keras. "Kanda Abimana kenapa kau menyepakku dengan sangat keras huhuhu..." "Kaiswaran, aku sudah menyepakmu dengan cukup lembut. Jika kau musuhku pasti sudah aku sepak lebi
Read more
Guru Pembimbing
Malam hari di hari yang sama Lingga dan beberapa pendekar melakukan pengujian terhadap pendekar pemula, Zali terhanyut duduk di atap rumahnya yang tinggi menatap keindahan bulan yang saat itu bulat utuh. Tiba-tiba sesosok pendekar muncul di belakang Zali. Walau tidak bersuara sama sekali Zali mengetahui keberadaannya karena kanuragan miliknya. "Bagaimana Guru Lingga atas pengujian pendekarnya?" sapa Zali duluan tanpa berbalik badan dan tanpa mengalihkan pemandangannya dari bulan. "Anda sungguh hebat Tuan Zali. Anda bisa mengenali bahwa ini saya tanpa menoleh ke belakang bahkan saya masih dalam pakaian penyamaran," balas Lingga. Zali hanya tersenyum. "Aku meminta maaf karena sebelumnya meragukan dirimu atas pilihan pendekar yang anda pilih. Hari ini, aku menguji langsung Giri, Abimana, dan Sekar. Mereka semua sudah layak mengikuti ujian pendekar," tambah Lingga kemudian."Seperti perkataan kasarku terakhir kali,
Read more
Guru Pembimbing (2)
Masih di lapangan latihan tersebut, Zali berdiri berhadapan dengan Regu 1. Ia akan memulai latihannya di hari itu juga. "Baiklah, aku akan memulai latihan kita yang pertama," celetuk Zali. "Wah apakah kau akan mengajari kami jurus cakar petir? Atau jurus pemanggil anjing?" sahut Abimana sangat bersemangat padahal beberapa saat yang lalu ia yang paling gengsi menerima Zali sebagai guru. "Tidak Abimana, kalian terlalu dini untuk mempelajari jurus itu. Kedua jurus itu adalah jurus tingkat tinggi," jelas Zali. "Ahhh," Abimana kecewa. "Pada latihan pertama ini, aku hanya ingin melihat kemampuan kalian. Terakhir kali, aku tidak begitu jelas melihat kemampuan Giri ataupun Abimana yang bertarung dengan murid Wangkawa. Sekar pun tidak terlibat dalam keahlian." "Jadi, sekarang aku akan menguji kalian bertiga sekarang juga," tambah Zali. Abimana dan Giri sanga
Read more
Guru Pembimbing (3)
Zali mengejar Giri yang bersembunyi di balik hutan lebat. Ia tahu keberadaannya dari aura kanuragan milik Giri. Zali berniat menyelesaikan latihan tarung tersebut. Namun tiba-tiba langkah Zali terhenti dan ia tersenyum kecil.  "Giri, tidak heran kau dikatakan pendekar pemula terbaik," gumam Zali.  Zali menghentikan langkah bukan tanpa alasan. Tiba-tiba aura kanuragan milik Giri telah menghilang. Tidak mudah menyembunyikan aura kanuragan apalagi masih tingkat pendekar pemula.  Kini Zali benar-benar kehilangan jejak Giri. Sedangkan Giri masih terus memantau Zali jauh, yang berdiri di lapangan terbuka. Buak! Tiba-tiba Giri sudah di belakang Zali dengan memberikan tendangan. Beruntung Zali cepat menyadari dan langsung menangkis tendangan tersebut.  "Anak ini, selain bisa menyembunyikan kanuragan. Ia dapat melangkah tanpa terdengar langkahnya?" Zali membatin.  Pertarungan pun terjadi antara Zali dan Giri. Tentu saja
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status