Wangkawa tampak tidak gentar sama sekali. Tapi para berandal di belakangnya menciut nyalinya melihat jumlah lawan yang harus mereka hadapi. Walaupun mereka berandal yang biasa bertarung, tetap saja mereka akan berpikir dua kali jika harus bertarung dengan kelompok yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari mereka.
"Jurus bayangan!" Zali mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Kini ada puluhan Zali di depan mereka. Raut wajah para berandal pun semakin tampak ciut. Sedangkan warga kota Perjuangan semakin bersemangat melihat para kembaran Zali.
Melihat reaksi berandal yang semakin takut karena jumlah Zali semakin banyak Abimana pun tidak tinggal diam.
"Jurus bayangan!" Sama seperti Zali Abimana mengeluarkan jurus bayangan tingkat dua. Jumlah kembarannya pun mendekati Zali.
"Anak itu padahal baru saja sadarkan diri. Tapi mempunyai kanuragan sebanyak itu untuk mengeluarkan jurus bayangan?" gumam Zali meliha
Beberapa hari setelah misi mengawal Pangeran. Di salah satu rumah orang kaya di Desa Asoka,"Argh Kakek Tua menyebalkan! Kita mendapatkan misi rendahan lagi!" gerutu Abimana."Cepatlah Abimana, rumput-rumput ini tidak akan tercabut sendiri!" balas Sekar.Abimana menghela nafas, lalu ikut mencabut rumput bersama Sekar dan Giri."Raden Batara pasti berpikir berulang kali saat hendak memberikan kita misi tingkat menengah lagi, mengingat kita hampir mati saat menyelesaikannya," ujar Sekar."Hmm itukan Giri, bukan diriku," sahut Abimana."Cih." Giri tampak kesal saat disindir oleh Abimana."Haha Abimana! Padahal kau juga hampir mati juga!" celetuk Sekar berusaha menghibur Giri."Jangan banyak bicara, cepatlah selesaikan misi ini. Agar aku bisa segera berlatih," balas Giri ketus membuat Sekar tidak berdaya. Di dunia ini memang hanya boleh Giri seorang yang berbicara kasar padanya.
Setelah rapat pengadaan ujian pendekar, Lingga langsung diminta Batara untuk segera menguji kelayakan para pendekar yang disarankan tanpa menunda lagi karena waktunya sudah sangat dekat. Beberapa pendekar menatap sinis Lingga, karenanya pendaftaran ujian pendekar kali ini menjadi rumit. Tapi Lingga tidak memperdulikan itu, sesuai arahan Batara ia akan segera melaporkan hasil dari pengujian yang ia berikan. "Baiklah, setiap orang disini sudah aku berikan beberapa nama. Ujilah kelayakan mereka apakah mereka memang layak mengikuti ujian pendekar. Ujilah dengan siasat apapun, bila perlu yang tersulit. Karena aku yakin, semua yang ada disini sudah tahu dan merasakan betapa mengerikannya ujian pendekar itu," ucap Lingga di depan beberapa pendekar. "Siap!" jawab serentak para pendekar tingkat menengah yang di depan Lingga. Dengan cepat mereka segera bergerak ke segala penjuru, untuk menguji nama-nama pendekar pemula yang diberikan Lingga.
"Haha awas kau Kaiswaran, kau pikir larimu sudah cepat hah!" "Haha coba saja Kanda Abimana, kau akan aku buat jaga selamanya." Lingga sungguh kesal melihat pemandangan di depannya. Abimana sedang bermain kejar-kejaran dengan anak berusia lima tahun bernama Kaiswaran Hardiyanta. Ia adalah cucu dari Batara, si Kepala Desa. "Bukannya berlatih dan meningkatkan kemampuanmu, kau malah bermain-main disini," gumam Lingga yang melihat pemandangan itu. Bug! Kaiswaran tersungkur setelah Abimana menyepaknya cukup keras, "Haha, sekarang kau yang jaga Kaiswaran!" Lingga sontak terbelalak. "Abimana, bagaimana bisa kau menyepak cucu Raden Batara sekuat itu?" gumamnya lagi. Tentu saja Kaiswaran yang masih berusia lima tahun pun menangis keras. "Kanda Abimana kenapa kau menyepakku dengan sangat keras huhuhu..." "Kaiswaran, aku sudah menyepakmu dengan cukup lembut. Jika kau musuhku pasti sudah aku sepak lebi
Malam hari di hari yang sama Lingga dan beberapa pendekar melakukan pengujian terhadap pendekar pemula, Zali terhanyut duduk di atap rumahnya yang tinggi menatap keindahan bulan yang saat itu bulat utuh.Tiba-tiba sesosok pendekar muncul di belakang Zali. Walau tidak bersuara sama sekali Zali mengetahui keberadaannya karena kanuragan miliknya."Bagaimana Guru Lingga atas pengujian pendekarnya?" sapa Zali duluan tanpa berbalik badan dan tanpa mengalihkan pemandangannya dari bulan."Anda sungguh hebat Tuan Zali. Anda bisa mengenali bahwa ini saya tanpa menoleh ke belakang bahkan saya masih dalam pakaian penyamaran," balas Lingga.Zali hanya tersenyum."Aku meminta maaf karena sebelumnya meragukan dirimu atas pilihan pendekar yang anda pilih. Hari ini, aku menguji langsung Giri, Abimana, dan Sekar. Mereka semua sudah layak mengikuti ujian pendekar," tambah Lingga kemudian."Seperti perkataan kasarku terakhir kali,
Masih di lapangan latihan tersebut, Zali berdiri berhadapan dengan Regu 1. Ia akan memulai latihannya di hari itu juga. "Baiklah, aku akan memulai latihan kita yang pertama," celetuk Zali. "Wah apakah kau akan mengajari kami jurus cakar petir? Atau jurus pemanggil anjing?" sahut Abimana sangat bersemangat padahal beberapa saat yang lalu ia yang paling gengsi menerima Zali sebagai guru. "Tidak Abimana, kalian terlalu dini untuk mempelajari jurus itu. Kedua jurus itu adalah jurus tingkat tinggi," jelas Zali. "Ahhh," Abimana kecewa. "Pada latihan pertama ini, aku hanya ingin melihat kemampuan kalian. Terakhir kali, aku tidak begitu jelas melihat kemampuan Giri ataupun Abimana yang bertarung dengan murid Wangkawa. Sekar pun tidak terlibat dalam keahlian." "Jadi, sekarang aku akan menguji kalian bertiga sekarang juga," tambah Zali. Abimana dan Giri sanga
Zali mengejar Giri yang bersembunyi di balik hutan lebat. Ia tahu keberadaannya dari aura kanuragan milik Giri. Zali berniat menyelesaikan latihan tarung tersebut. Namun tiba-tiba langkah Zali terhenti dan ia tersenyum kecil. "Giri, tidak heran kau dikatakan pendekar pemula terbaik," gumam Zali. Zali menghentikan langkah bukan tanpa alasan. Tiba-tiba aura kanuragan milik Giri telah menghilang. Tidak mudah menyembunyikan aura kanuragan apalagi masih tingkat pendekar pemula. Kini Zali benar-benar kehilangan jejak Giri. Sedangkan Giri masih terus memantau Zali jauh, yang berdiri di lapangan terbuka. Buak! Tiba-tiba Giri sudah di belakang Zali dengan memberikan tendangan. Beruntung Zali cepat menyadari dan langsung menangkis tendangan tersebut. "Anak ini, selain bisa menyembunyikan kanuragan. Ia dapat melangkah tanpa terdengar langkahnya?" Zali membatin. Pertarungan pun terjadi antara Zali dan Giri. Tentu saja
Hari yang ditunggu-tunggu pendekar pemula pun tiba. Ujian pendekar. Regu 1 sebelumnya berkumpul tidak jauh dari rumah Abimana. Mereka akan bergerak bersama menuju perguruan, karena disanalah tempat ujian pendekar tahap pertama akan diselenggarakan. "Oy Kakek! Kami akan melakukan ujian pendekar saat ini! Doakan kami!" ucap Abimana saat berjalan melewati tetangganya yang sering mengejeknya. "Cih. Kau hanya beruntung bisa ikut ujian itu, pastilah kau akan gugur hanya pada tahap pertama," ketus tetangganya. "Tidak kakek! Aku akan lulus menjadi pendekar menengah. Dan suatu hari nanti menjadi Raja. Lihat saja!" Kakek tua itu hanya menatap kesal Abimana. Tapi sejujurnya ia berharap memiliki usia yang panjang untuk melihat ucapan anak tersebut terbukti benar atau hanya ocehan belaka. Walau baru sebentar dilatih oleh Zali, tapi rasanya memang ada yang berbeda bagi Giri terkhususnya. Zali telah mengajarkan banyak hal kepa
"Se.. sepertinya kita sedikit terlambat masuk ke dalam ruangan ini," gumam Sekar gugup melihat para pendekar itu yang terus menatap tajam kepada mereka.Giri tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan itu. Sementara Abimana sangat bersemangat karena ia melihat teman-temannya yang pendekar tingkat pemula pun sudah hadir disana."Oey Kaloka! Kau sudah sampai duluan ternyata," sapa Abimana semangat."Haha lihat siapa yang datang. Pendekar yang berkhayal menjadi Raja!" balas Kaloka.Di dekat Kaloka terdapat pendekar pemula yang lain yang tentu saja satu regu dengannya. Sakta dan Lika."A..abimana.." sapa Lika, pendekar perempuan yang sangat pemalu tersebut. Padahal ia sangat manis."Hah? Lika kau mengatakan sesuatu? Suaramu tidak berubah sejak dulu," balas Abimana.Kaloka Asuga, Sakta Sarangga, Lika Kusuma adalah Regu 3. Mereka direkomendasikan oleh Djani. Pendekar tingkat tinggi yang menjadi pengaw