Semua Bab Kehormatan Yang Terenggut: Bab 11 - Bab 20
77 Bab
Sikap Posesif Ariel
"Dimana lokasi syutingmu, apa aku bisa kesana sekarang?" tanya Marini. Sudah lama ia tidak bertemu Ariel. Kesibukan Ariel dan pekerjaan mereka yang berbeda tempat membuat mereka berpisah. "Tidak usah, nanti kalau syutingnya sudah selesai aku yang akan menemuimu," jawab Ariel. "Kapan itu?" tanya Marini "Mungkin seminggu lagi." "Seminggu lagi? Aku tidak tahan kalau selama itu," jawab Marini. "Di sini lokasinya sulit, lebih baik kau menungguku di Jakarta," kata Ariel. "Kau tidak sedang mengusirku, kan?" selidik Marini. "Mengapa kau berpikiran begitu?" tanya Ariel. "Ya, aneh saja karena kau bisa betah selama itu tidak bertemu denganku," keluh Marini. "Sudahlah, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku akan kembali syuting," tutup Ariel. Marini tidak percaya dengan perkataan Ariel. Selepas kerja ia akan mencari informasi dimana kekasihnya itu syuting. Dulu jika Marini menyusul ke tempat kerjanya ia sangat senang sekali. Karena setelah lelah bekerja mereka bisa saling memuaskan ha
Baca selengkapnya
Kedatangan Marini
Ariel berhenti di depan kamar hotelnya, ia terperanjat kaget manakala melihat Marini tengah berjalan menuju hotelnya. Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?Entah mengapa ia seperti ketahuan selingkuh padahal Aisyah hanyalah karyawannya. Marini yang mengenakan pakaian super seksi melangkah menuju ke arahnya. Ariel berusaha menyembunyikan wajahnya  lalu menarik tangan Aisyah agar segera masuk ke dalam kamar.  Ia lalu langsung mengunci rapat. Bak seperti melihat setan, wajah Ariel berubah pucat."Ada apa bos?" "Kenapa wajah Anda pucat?""Apa Anda sakit?" Pertanyaan secara beruntun di ungkapkan Aisyah. Ia melihat wajah Ariel seperti ketakutan karena melihat sesuatu. "Tidak apa-apa," kata Ariel. Ia berjalan mondar-mandir seperti tidak tenang. Di tambah lagi ponselnya berdering, membuat jantungnya seakan mau melompat keluar. Ia yakin pasti itu Marini yang sedang meneleponnya. Kecurigaannya salah, ternyata y
Baca selengkapnya
Takut Ketahuan
"Aku merindukanmu sayang," rangkul Marini. Tanpa basa-basi wanita itu langsung saja nyosor. "Eeh, jangan di sini. Bagaimana kalau pihak film tiba-tiba ke sini?" kata Ariel beralasan. "Ya, sudah ayo ke kamarku saja." Marini langsung mengunci pintu kamarnya. Ia sudah tidak sabar melakukan itu dengan Ariel. "Aku merindukanmu, sayang." Tanpa ragu Marini langsung mencium Ariel. Lelaki itu mau mendorong tubuh Marini tapi sepertinya wanita itu terlalu kuat memeluknya. "Tunggu, jangan begini. Apa kau tidak lelah dari perjalanan jauh?" tanya Ariel berusaha mengalihkan perhatian Marini. "Lelah, tapi kamu tahu sendiri kan jika aku sudah lelah justru hasratku semakin naik." Marini tanpa basa-basi menyusupkan jari lentiknya di balik celana Ariel. Sontak saja milik Ariel yang berminggu-minggu tak tersentuh langsung bertambah ukurannya. "Hahaha, aku tahu kau tidak bisa menghindari ini kan," kata Marini. Ia tanpa ragu membuka resleting celana Ariel lalu jongkok dan melumat benda panjang i
Baca selengkapnya
Perasaan Ariel
"Hei, bukankah itu artis yang sering kita lihat di layar kaca?" bisik salah seorang wanita pada temannya yang kebetulan lewat di depan Ariel dan Aisyah."Iya, tidak salah lagi."Ariel yang baru sadar ada dua orang wanita mendekatinya. Ia tidak bisa mengelak lagi."Bolehkah kami minta foto?" tanya kedua wanita itu sambil cengar-cengir. Mau tidak mau Ariel melayaninya. Jika ia lari menghindari mereka citranya bisa buruk di masyarakat."Nona, tolong fotokan kami," ucap salah seorang di antara mereka. Aisyah berdiri dari duduknya, ia meraih ponsel yang di sodorkan padanya.Ariel berdiri di tengah dan di apit dua orang wanita. Mereka bergaya narsis sedangkan Ariel bersikap biasa saja. Karena dalam berbagai posisi apapun selalu terlihat fotogenik."Wow, keren. Terima kasih, kita suka dengan aktingmu di film "My Love", sungguh mengesankan," puji mereka.Ariel hanya senyum-senyum mendengar tanggapan para penggemarnya. "Maaf, sepertinya kami m
Baca selengkapnya
Kau Harus Menggendongku
"Tergantung," jawab Aisyah. "Saya hanya membela orang yang benar," lanjut Aisyah. Dengan gemas Ariel menendang gundukan pasir di depannya sampai sepatunya terisi penuh pasir. Aisyah tiba-tiba berjongkok, ia membersihkan sepatu Ariel dari pasir. "Sepatu Tuan ini kan mahal, sayang kalau kemasukan pasir. Takutnya cepat rusak," ujar Aisyah. 'Dasar gadis bodoh, ia lebih mengkhawatirkan sepatuku ketimbang diriku,' gerutu Ariel dalam hati. Langkah kaki mereka terhenti pada sebuah gazebo yang terletak di pinggir pantai. Sudah terlalu jauh kaki Ariel melangkah, ia ingin duduk sebentar menghilangkan penatnya. Aisyah duduk di sebelah Ariel dengan jarak setengah meter. Angin pantai menyapu rambut gadis itu yang hitam tergerai. Dari samping Ariel memandangi wajah ayu Aisyah yang cantik alami tanpa polesan tebal. "Ternyata pemandangan di sini cukup indah. Di kampung aku jarang jalan-jalan keluar," kata Aisyah membuka pembicaraan. "Kau memang terlalu kampungan. Paling kerjaanmu di rumah te
Baca selengkapnya
Teleponmu Menggangguku
Di mobil Aisyah terlihat senyum-senyum sendiri setelah menerima telepon dari Gilang. Kabarnya lelaki itu akan datang ke Jakarta, Aisyah merasa senang karena sudah lama tidak bertemu dengan lelaki itu. Katanya dia ada urusan seminar di Jakarta dan sekalian ingin bertemu dengannya.Hati Aisyah berbunga-bunga, manakala orang yang selama ini di kaguminya akan mendatanginya."Kau sudah gila ya, senyum-senyum sendiri," celetuk Ariel di samping Aisyah. Aisyah langsung cemberut, bibirnya mengerucut kesal dengan perkataan Ariel. "Eh, salah lagi. Habis apa dong kalau tidak gila tapi tertawa sendiri tanpa sebab," lanjut Ariel tanpa merasa bersalah."Aduh!" rintih Ariel karena tiba-tiba Aisyah mencubit lengannya."Berani mencubitku lagi gajimu aku potong," ancam Ariel yang masih meringis kesakitan sambil meniup-niup kulit lengannya."Siapa suruh, bos selalu mengataiku seenaknya. Aku kan juga punya hati dan perasaan. Aisyah bukanlah bo
Baca selengkapnya
Tetaplah Di sini
Bunyi telepon menyelamatkan Aisyah, ia lalu buru-buru menjawab telepon itu di teras balkon. Samar-samar Ariel mendengar tawa Aisyah di telepon. Gadis itu seperti tidak menganggapnya ada. Bisa-bisanya ia terlihat santai seolah tidak ada orang.  Ariel langsung menyambar ponsel Aisyah dan mematikannya. "Mengganggu saja." Aisyah sampai melongo melihat kelakuan spontan Ariel.  "Bos, kenapa bos mematikannya?" tanya Aisyah tak mengerti. "Iya sayang, ngapain sih kamu ikut-ikutan urusin dia?"  "Aku tahu, suaranya pasti mengganggumu," tebak Amora. "Maaf. Kalau begitu saya keluar," pamit Aisyah.  "Tetap di sini!" perintah Ariel. Aisyah makin bingung, siapa yang di suruh bertahan dan siapa yang di suruh keluar ia bingung sendiri.  "Maksudnya?" tanya Aisyah polos. "Kamu! Siapa lagi!" sentak Ariel. Aisyah sedikit gemetar menfengar suara lantang Ariel.  Amora berjalan mendekati Ariel. Ia m
Baca selengkapnya
Sikap Posesif Ariel
Aisyah sebenarnya tidak suka jika Ariel selalu mengekorinya. Apalagi kali ini ia mau bertemu dengan Gilang. Laki-laki yang selama ini yang membuatnya kagum.  "Tidak usah berdandan berlebihan. Kau tidak berniat menggodanya, kan?" sindir Ariel melihat Aisyah memoles lipstik di bibirnya. Bibir yang ranum dan selalu membuat khayalan Ariel melayang dengan pikiran mesumnya untuk melumat bibir itu. Aisyah memilih diam tidak mengomentari perkataan Ariel. Matanya masih fokus di depan cermin   untuk menyisir rambutnya yang tergerai. Aisyah menaikkan rambutnya dan mengikatnya sehingga terlihat leher jenjangnya yang putih bersih. "Eits, jangan kau ikat rambutmu. Biarkan tergerai saja," perintah Ariel. "Memangnya kenapa?" tanya Aisyah keheranan. Tangannya masih memegang kuncir. "Tidak apa-apa. Hanya saja kau terlihat tidak cocok dengan rambut di ikat," ujar Ariel beralasan. Padahal ia tidak suka jika Aisyah mengekspose leher jenjangnya. A
Baca selengkapnya
Ariel Cemburu
Aisyah merasa ada perang dingin antar keduanya. Ia menatap satu persatu wajah mereka bergantian. Ia tidak suka perkataan Ariel yang seolah tidak menghargai kehadiran Gilang. "Kak Gilang, kami pergi dulu karena ada pekerjaan yang harus di kerjakan." Aisyah buru-buru menyela pembicaraan keduanya. Ia tidak ingin Ariel lebih jauh berkata yang tidak mengenakkan pada Gilang. "Baiklah, nanti kalau ada waktu luang aku akan menghubungimu," ucap Gilang pada Aisyah. Ia mengusap rambut wanita ayu itu penuh kelembutan. Rasanya Ariel ingin menarik tubuh Aisyah dalam dekapannya. Di dalam mobil Ariel hanya diam. Wajah lelaki itu tiba-tiba berubah menjadi agak seram. Bukan karena mirip hantu, tapi suasana hati Ariel yang buruk menjadikan suasana di dalam mobil mencekam seperti di pemakaman. Aisyah yang tidak menyadari kemarahan Ariel malahan senyum-senyum sendiri menatap ke arah jendela. Ia masih terbayang-bayang pertemuannya dengan Gilang. Wajah tampan Gilang tidak bisa hilang dari ingatannya.
Baca selengkapnya
Seperti Tunawisma
Aisyah berjalan meninggalkan hotel dimana ia menginap sebelumnya. Ia tidak tahu harus kemana. Ariel telah mengusirnya penuh kemarahan. Aisyah tidak tahu yang ada di benak Ariel sampai tega mengusir dirinya. Di saat ia melamunkan nasibnya, sebuah taksi mendekatinya. Sungguh kebetulan sekali. Ia pun menghentikan taksi itu dan masuk ke dalam. "Kemana Non?" tanya sopir taksinya."Jalan saja, Pak. Nanti saya beritahu di jalan," ucap Aisyah. Aisyah tidak tahu harus kemana, ia tidak tahu daerah Bandung. Sungguh malang nasibnya kali ini. Sesekali ia menyeka air matanya. Aisyah tidak ingin mengundang tanya sopir taksi itu.Pandangan Aisyah tertuju pada sebuah cafe yang terletak di pinggir jalan. Cafe itu terlihat unik dengan desain candle light. Bagi pasangan sepasang kekasih mungkin terlihat romantis. Aisyah akhirnya meminta sopirnya untuk berhenti tepat di depan cafe. Setelah menyerahkan selembar uang pada sopirnya, kaki Ais
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status