All Chapters of Pendekar Sejak Dalam Kandungan: Chapter 51 - Chapter 60
100 Chapters
Belum sembuh total
Dewantara pun segera mengangkat tongkat kayu miliknya dang bersiap untuk membidik rusa muda itu. "Sabar nak... Jangan terburu buru, ingat apa yang Kakek jelaskan tadi," ucap kakek yang terus memberikan instruksi kepada Dewantara. Dewantara begitu fokus saat akan membidik target nya dan tak lupa dia juga terus mengingat semua yang di jelaskan kakek Byakta tadi. Akhirnya tongkat kayu milik Dewantara telah di lemparkan dengan sekuat tenaga. "Bruuuushhhhh....," Suara tongkat kayu milik Dewantara. Ternyata tongkat kayu milik Dewantara itu menancap pas di leher rusa muda itu, sehingga membuat Dewantara sangat kegirangan karena sudah berhasil berburu dengan menggunakan cara yang di pakai Kakek Byakta dan juga Abisatya selama ini. "Wahhhh lihat itu kek.... Tongkat kayu milik ku menancap pas di leher rusa muda itu hehehe," ucap Dewantara yang masih sangat kegirangan.
Read more
Penuh amarah raja
Mendengar semua apa yang di katakan Dewantara, raja Argani sedikit tak mempercayai nya karena melihat luka di kaki Dewantara sudah benar benar sembuh dan tak ada darah lagi yang mengalir di kakinya. "Kamu jangan bohong padaku! Jangan pernah kamu pernah membohongi ku! Aku tahu lukamu itu sudah benar benar sembuh! Jadi sekarang jawab pertanyaan ku! Kenapa bisa sembuh secepat ini?!" Ucap raja Argani yang penuh kemarahan besar. Sedangkan Dewantara yang melihat dan mendengar itu semakin ketakutan. Satu sisi dirinya harus melindungi keluarganya dan sisi lain dia juga harus bisa menjaga kepercayaan keluarga kakek Byakta. Saat itu benar benar waktu yang sangat membingungkan bagi Dewantara. Sampai pada akhirnya Dewantara berfikir untuk sedikit mengelabuhi raja Argani dengan berpura pura pingsan saat itu juga. "Brukkkk...," Suara Dewantara yang berpura pura jatuh pings
Read more
Menangis
Tapi sebelum tidur, Abisatya berniat untuk menghampiri anaknya yang sedang tidur di pelukan Dewi Suhita. Melihat itu Abisatya sedikit meneteskan air matanya karena tak rela jika harus kehilangan anak satu satunya itu. Tapi perasaan sedih itu harus di tahan Abisatya karena Dewi Suhita tiba tiba terbangun dan melihatnya yang sedang menyesakan air mata. "Suamiku... Kamu kenapa nangis tadi? Apa yang membuatmu mengeluarkan air mata seperti ini?" Tanya Dewi Suhita. Melihat istrinya terbangun sangat membuat Abisatya terkejut, Abisatya juga tak menyangka kalau istrinya melihat air mata yang keluar dari matanya. Pertanyaan Dewi Suhita juga membuatnya sangat kebingungan harus menjawab apa padanya. Tak mungkin kalau Abisatya harus berkata jujur pada istrinya. Setelah berfikir akhirnya Abisatya memutuskan untuk sedikit mengelabuhi Dewi Suhita.
Read more
Ruang anggota pendekar
Mereka berdua mulai berjalan menuju ruangan khusus anggota pendekar api tidur. Tapi malam itu bukan malam yang beruntung bagi mereka berdua. Mereka berdua di pergoki oleh penjaga yang sedang berkeliling markas. "Hey kalian berdua! Sedang apa berada di luar ruangan di tengah hari seperti ini?! Ayo ikut aku untuk menghadap raja Argani sekarang juga!" Ucap penjaga itu. Mendengar suara itu membuat Dewantara dan Gentala sangat ketakutan. Namun mereka berdua tak mau menyerah begitu saja, Dewantara mempunyai niat untuk segera melarikan diri agar keduanya tak di tangkap oleh penjaga itu. "Gentala.. hitungan ketiga kita langsung lari ke arah sana," bisik Dewantara pada Gentala. Mendengar itu Gentala sangat setuju dengan ide Dewantara itu. "Baik..," "Satu... Dua... Tiga.. lariiiii," ucap Dewantara.&
Read more
Menggendong Adiwilaga
Kedua tangan mulai di julurkan, mengangkat dan menggendong Adiwilaga. Terasa sangat hangat, terasa nyaman. Melihat senyumannya yang begitu menggemaskan, membuat hati semakin tenang. Setelah di rasa cukup puas menggendong Adiwilaga, akhirnya Abisatya segera kembali menghampiri Kakek Byakta yang sedang menguliti kulit rusa di luar rumah. Abisatya mulai berjalan ke luar rumah, menghampiri kakek Byakta disana. "Kek... Apa yang bisa ku bantu sekarang?" Tanya Abisatya. Mendengar suara pertanyaan itu, kakek Byakta mulai menoleh kebelakang, melihat Abisatya sedang berjalan menghampirinya. Kakek Byakta mulai membuka mulutnya, menjawab pertanyaan Abisatya tadi. "Bantu menyalakan bara api saja nak... Kakek juga akan selesai sebentar lagi," jawab kakek Byakta. Abisatya mendengarkan jawaban Kakek Byakta, seger
Read more
Di tentang semua teman
Setelah sedikit berbicara pada Garaga, akhirnya tongkat kayu milik Abisatya sudah selesai di lancipkan oleh kakek Byakta. Kakek Byakta mulai memanggil Abisatya, segera memberikan tongkat kayu miliknya itu. "Nak.. ini tongkat mu sudah kakek lancipkan ujungnya, ayo kita segera berangkat sekarang," ucap kakek Byakta. Abisatya yang mendengar sauara kakek itu segera menoleh ke arah kakek Byakta dan mengambil tongkat miliknya itu. "Baik kek... Ayo kita berangkat sekarang," jawab Abisatya dengan sangat semangat. Langkah kaki mulai berjalan menuju hutan, mencari hewan buruan untuk di makan, sembari berniat untuk menghilangkan beban pikiran. Tiba di tengah hutan, tiba tiba Kakek Byakta tidak berjalan pada jalan yang biasa ia lewati saat berburu, kakek Byakta meilih ke jalur lain berniat untuk mencari lokasi buruan baru di sana. Tentunya hal itu me
Read more
Provokator
"Berhenti bicara sekarang! Sekali lagi kamu berani menghalang halangi kita untuk membunuh mereka, kamu yang akan kita bunuh di sini, camkan itu!" Ucap provokator tadi. Mendengar ancaman dari provokator Kir itu, Dewantara hanya bisa diam dan berharap Garaga segera datang kemari untuk menolong kakek Byakta dan juga Abisatya. Langkah demi langkah, sudah semakin dekat dengan kakek Byakta juga Abisatya. Provokator itu tinggal selangkah lagi sudah bisa membunuh kakek Byakta dan juga Abisatya. Pedang mulai di angkat, bersiap untuk segera menebas kepala kakek Byakta dan juga Abisatya. Tapi tiba tiba terdengar suara langkah kaki, tapi suaranya terdengar sangat keras. "Bruhk... Bruhk... Bruhk...," Suara langkah kaki Garaga. Semua orang mendengarnya, sangat penasaran, mulai menebak nebak. Garaga telah muncul, memancarkan wajah y
Read more
Tawaran dari Garaga
Keadaan mulai tenang, raut wajah ketakutan sudah tidak ada, hanya saja terlalu banyak penyesalan dan permintaan maaf. Senyuman mulai terlihat di raut wajah semua orang, termasuk juga di raut wajah Garaga. Tapi sayang, momen indah itu harus berada di atas darah para pendekar api tadi. Semuanya mati! Di terkam oleh Garaga. Setelah kejadian itu, mereka semua memutuskan untuk segera membuat satu lubang, akan digunakan untuk mengubur semua pendekar api yang sudah mati tadi. Menguburnya dengan perasaan campur aduk. Merasa Takut, dendam, kasihan, merasa bersalah. Tapi mereka semua harus tetap mengubur mereka semua sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk mereka semua para pendekar api. Lubang yang cukup dalam sudah berhasil mereka buat. Segera memasukkan jenazah para pendekar api itu satu persatu, dan
Read more
Membungkuk hormat
"Apa? Garaga menawarkan hal ini untuk kita berdua? Sungguh baik memang harimau besar ini... Tapi bilang saja padanya kita masih kuat untuk berjalan sampai rumah, kakek tak enak hati padanya jika harus menaiki punggungnya," jawab kakek Byakta. "Iya kek aku juga merasakan hal yang sama padamu.. tadi juga aku sudah menolak permintaan nya itu, tapi Garaga tetap memaksa ku kek, kita harus bagaimana sekarang?" Tanya Abisatya. Kakek Byakta pun pasrah... "Yasudah nak... Kita segera naik saja ke punggung Garaga ini sekarang," jawab kakek Byakta. Kaki mulai mengambil ancang ancang, mengayunkannya keatas punggung Garaga. Mulai menduduki punggungnya, terasa sangat nyaman di atasnya. Mereka berdua telah naik ke atas punggung Garaga. Garaga mulai berdiri, segera berjalan pulang kerumah. Kakek Byakta dan Abisatya sangat menikmati pe
Read more
Berjalan perlahan
Berjalan perlahan demi perlahan, mulai menatap wajah raja Argani. Penjaga segera memberitahukan apa yang di katakan Dewantara tadi pada raja Argani. "Permisi raja.. aku ingin menyampaikan pesan padamu sekarang," ucap penjaga. Raja Argani mulai menoleh kearahnya dan segera bertanya pada penjaga. "Pesan apa?! Dari siapa?!" Tanya raja Argani dengan begitu tegas dan keras. Penjaga sedikit ketakutan tapi mereka juga harus tetap menyampaikan pesan ini pada raja Argani. "Tadi ada seorang anggota yang memberi tahu kalau teman temannya di mangsa oleh hewan buas di tengah hutan saat berburu, hanya dia yang selamat dengan penuh darah di bajunya," jawab salah satu penjaga. Mendengar akan hal itu, Raja Argani sangat ingin bertemu dengan satu satunya orang yang selamat dari terkaman hewan buas itu. Raja Argani memutus untuk menyuru
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status