Lahat ng Kabanata ng Menikah Jalur Orang Dalam: Kabanata 11 - Kabanata 20
32 Kabanata
Mau Jadi Istri Mas?
"Awas, hati-hati sama hati orang, hati sendiri lebih lagi." —(Bukan) Pakar Cinta.   Binar menaikkan alisnya, terkejut. Kenapa tiba-tiba Mas Banyu ikut ditanya? Binar mengalihkan pandangannya menuju Mas Banyu, lalu ia menangkap mata Mas Banyu yang sudah menatapnya lekat dari tadi. Binar mengedipkan matanya cepat, tiba-tiba merasa gugup karena dipandangi seperti itu. Banyu, yang tanpa sadar sudah memandangi wanita di depannya cukup lama dengan  tatapan yang lebih terlihat seperti terpesona, tiba-tiba tersadar bahwa ia sedang ditanya oleh Bunda ketika mata Binar—dan juga mungkin mata seisi ruangan—mengarah padanya. Banyu mengaburkan pandangannya, menelan ludah, dan kembali fokus pada percakapan, "Hah? I–iya, Bun," jawab Banyu terbata-bata. "Ah, kamu ini. Melihat Binar begini saja sudah grogi. Gimana kalau kalian nanti malam pertama? Yang ada kejang-kejang kamu, Banyu," balas Bunda santai. Banyu membelalakkan mata, Binar
Magbasa pa
Senyum Kecil Banyu
"Biasanya, jatuh dari mata, lalu turun ke hati. Dari yang sudah-sudah, sih, seperti itu. Nanti kamu juga begitu." —Teman sesama jomlo yang tiba-tiba jadi ahli percintaan.   "I—iya, aku mau." Banyu hanya bisa bereaksi pada jawaban wanita di depannya dengan tersenyum kecil. Tersenyum? Kenapa Banyu sampai tersenyum?  Astaga, setelah dipikir-pikir, sudah tidak terhitung berapa kali ia mencuri pandang ke arah Binar sambil kesengsem tidak jelas. Sial, kenapa dandanan Binar jadi terlihat sangat cantik hari ini? Tunggu, kenapa malah Binar yang disalahkan? Ia sadar keduanya hanya menikah kontrak demi menyenangkan hati kedua orang tuanya. Tetapi, kenapa ia bahkan tidak bisa menahan senyumnya setelah mendengar jawaban Binar? Banyu menelan ludahnya. Ia tidak yakin kegaduhan macam apa yang terjadi di hatinya saat ini. "Nah, begitu, dong! Akhirnya kamu menuruti apa kata Bunda untuk menikah. Bunda senang sekali mendengarnya
Magbasa pa
Perang Kedua
Harap bersabar. Ini ujian." —Frasa yang terkenal pada jamannya.   "Maksud kamu bagaimana, Banyu?" geram Bunda. Lalu melanjutkan, "Jangan bilang, kamu menghamili Binar, ya? Karena itu tiba-tiba kalian ingin menikah?" Karena perkataan Bunda, sontak situasi menjadi lebih menegangkan. Banyu panik, Binar jauh lebih panik. Seketika, semua tatapan mata langsung menuju Banyu dan Binar secara bergantian. "Eh, enggak, Tan. Enggak mungkin Binar hamil sama Mas Banyu! Lagian, kapan juga ngelakuinnya?! Maksudnya ... jelas enggak, dong! Serius! Enggak seperti yang Tante pikirin," Binar gelagapan sembari mengibaskan tangannya cepat. Lalu ia langsung menatap Banyu tajam, "Mas Banyu, gimana, sih?"  Kok, jadi Banyu yang disalahkan? Yang menuduh Binar hamil, kan, Bunda? Selain itu, yang mengusulkan untuk tidak adanya pesta pernikahan bukannya Binar sendiri? Banyu menarik napas dalam-dalam, ia sudah menduga orang tuanya akan menu
Magbasa pa
Mencari Senyum Si Manis
"Minta didoakan bisa sama siapa saja. Siapa tahu doa dari orang yang enggak kita kira, yang justru dikabulkan?" —Guru ngaji setempat.   "Terserah Mas aja," jawab Binar ketus, bola matanya masih mengarah ke kendaraan di samping jendela. "Jangan terserah, dong, jawabnya," balas Banyu tenang. Duh, Binar kalau bicara yang jelas, apa susahnya? Memangnya Banyu ini cenayang? Bahkan Banyu sendiri tidak yakin soal cenayang yang katanya benar-benar bisa membaca pikiran orang. "Ya, aku enggak tahu. Terserah Mas aja," Binar masih menghadap ke jendela di sampingnya.Banyu mencoba memancing jawaban Binar dengan pilihan ganda, "Mau langsung pulang? Atau ke tempat lain dulu?" "Ke tempat lain dulu," akhirnya Binar menjawab. Benar saja, memang yang seperti ini kudu dipancing dulu, pikir Banyu. "Ya, sudah. Kalau begitu maunya ke mana?" Banyu mengeluarkan pertanyaan selanjutnya. "Terserah Mas aja," ujar Binar untuk yang ke
Magbasa pa
Kok, Kayak Kencan?
"Biasanya yang awalnya biasa-biasa saja, lama-lama jadi terbiasa." —(Lagi-lagi) seorang teman yang sok ahli percintaan.   "Nah, begitu, dong. Kalau senyum, kan, cantiknya enggak hilang," gumam Banyu apa adanya. Oke, ini pertanyaan serius. Ada apa dengan Banyu hari ini? Kenapa ia tiba-tiba berlagak seperti kekasih sungguhan? Tadi memanggil 'sayang', sekarang dengan kalemnya ia bilang Binar cantik. Bahkan, Banyu sendiri dibuat heran dengan tingkahnya hari ini. Tidak seperti biasanya ia blak-blakan dan langsung menunjukkan isi pikirannya begitu saja. Ya, tapi enggak salah juga, sih. Toh, Binar memang benar cantik. Khusus hari ini, cantik banget malah. Binar hari ini mengenakan dress warna coklat gelap sederhana namun tetap formal di bawah lutut. Melihat Banyu yang mengenakan batik dan celana bahan dengan warna senada, membuat keduanya terlihat seperti sepasang suami istri sungguhan yang sengaja mencocokkan bajunya, sengaja m
Magbasa pa
Kagok Kepergok
“Ada dua tipe teman di dunia: pertama, yang membantumu di masa sulit; kedua, yang menertawakanmu di masa sulit, kemudian membantumu. Sabar aja kalau dapat yang kedua.” —Berdasarkan pengalaman pribadi kebanyakan orang. “Tunggu, kamu enggak lagi takut orang salah kira kalau kita lagi pacaran, kan?”Iya, itu juga! Seru Binar dalam hati. Apalagi, melihat penampilan Binar dan Mas Banyu saat ini, keduanya bisa saja dikira sudah menikah. Melihat reaksi Bu Sarti ketika makan bakmi tadi, adalah tidak mungkin jika Binar tidak akan ditanya macam-macam—dan didoakan macam-macam—jika Binar lagi-lagi bertemu orang yang ia kenal.Lebih baik cari aman. Lebih baik begitu.“Enggak, lah. Mas geer banget. Emang sisa tempat duduknya tinggal sedikit, kok,” Binar berbohong lagi.“Oh, oke,” Mas Banyu menjawab pelan.***Niat yang awalnya ingin me-time ingin menonton biosk
Magbasa pa
Tidak Rela Melepaskan
“Awas, terlalu nyaman. Nanti disuruh melepaskan, malah kecewa.” —tegur penjual baju kepada pengunjung yang rajin coba-coba, membeli enggan. Banyu yang sedari tadi tidak ambil pusing ketika menjawab pertanyaan adik iparnya ini, hanya bisa menahan senyum ketika melihat interaksi Binar dan kedua sahabatnya, yang merupakan adik dan adik iparnya sendiri. Persahabatan mereka dinamis sekali, kelihatannya seru juga, batin Banyu dalam hati.“Kenapa? Kok tiba-tiba berubah? Mas Banyu terlalu ganteng untuk ditolak, ya?” goda Nila iseng.Aduh, adik iparnya ini ada-ada saja. Banyu tertawa dalam hati. Ya, jika ada yang bingung bagaimana caranya tertawa-dalam-hati, Banyu merupakan ahlinya.“Sudah, su—“ sebelum Banyu menghentikan keisengan Nila, omongannya terpotong.“Eh, kata siapa? Mas Banyu enggak hanya modal ganteng, kok. Dia juga baik, perhatian, suka mengalah, bertanggung jawab. Iya,
Magbasa pa
Menolak Cemburu
“Maju terus, pantang jealous.” —Jomlo desperate. Binar dulu kuliah di kampus yang sama dengan Mas Banyu? Kok, Binar enggak tahu, ya? Ah, lagipula kalaupun satu kampus, kemungkinan keduanya berada di dua program studi yang berbeda. Sehingga kemungkinannya untuk bertemu sangatlah kecil.Binar berpikir keras sebelum akhirnya menemukan kesimpulan. Ah, tentu saja, kalau Kak Jakti dan Kak Janu kenal Mas Banyu, artinya mereka berdua memang benar-benar berbeda program studi. Karena kakak kembarnya dulu di jurusan Teknik Informatika, sedangkan dirinya dari jurusan Teknik Lingkungan.Tunggu dulu, saingan apa, tuh?Kak Bagas: Wah, kayaknya menarik, tuh.Kak Jakti: Itu, loh. Saingan untuk mendapatkan cinta Indira. Hahahaha. Sorry, ya, bro.Kak Janu: Sialan.Hah? Kak Indira? Kakak iparnya Binar? Istrinya Kak Janu? Binar terkejut, ia benar-benar baru pertama kali mendengarnya.Binar: Asli? Beneran, Ka
Magbasa pa
Gaun Berbinar
“Jangan membohongi hati, nanti yang ada menyesal sendiri.” —Petuah lama yang masih relevan sampai detik ini.   Awalnya Binar tidak setuju untuk melakukan foto pre-wedding, karena menurutnya hanya buang-buang waktu dan tidak begitu penting-penting amat dalam proses pernikahan. Fotonya pun kemungkinan besar hanya berakhir sebagai pajangan di pesta pernikahan, yang mungkin tidak akan ada yang peduli juga dengan foto tersebut. Tetapi kata-kata Mas Banyu malam itu cukup untuk meyakinkan Binar yang pada akhirnya mau juga melakukan foto pre-wedding. “Foto pre-wedding? Entahlah, kayaknya lebih baik dilakukan aja dulu. Daripada nanti kita kena marah lagi,” jelas Mas Banyu malam itu di telepon. Kata-kata Mas Banyu enggak salah, sih. Ia bisa membayangkan bagaimana kedua orang tuanya akan langsung memaksa dan menyuruhnya menyewa studio foto jika ia dan Mas Banyu menyatakan tidak ingin ada foto pre-wedding. Pagi-pagi sekali Mas Banyu
Magbasa pa
Yakin Foto Berdua?
“Hati-hati, nanti jadi candu.” —Lagi-lagi (Bukan) Pakar Cinta   Mas Banyu berjalan mendekati Binar. Sekarang merupakan sesi foto pre-wedding terakhir, yakni foto berdua. Melihat Mas Banyu mengenakan setelan jas, Binar mengakui ketampanan Mas Banyu jadi meroket jauh ke angkasa. Halah, lebay. Tapi benar, deh. Binar sendiri tidak tahu bahwa pria seganteng Mas Banyu ternyata masih bisa dipoles lebih ganteng lagi. Mas Banyu berjalan semakin dekat, Binar memberanikan diri melihat mata Mas Banyu yang sedang berjalan ke arahnya. Mata keduanya bertemu, membuat hati Binar berdegup cepat, sontak ia langsung mengalihkan pandangannya. Kenapa Binar jadi salah tingkah begini? Sadar, Binar Jati Rahayu! Sebenarnya ketika Binar melihat Mas Banyu yang baru selesai photoshoot dengan setelan jasnya pertama kali sudah cukup membuat hatinya bergetar, tetapi dengan jarak sedekat ini, ia tak menyangka getar hatinya semakin tidak b
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status