All Chapters of Menikah Jalur Orang Dalam: Chapter 21 - Chapter 30
32 Chapters
Salah Tingkah
“Emangnya enggak capek pura-pura begitu?” —Seorang teman. “Duh, begini dong, gayanya mesra. Masa suami istri gayanya kaku kayak tadi,” ujar Mas Fotografer, selesai mengambil gambar, “Abis ini kita siap-siap ambil gambar berikutnya, ya.”Binar yang tengah tertawa geli akibat kecupan bertubi-tubi Mas Banyu yang menggelitiki lehernya, seketika tersadar ketika mendengar suara Mas Fotografer.Astaga, saking asyiknya tertawa Binar sampai lupa kalau mereka masih dalam proses photoshoot.Binar membulatkan matanya, menyadarkan dirinya. Kemudian segera menyadarkan Mas Banyu yang masih sibuk menggelitiki leher Binar dengan kecupan manisnya, “Mas, udah, Mas. Udah selesai. Ini mau ke sesi foto selanjutnya,” ujarnya sembari menepuk tangan Mas Banyu yang melingkari perutnya.Mas Banyu seketika tersadar, langsung menghentikan kecupannya, “Oh, iya. Maaf, ya,” ujar Mas Banyu sal
Read more
Angga? Siapa Dia?
“Lain di bibir. Lain di hati. Ceilah.” —Anak tongkrongan yang hobi menggoda temannya yang sedang kesengsem.   Binar kenapa? Entahlah, Binar juga tidak mengerti. Ia benar-benar tidak mengerti. Sejak Binar dan Mas Banyu selesai berganti pakaian, sampai sudah berada di dalam mobil yang tengah melaju di jalanan sibuk, di antara keduanya belum ada yang membuka percakapan. Kini udara di mobil sangat canggung, Binar jadi teringat terakhir kali ia duduk di mobil ini, kondisinya juga sama canggungnya. Hanya saja, sebelumnya kondisi canggung tersebut jelas asal-muasalnya, sedangkan yang terjadi sekarang sangat berbeda. Binar jadi kesal sendiri karena ia merasa kesal, sebenarnya ia kesal karena apa, sih? Rasanya Binar ingin menyalahkan Mas Fotografer yang menyuruh mereka berfoto seperti pasangan mesra, atau menyalahkan penata rias yang membuatnya memakai gaun seperti tadi, atau menyalahkan Mas Banyu yang memesan studio foto tersebut
Read more
Nama Dia Angga
“Lain di bibir. Lain di hati. Ceilah.” —Anak tongkrongan yang hobi menggoda temannya yang sedang kesengsem. Binar kenapa? Entahlah, Binar juga tidak mengerti. Ia benar-benar tidak mengerti.Sejak Binar dan Mas Banyu selesai berganti pakaian, sampai sudah berada di dalam mobil yang tengah melaju di jalanan sibuk, di antara keduanya belum ada yang membuka percakapan.Kini udara di mobil sangat canggung, Binar jadi teringat terakhir kali ia duduk di mobil ini, kondisinya juga sama canggungnya. Hanya saja, sebelumnya kondisi canggung tersebut jelas asal-muasalnya, sedangkan yang terjadi sekarang sangat berbeda.Binar jadi kesal sendiri karena ia merasa kesal, sebenarnya ia kesal karena apa, sih?Rasanya Binar ingin menyalahkan Mas Fotografer yang menyuruh mereka berfoto seperti pasangan mesra, atau menyalahkan penata rias yang membuatnya memakai gaun seperti tadi, atau menyalahkan Mas Banyu yang memesan studio foto terse
Read more
Waktu Berdua
“Mencari waktu berduaan setelah punya anak itu sama susahnya dengan mencari jarum di tumpukkan jerami.” —Suami yang merindukan waktu berdua dengan sang istri. “Beb, menurut kamu aneh enggak, sih?” Nila tiba-tiba bertanya.Raka menekan tombol remot TV-nya, mencari acara yang menarik, “Aneh kenapa?”“Kok, tahu-tahu mereka setuju sama perjodohan itu, ya? Enggak tahu kenapa, aku curiga aja,” Nila berkata serius, lalu menunjuk layar TV, “Beb, ini aja acaranya seru.”“Wajar, kok. Mereka juga pasti merasa kalau di umur mereka sekarang memang sudah waktunya untuk menikah,” jawab Raka kalem, “Kamu dari tadi diam itu mikirin ini?”“Iya,” Nila mengambil jus jeruk dari meja di depannya, “Ah, masa, sih? Kamu tahu sendiri, kan, kalau Binar ini beda. Beda dalam artian segala hal. Dia bukan tipe yang iya-iya aja kalau dikasih tahu.&rdq
Read more
Masakan Calon Istri
“Kenapa, ya, lebih enak dimasakin daripada masak sendiri?” —Frequently Asked Question dari para jomlo. “Ya sudah, nanti kita cari bareng aja, ya,” Begitu jawaban Binar ketika ditanya mengenai cincin oleh Mas Banyu melalui telepon, beberapa waktu lalu.Akhir-akhir ini ia sering menerima telepon dari Mas Banyu, tentunya untuk membicarakan pernikahan. Waktunya bisa kapan saja, semaunya Mas Banyu. Karena biasanya Mas Banyu yang mulai menghubungi.Binar sampai heran, ini orang apa emang enggak ada kerjaan kali, ya? Rajin banget menelepon Binar. Enggak kehabisan pulsa, Mas?Sudah beli paket telepon, ya, Mas? Jadi sayang kalau enggak dihabisin?Bahkan kemarin Mas Banyu menelepon Binar sampai lima kali.Tetapi wajar, sih. Waktu pernikahan mereka juga semakin dekat. Apa Binar salah, ya, kalau Binar terlalu santai?Binar menekan layar ponselnya, hendak mengirim pesan ke Mas Banyu.Bina
Read more
Cincin di Jari Si Manis
“Bukannya banyak mau, hanya mengikuti selera.” —Alasan jomlo bertahan dengan statusnya.   “Kamu mau yang mana?” tanya Mas Banyu yang membuyarkan lamunan Binar. Binar menatap lekat salah satu cincin berlian di balik etalase yang menarik perhatiannya. Berliannya tidak begitu besar, juga tidak begitu kecil. Desainnya juga sederhana, tidak ada warna yang macam-macam. Pasti sangat pas jika cincin itu diselipkan pada jemarinya yang ramping. Bagus sekali. Ini tipe cincin yang Binar suka. Lalu ia melihat harga yang tertera di bawahnya, matanya serasa ingin keluar dari tengkoraknya. Lima puluh juta?! Oke, harga yang sebenarnya adalah empat puluh sembilan juta sembilan ratus ribu sekian. Tapi kalau dibulatkan tetap lima puluh juta, kan? Duit segitu bisa buat beli bakmi tiga ribu porsi lebih. Kalau sehari minimal makan satu bakmi, itu bakmi bakal abis setelah berapa tahun? Kepala Binar mulai pusing. Awalnya dia setuj
Read more
Eh, Ketemu Buaya
“Selera, selera. Emangnya Ind*mie!” —Orang yang sudah melepas masa jomlo, kepada jomlo yang sangat pemilih.   Tampak seorang pria datang dari pintu masuk rumah makan. Penampilannya modis dari ujung kepala sampai kaki khas anak muda ibukota. Sepatu kets, celana khaki, kaos, jaket kulit, kacamata yang menggantung pada hidungnya yang lancip, dan rambut gondrong yang diikat ke belakang Wajahnya? Jangan ditanya. Banyu bahkan yakin kedatangan pria itu pasti sudah membuat semua wanita di restoran menoleh, berusaha mencuri-curi pandang. Pria itu terus berjalan. Semakin dekat, dan semakin dekat. Matanya terus mengarah pada meja makan yang ditempati Binar dan Banyu. Atau, lebih tepatnya, ke arah Binar. Tunggu, Banyu enggak salah lihat? “Ini Binar, kan?” sapa pria itu, berdiri tepat di samping Binar. Binar yang masih fokus menatap ponselnya, kepalanya menengadah mencari sumber suara. Binar terkejut, “
Read more
Tenang, Cuma Kating
“Segala yang dekat itu tidak selalu harus dimiliki.” —Pembelajar dari masa lalu. “Kalian, kok, bisa dekat?” tanya Banyu penasaran, berusaha menguatkan diri.Binar dan Angga menoleh ke arah satu sama lain, saling menatap, sama-sama berpikir. Hm … mulai dari mana, ya?“Kayak … biasa aja, sih, Mas. Seperti orang-orang yang dekat pada umumnya. Kita bisa dekat karena … terjadi secara natural aja,” jawab Binar mencoba memilah kata-kata, bingung antara ingin menjawab pertanyaan Mas Banyu atau mengalihkan fokus ke gurame asam manis di bawahnya.“Dari kuliah enggak, sih?” Angga menambahkan.“Iya benar,” Binar mencoba menyobek daging ayam kalasannya dengan garpu, “Pas itu kamu tiba-tiba bilang punya kenalan orang penerbitan. Kayaknya dari situ kita mulai dekat.”“Sebelumnya juga udah dekat enggak, sih?” Angga mengingat-
Read more
Apa Itu Kakaknya Teman?
“Siapa di dunia ini yang jalan dan makan hanya berdua dengan kakaknya teman? Status macam apa itu?” —Netizen kepo   Binar dan Mas Banyu terdiam, memandang satu sama lain. Situasi apa ini? Kenapa tiba-tiba Binar tidak mampu berpikir? “Ca—“ sebelum menjawab, jawaban Mas Banyu terpotong. “Kakaknya teman. He he,” potong Binar mengambil alih. “Kakaknya teman? Siapa?” tanya Angga heran, alisnya berkerut. “Itu, loh. Raka. Kamu tahu Raka, kan?” kata Binar, berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Meskipun sebenarnya agak tidak masuk akal juga kalau dirinya makan berdua dengan … kakaknya Raka. Angga berpikir sesaat. Kemudian membalas, “Oh, Raka yang sering banget nempel sama kamu itu, ya? Sama siapa, tuh, satu lagi yang setengah bule? Nila, ya?” “Giliran cewek cakep aja. Cepat banget ingatnya,” sindir Binar. Lalu ia melanjutkan, “Oh, iya. Dia seperempat bule, bukan setengah. Hanya ingin membenarkan. Dia juga
Read more
Penasaran Banget, Mas?
“Orang bertanya belum tentu bisa diartikan perhatian. Bisa jadi hanya penasaran biasa.” —Single yang tidak mudah terpengaruh oleh perasaan   Suka mengatur dan suka ngambek sendiri? Wah, Mas Banyu ini benar-benar, ya. Belum menikah saja sudah mencari keributan. Apalagi nanti jika mereka sudah resmi menikah? Binar menatap lurus ke arah Mas Banyu. Matanya melotot. “Mas, mau gelut?” Alis Mas Banyu berkerut, pura-pura tidak mengerti. “Gelut? Yang mirip cacing itu?” Binar menganga. Oh, ini mas-mas bisa melucu juga, ya, ternyata?! Sontak tawa Angga meledak, tangannya menunjuk-nunjuk Mas Banyu. “HA HA HA! Bagus juga selera humor calon suami kamu, Nar!” “Mas, tolong, ya. Itu belut! Belut sama cacing apa miripnya, sih? Astaga,” Binar mendengus kesal, lalu memutar bola matanya. Mas Banyu yang kelihatannya masih belum puas menggoda Binar, berkata, “Emang enggak mirip, ya? Kan, sama-sama enggak punya k
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status