Semua Bab GADIS NAKAL ITU MILIKKU! : Bab 21 - Bab 30
121 Bab
Bab 21 : Lagi-Lagi Cemburu!
Kedua lelaki yang tersisa dan masih sadarkan diri, bergerak mundur, tak ingin mengalami nasib yang sama dengan satu kawannya yang kini terkapar tak berdaya di lantai dengan wajah yang berdarah. “Kau gila?!” seru lelaki bertubuh kurus yang menghampiri Grace sebelumnya. “Iya, aku memang gila. Kau ... tak akan kubiarkan menyentuhnya sedikit pun, atau aku tak segan membunuh kalian semua,” jawab Ethan menahan sakit. Kursi jati yang menghantam tubuh bagian belakangnya benar-benar menyisakan rasa sakit yang teramat sangat, bagaimana tidak sakit, jika kursi itu sampai patah dan hancur tanpa bentuk karena menghantam tubuh Ethan. Akhirnya kedua lelaki itu berlari ke arah luar sambil mengumpat dengan kata-kata kasar, meningalkan salah satu temannya, Ethan, dan Grace di dalam ruangan. Ethan merasa sakit di punggungnya semakin menjadi, setengah merayap di lantai, dia berusaha mendekat ke arah sofa di mana Grace masih terbaring belum sadarkan diri. Setelahnya dia berhasil
Baca selengkapnya
Bab 22 : Pesona Ethan
Tubuh Grace terasa berat, membuat Ethan sedikit kelelahan, jarak antara rumah Keluarga Steward dan Mrs. James memang tak terlalu jauh, jadi dia memutuskan membopong tubuh Grace tanpa harus memanggil taksi, meski menahan rasa sakit di punggungnya, Ethan tetap bertahan, sekuat tenaga yang tersisa, dia berjalan dengan tertatih, berharap dapat segera sampai. Wajah Ethan dipenuhi keringat, tubuhnya sudah terlalu lelah, hampir tak ada lagi tenaga yang tersisa pada dirinya, tak lama kemudian, keduanya sampai di rumah Mrs. James. Ethan mengetuk pintu, dan Mrs. James membukakannya, raut wajahnya terlihat panik melihat keadaan Grace yang berantakan berada di dalam dekapan Ethan. Terburu-buru Mrs. James memersilakan Ethan masuk, dan memintanya meletakkan tubuh Grace di atas sofa. “Ethan, jelaskan padaku, apa yang terjadi pada kalian berdua, apa kalian berdua dirampok orang di tengah jalan atau—“ “Mrs. James ... kumoho ... jangan bertanya lebih banyak, setidaknya Grace—“
Baca selengkapnya
Bab 23 : Kebaikan Ethan
“Aku mengerti, sekarang bangunlah, aku akan membuatkan secangkir susu hangat dan pancake untukmu, bagaimana?” “Tak usah, kau temani aku saja, kita makan di luar pagi ini.” Ethan berusaha mengubah posisinya di sofa, sembari menahan nyeri di bagian punggung, dia akhirnya berhasil duduk tanpa menyandarkan bagian tubuhnya yang terkena hantaman sebuah kursi tadi malam. Ethan melepas kemeja hitam yang dikenakannya, tubuh itu terlihat sempurna bahkan mampu menggoda perempuan mana pun yang melihatnya, lengan berotot dan kekar, perut rata kotak-kotak, membuat Ethan terlihat seksi, bahkan Grace menatap tubuh itu tanpa berkedip. Ketika Ethan berbalik, Grace baru menyadari ada beberapa luka memar menghiasi punggung Ethan saat itu. “Punggungmu,” tunjuk Grace ke arah punggung Ethan, dan Ethan tak menjawab apa-apa, dia hanya tersenyum membuat Grace menjadi serba salah. “Kau punya obat gosok?” tanya Ethan sesekali meringis. “Ah, sebentar, aku tanya ne
Baca selengkapnya
Bab 24 : Ciuman Rindu Dari Edward
Grace tertawa dan menepuk wajah Ethan dengan gemas, lalu melepas tangan Ethan dan berlari, “Saat ini aku menginginkan hati yang lain, mungkin jika hati yang lain itu berpaling dariku, aku akan berusaha mengejar milikmu!” teriak Grace dari kejauhan, kemudian Ethan mengejarnya. Grace dan Ethan tak sadar sepasang mata sedang melihat keduanya, seakan ingin menerkam dan memakan mereka, dan melumatnya sampai tak bersisa. Edward berjalan dengan perasaan geram, mendekati keduanya, hatinya benar-benar dibuat sakit dengan kelakuan Ethan dan Grace, ya, apakah tak bisa membiarkan dirinya bahagia meski hanya sesaat? Ethan dan Grace saling tarik menarik, kemudian menggelitiki satu sama lain, lalu tertawa, adegan yang sebenarnya diharapkan Edward, itu adalah dia dan Grace bukan laki-laki lain, belum lagi laki-laki itu adalah kakaknya sendiri. Edward berkacak pinggang, berusaha menahan emosi yang meledak-ledak di dalam dadanya. “Ehem!” Grace dan Ethan
Baca selengkapnya
Bab 25 : Skak Mat!
“Ed,” panggil Grace. “He-em,” jawab Edward. “Ada yang ingin kutanyakan,” ujar Grace. “Tanyakan saja.” “Kau dan Ethan, sepertinya sudah saling mengenal. Aku sebetulnya heran, kenapa kau dan Ethan memiliki paras yang hampir mirip, sebenarnya siapa Ethan?” “Dia ... kakak kandungku,” jawab Edward. Okay, semuanya menjadi jelas dan terjawab. Pantas saja Grace merasa kedua pemuda ini sangat mirip, dan semuanya menjadi jelas dengan jawaban dari mulut Edward. “Tapi ... kenapa sekarang dia ada di Amerika?” “Dia dan tunangannya membatalkan pernikahan, Karen kekasihnya, meninggalkannya. Kau tahu ... Grace, Ethan meninggalkan segalanya demi perempuan itu, bahkan dia berani membangkang dan melawan kedua orangtuaku demi perempuan itu. Tetapi perempuan itu mencampakkan Ethan begitu saja,” jelas Edward panjang lebar. “Ah. Kalau kau di posisi Ethan, apa kau akan melakukan hal yang sama?” tanya Grace dengan sebuah pertanyaan yang
Baca selengkapnya
Bab 26 : Edward Dan Ethan
Edward terdiam, setiap dia ingin menyatakan perasaannya, selalu saja yang dikatakan adalah yang sebaliknya. “Kau itu—“ “Ayo sebutkan,” tantang Grace sambil menaikkan satu alisnya dan berkacak pinggang. Grace sebenarnya tak tahan ingin menertawakan sikap Edward yang terlihat seperti anak kecil di depannya. “A-aku, kau itu ... milikku!” “Milikmu, kau kan tak menyukaiku, mana bisa menjadi milikmu!” “Bisa saja, kenapa harus menyukaimu baru bisa menjadi milikku?” “Kalau begitu, aku bukan milikmu,” ledek Grace lalu berbalik dan berjalan hendak meninggalkan Edward. Edward sadar, Grace memancingnya untuk mengatakan perasaannya, tapi setiap ingin mengatakannya, mulutnya seperti terkunci. “Grace!” panggil Edward. “Apalagi?” “Kalau kau masih dekat dengan laki-laki lain, aku akan mematahkan tangan mereka semua, kau paham!” “No, aku masih bebas. Jadi aku masih bisa memilih dengan siapa aku akan dekat-dekat, lagipula kau tak
Baca selengkapnya
Bab 27 : Mengungkit Masa Lalu
Akhirnya Grace harus kembali ke Detroit, waktu berliburnya sudah berakhir, kini dia harus menghadapi realita kehidupan yang sebenarnya. Dia harus kembali bekerja, kuliah, dan mungkin mengurus banyak tetek bengek lain, Edward memintanya segera menempati rumah baru yang dibelikan Edward untuknya, dengan alasan supaya Grace lebih mudah diawasi., tapi Grace masih belum memberikan jawaban pasti. “Eh,” panggil Edward.  “Kau ini kebiasaan, panggil namaku, eh... eh, kau kira aku sudah ganti nama?” “Ethan tak menggodamu, kan?” tanya Edward tiba-tiba.  “Memangnya kenapa kalau dia menggodaku? Lagipula kalian berdua bukan tipeku, aku... hmmm.” Grace terdiam tak melanjutkan kalimatnya, dia tak ingin jika sampai mengatakan kalau dia menyukai Kevin, maka Edward akan kembali mengamuk, tapi sampai kapan harus menyembunyikan perasaannya? “Aku tak peduli, siapa pun tipe laki-laki yang kau mau, aku tak akan melepasmu begitu saja, Grace.” “Seenak
Baca selengkapnya
Bab 28 : Edward Pecundang!
"Stop, jangan sebut nama Lesley, dia meninggalkanku, dia—" "Dia pantas meninggalkanmu, meninggalkan seorang pecundang yang terlalu takut menyampaikan apa yang dirasakannya. Seandainya aku seorang perempuan, aku pun akan melakukan hal yang sama, meninggalkan hubungan yang tak memiliki kepastian. Jadi jangan salahkan Lesley yang lebih memilih orang lain dibanding kau, Ed." "Lalu kau mau apa dengan hubunganku dan Grace?" "Mungkin aku dan Karen memang belum berakhir, tapi bukan berarti aku tak bisa mendekati siapa pun yang aku inginkan. Aku lebih berani mengatakan apa yang kurasakan, meski hasil akhir terkadang tak sesuai ekspektasi setidaknya aku tidak menyandang predikat pecundang sepertimu, kau paham?" Tanpa banyak bicara lagi, Edward melayangkan sebuah pukulan ke wajah Ethan sekuat tenaga. Ethan tak melawan, disentuhnya pipi yang menjadi sasaran Edward, terasa nyeri, tapi itu tak seberapa. "Kalau kau bicara lagi, aku tak akan segan menghabisim
Baca selengkapnya
Bab 29 : Melupakan Janji Dengan Edward
Tak lama kemudian sebuah hidangan tersedia di meja. Edward langsung mengambil sandwich yang dibuat oleh Mrs. Collins, dan memakannya dengan lahap. Kedua mata Grace tak berpaling dari wajah Edward, ditatapnya lekat, ada desiran hangat yang mengalir di dadanya, dan dia masih belum mengerti perasaan apa yang dirasakannya. Dia tahu, ketika dia berada di Northville, meski dia berusaha melupakan Edward, tetap tak bisa, apalagi saat Ethan muncul, membuat sosok Edward semakin lekat di dalam ingatannya. Grace tersenyum ketika melihat Edward yang kini berada di hadapannya. “Kau daritadi tersenyum sendiri, apa kau sedang melamunkan hal-hal berbau mesum?” tanya Edward membuyarkan lamunan Grace. “Heh, kau ini kalau bicara jangan sembarangan, apa salahnya menonton film porno, aku masih normal, tidak seperti kau yang—“ Edward mengangkat satu alisnya, membuat Grace langsung berhenti berbicara. “Apa?” “Eh ... kau itu—“ “Perjelas,” potong Edward sekali
Baca selengkapnya
Bab 30 : Rasa Sakit Di Bawah Hujan
Edward segera memersiapkan diri, dia ingin membawa Grace makan malam bersamanya, tentunya hanya berdua, dia tak mau lagi ada pengganggu. Edward tak kembali ke rumah, dengan cepat dia meluncur ke arah rumah Grace. Bahkan tadi dia menolak ajakan Vanes dan Mark yang mengajaknya ke bar, tentu saja kedua pemuda itu tahu betul Edward akan pergi bersama siapa. Sesampainya di sana, Mrs. Collins yang membukakan pintu, dan tebak .... Grace tak ada di rumah, rupanya Kevin telah membawa Grace pergi lebih dulu dari beberapa jam yang lalu. “Grace tak ada di rumah, Ed,” ujar Mrs. Collins memersilakan Edward untuk masuk ke dalam rumah. “Ma-maksudmu ... dia sudah pergi?” “Iya.” Edward memegang bahu Mrs. Collins dan mengguncangnya, “Katakan padaku, dia pergi dengan siapa?!” “Seorang pemuda, namanya ... Kevin,” jawab Mrs. Collins. Mrs. Collins tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan tak pernah mengetahui jika putri kesayangannya sekarang menjadi idola
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status