All Chapters of Pelakor Harus Mati: Chapter 21 - Chapter 30
139 Chapters
BAB 21 - Teror Kematian
  “Apa-apaan ini? Mana mobil saya?!” teriak Dandy kesal saat tidak menemukan mobilnya di parkiran VIP gedung kantor. “SECURITY!” panggil Dandy.Tak lama, seorang pria berseragam keamanan datang menghampiri.“Ada yang bisa dibantu, Pak Dandy?” tanya petugas keamanan gedung Abraham Inc Tower dengan sopan.“MOBIL SAYA HILANG! BR*NGSEK! GIMANA SIH KALIAN KERJANYA?!”Petugas keamanan bernama Tiar itu mengerutkan kening bingung, lalu berbicara kepada seseorang melalui handy talky di tangannya. Sejurus kemudian ia kembali menghadap Dandy. “Maaf, Pak, tadi orang-orang dari kantor Bapak yang memindahkan mobilnya,” jelasnya, sesuai informasi yang didapatkan.“JANGAN BERCANDA KAMU! NGGAK ADA LAPORAN APA PUN KE SAYA. MANA MUNGKIN MEREKA BERANI AMBIL MOBIL SAYA TANPA LAPOR DULU?!” teriak Dandy marah. Lagi pula kunci mobil itu ada padanya. “
Read more
BAB 22 - Kabar Kematian Bianca
"Tabrakan beruntun yang melibatkan sebuah tronton dan tiga mobil terjadi di pertigaan Jl. Majapahit, Rabu malam. Akibatnya, tiga orang dilaporkan meninggal dunia dalam peristiwa naas tersebut, dan empat orang lainnya dikabarkan kritis. Kasat Lantas Polresta menjelaskan, peristiwa tersebut bermula saat truk tronton melaju dengan kecepatan cukup tinggi dan mengalami rem blong saat di lampu merah pertigaan, hingga hilang kendali dan menabrak tiga mobil yang berhenti di depannya.”   “DANDY!!!!!” BUK! BUK! BUK! “DANDY BANGUN!” Dandy mengerang pelan saat mendnegar suara gebrakan ibunya di depan pintu kamar.  “DANDY!!!!! BANGUN!!!” “YA!” jawab Dandy balas berteriak. Ia menyingkap selimut tebalnya, lalu berjalan tanpa alas kaki ke pintu kamar. “Apa sih, Bu, pagi-pagi begini sudah ribut?!” ujar Dandy kesal sambil menguap beberapa kali. “MANA BIANCA?” Argh.  Dandy mengera
Read more
BAB 23 - Start a War
   “Bianca damian peruka.”Petugas polisi itu mengernyit, membaca satu-persatu KTP korban tewas yang sudah ia kumpulkan untuk didata.“Maaf, Pak, tapi tidak ada nama korban itu di sini.”Deg. “Apa?” Indra menatap bingung.“Tidak ada korban atas nama Bianca di sini.” Polisi itu menunjukan empat KTP yang ada di tangannya kepada Indra. “Bapak yakin keluarga Bapak terlibat kecelakaan ini?” tanya polisi itu lagi.Indra sudah memastikan jika mobil yang ringsek itu adalah milik Bianca. Ia hafal betul mobil kesayangan wanita itu. Mobil berwarna merah darah dengan plat seunik kepribadiannya.“Ta… tapi ada mobil dia di sana,” ujar Indra tak mengerti.“Silakan Bapak bisa periksa jasadnya,” ujar petugas polisi itu, memberi jalan tengah saat melihat wajah Indra yang sudah sepucat mayat.Indra men
Read more
BAB 24 - Siasat Bianca
    Rapat Direksi darurat diadakan dua hari kemudian untuk membahas masalah kecelakaan yang menimpa Bianca. Seluruh pemegang saham datang dengan wajah tidak nyaman, kecuali Masaid, yang seakan sudah memperkirakan kejadian seperti ini sebelumnya. “Publik memang belum tau jika saham Bianca akan diberikan ke badan amal jika sesuatu terjadi kepadanya, tapi jika sampai publik tau, jelas harga saham kita akan turun. Sejak keluar berita mengenai kecelakaan Bianca, harga saham kita sudah mulai turun,” jelas Dandy, berdiri di muka ruang rapat, menunjukan grafik di layar. “Untuk mencegah penurunan yang lebih parah, kita harus menunjuk presiden direktur yang baru dan mengumumkannya di acara ulang tahun perusahaan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.” “Tapi Bianca masih hidup!” Jeremy menatap tajam sosok Damian. “Keadaannya terus memburuk, Pak Jeremy, dia bahkan masih belum sadarkan diri sampai sekarang,” ujar Dandy. “Kita tidak bisa men
Read more
BAB 25 -
  BRUK.Tubuh Tini ambruk di ambang pintu dengan wajah pucat, sedangkan Sandra mematung bagai tiang di sampingnya.Indra dan Bianca saling melempar pandang, sama-sama terkejut.“Apa aku harus pura-pura tiduran sekarang?” bisik Bianca, berbicara kepada Indra yang masih duduk membeku di samping ranjangnya. “Atau sapa mereka?”Tak ada jawaban dari Indra, akhirnya ia memilih yang kedua.“Hai, girls,” sapa Bianca kikuk.Indra menghela napas panjang, lalu bangkit berjalan ke arah kedua pria yang menjaga kamar Bianca.“Kenapa kalian izinkan mereka berdua langsung masuk?!” hardik Indra kepada kedua anak buahnya.Keduanya saling melempar pandang kebingungan. “Tapi Ibu Sandra dan Ibu Tini termasuk ke dalam daftar hijau,” ujar salah satu dari mereka.Indra mendesah panjang, menyematkan tangan di dalam saku celana. Mereka tidak salah, tapi
Read more
BAB 26 - Kejutan Untuk Nindi
    “Apa-apan ini?” Sheila berdiri di ambang pintu dengan napas terengah. Ia baru saja berlari di sepanjang lorong rumah sakit dengan air mata berderai dramatis, sampai-sampai orang berpikir salah satu kerabat gadis itu pasti sudah meninggal. Setidaknya, itu yang sebelumnya Sheila pikirkan, sampai ia menemukan kakaknya tengah tertawa tanpa rasa sakit sama sekali. Padahal ia hampir saja mati karena khawatir. “Shei? Kenapa kamu ke sini?” Itu bukan pertanyaan yang Sheila harapkan. Andaikan Kakaknya benar-benar sekarat, apakah pertanyaan itu pantas diajukan? “Apa ini salah satu permainan kamu, Bi?” tanya Sheila dengan wajah dingin. Bianca menghela napas panjang. Tidak ada gunanya juga menutupi lebih lama, toh sebentar lagi semua sandriwaranya harus selesai. “Apa cuma aku yang nggak tau soal ini?” tanyanya, melirik Indra yang berdiri di samping ranjang Bianca. “Ka… kami juga baru tau, Shei.”
Read more
BAB 27 - Kisah Cinderella
Pagi sekali seisi kampung sudah dihebohkan dengan kedatangan sebuah mobil impor yang mahal. Beberapa anak berlarian, emnegjar mobil itu dengan suara nyaring, bagai menyambut iring-iringan presiden yang takkan mungkin menyentuh pelosok kampung mereka. Heboh sekali. Terlebih saat mobil itu berhenti di depan sebuah rumah tua dengan tenda yang separuh jadi. “Mak! Teh Indi geus datang!” ujar seorang remaja tanggung dengan rok berwarna kuning dan kaos merah muda. Beberapa ibu-ibu yang tengah sibuk di dapur dengan kuali-kuali sebesar mulut sumur di kampung, langsung ricuh. Gosip kepulangan salah satu anak kampung mereka yang merantau ke kota sudah menjadi buah bibir yang paling hangat selama beberapa waktu belakangan ini. Apalagi, di arisan-arisan kelompok Ibu Lurah yang jelas sangat membenci Indi dan keluarganya. Bagaimana mungkin anak miskin itu bisa mendapatkan beasiswa di kota, sedangkan anaknya saja yang terlahir sempurna tidak lulus ujian masuk
Read more
BAB 28 - Devil's Queen
“BR*NGSEK!” Indra menendang kursi di dalam ruang perawatan Bianca yang kosong. "Apa kalian tau apa yang sudah kalian lakukan?!” geram Indra, menatap dua pria bertubuh tegap yang ia pilih dengan hati-hati setelah mengganti beberapa kali penjaga ruangan Bianca. “Maaf, Pak Indra, tapi Bu Bianca sendiri yang bilang bahwa dia harus pergi karena urusan penting.” “DAN KALIAN BIARKAN DIA PERGI BEGITU AJA?!” Rasanya Indra ingin membakar rumah sakit dengan dua penjaganya itu.  “Kami minta maaf, Pak Indra.” Felix menundukkan kepala di depan pria itu.  Indra menggeram sambil berjalan mondar-mandir di dalam ruangan Bianca. Ia menempelkan teleponnya di telinga, berharap sambungan telepon itu segera mendapatkan jawaban, atau ia akan benar-benar gila karena rasa khawatir yang memenuhi kepalanya. “HARUSNYA KALIAN LANGSUNG HUBUNGI SAYA!” teriak Indra meskipun ia tau itu sia-sia.  Lia meringis ketakutan di ujung ranjang, me
Read more
BAB 29 - Kawan atau Lawan?
  Bianca meninggalkan kerumunan di belakang punggungnya dengan wajah dingin.“Apa kita nggak apa-apa begini?” tanya Sandra dengan kening sedikit berkerut cemas. Terlebih saat melihat Fuadi pingsan karena syok saat melihat foto-foto putrinya sendiri.“Kenapa kamu jadi kasihan sama mereka?! Ini harga yang pantas buat membayar pengkhianatan mereka! Bahkan mungkin kurang!” Seperti biasa, Tini menimpali menggebu-gebu. Ia bahkan sengaja meletakan tumpukan foto lainnya di meja penerima tamu, membuat tamu-tamu yang duduk di luar tenda mendapatkan akses yang lebih mudah untuk melihat foto-foto itu.Mike, sudah berdiri di samping Pandu yang kedua tangannya terikat cable ties. Bianca menatap wajah Pandu sekilas. Dulu, mereka pernah berpapasan beberapa kali, walau bagaimana pun ia adalah salah satu anak buah kepercayaan suaminya. Mereka pernah berhubungan baik, sebaik hubungannya dengan Dandy dulu.Bianca mel
Read more
BAB 30 - Lost a Friend
  “Bu Bianca! Bu Bianca! Bangun!”Bianca mengerjap sekali. Kelopak matanya begitu berat dan basah. Bau bensin dan darah bercampur jadi satu. Bianca mencoba membuka mata, tapi sengatan nyeri di kepalanya langsung membuat wanita itu mengerang.“Bu Bianca? Ibu bisa dengar saya?”Perlahan sekali, Bianca mulai membuka mata, meski masih dengan sengatan nyeri yang sama. Bayangan Pandu masih terlihat kabur di hadapannya.“Syukurlah,” ujar pria dengan luka di bahu dan kepalanya itu. “Kita harus keluar sekarang,” katanya, mencoba membuka pintu Bianca yang tertutup dahan kayu.Mobil mereka terbalik setelah berguling beberapa kali menuruni jurang. Kini Bianca tergantung terbalik di kursinya. Ia melirik Mike yang terbaring telungkup di luar mobil, lalu menoleh ke belakang, tempat Tini dan Sandra yang menumpuk dengan posisi aneh karena tidak menggunakan sabuk pengaman. Hanya Pandu yang tad
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status