Semua Bab Pembantu Kaya Tuan Tampan: Bab 121 - Bab 130
134 Bab
PART. 121. MENGEJAR LALA
“Aku nggak mau tahu, Ma. Jika Mama masih menganggap Glenn adalah anak Mama pulanglah. Glenn nggak peduli siapa sebenarnya ayah Glenn. Hanya saja ini penting agar aku bisa menjelaskan semuanya pada Lala!” Tegas Glenn. “Apa kamu benar-benar serius mencintai gadis itu, Glenn?” “Mama jangan banyak bertanya dulu. Pokoknya mama pulang secepatnya titik!” Glenn menutup sambungan teleponnya. Wajahnya sangat frustasi bahkan semalam dirinya nggak tidur sama sekali. Pagi ini suasana apartemennya masih sangat sepi. Glenn melangkah keluar dan memeriksa Rega. Rega masih tidur dalam damai. Sejenak Glenn mengingat ucapan Rega. Bahwa cinta butuh diperjuangkan. Hati butuh dimegerti dan perasaan wajib disampaikan. Mencoba memahami perasaan sendiri sebelum memahami perasaan orang lain itu adalah bentuk keadilan. Glenn selama hidup ini baru sadar, tidak pernah adil pada dirinya sendiri. Selalu menyembunyikan keinginan dan kemauannya hanya karena menganggap semua itu tidak penting.
Baca selengkapnya
PART 122. AKU LOVE KAMU
"Ohh jadi kamu yang datang? Mau bikin keributan atau sengaja mau nantang aku?" ucap Adrian spontan saat melihat Glenn sedang berdebat dengan Narti.   Glenn maju beberapa langkah mendekati Adrian, "Maaf kak, aku hanya ingin bertemu Lala itu pun jika kakak dan keluarga mengizinkan," ucap Glenn sopan. Meskipun dalam hati jengkel, kalau saja di depannya itu bukan kakaknya Lala. Tentu saja sudah dipukulnya.   "Ada perlu apa kamu menemui adik saya? Kamu mau mempermainkan perasaanya?" sinis Adrian.   "Aku hanya ingin melihat keadaannya, Kak. Tentu saja aku khawatir, pasti Lala shock dengan semua kejadian ini!" tutur Glenn tetap berusaha sabar.    "Ohh ... Selama berada dengan keluarganya Lala akan baik-baik saja dan kami memutuskan untuk menjaganya. Kami menyesal membiarkan Lala dekat dengan orang semacam kalian!"   "Kak! Kita itu sama-sama laki-laki! Jangan seenaknya bicara! Bukan
Baca selengkapnya
PART 123. SIAPA YANG DATANG?
"Iya buktikan!"    Kalimat itu hanya terdiri dari dua kata, tapi memberikan makna yang luar biasa untuk Glenn.   Berbekal kalimat itu Glenn membawa semangat barunya. Dia terburu-buru kembali ke apartemennya. Intinya lampu hijau sudah dikantonginya.   Persis seperti seorang anak yang keinginannya hampir terwujud hatinya begitu riang.   Hari ini dirinya ingin menuntaskan semuanya, tentang berita bohong yang sudah terlanjur disebarkan Rega. Bagaimana pun Glenn harus membersihkan nama baiknya. Seenaknya saja menyebut dirinya adalah bersaudara dengan orang yang paling dibencinya.   "Rega! Rega!" teriaknya setelah langkah kaki itu memasuki apartemennya kembali.   Terlihat Rega sedang menikmati secangkir kopi dengan kondisi pakaian yang sudah rapi.    "Dari mana aja kamu? tak satu pun panggilanku kamu angkat!" Protes Rega. &nbs
Baca selengkapnya
PART 124. KEDATANGAN WIJAYA
"Benarkah kamu anak Sintia? Kenalkan aku Wijaya Ayahnya Alan," ucap lelaki itu to the point. Sejak mendengar kabar tentang putranya, dosa masa lalu itu kembali berputar. Menyesal telah egois tapi apalah daya semua akal sehatnya kalah akan nafsu yang mengatas namakan cinta.   "Untuk apa kamu tanya itu?! Pergilah aku tidak punya urusan apa pun dengan kalian. Dan kamu Alan ngapain kamu bawa orang tua ini ke sini. Belum puas kamu bikin masalah?"    Glenn menolak kedatangan mereka. Bahkan melihat muka Alan dirinya begitu benci, bagaimanapun dia selalu menyakiti Lala. Apalagi menatap orang yang mengaku bernama Wijaya itu. Glenn bertanya dalam hati, "Ayah macam apa, hingga tega menelantarkannya?"   "Nak! Jangan emosi seperti itu. Biarkan kami masuk dan bicara baik-baik?" pinta Wijaya.   "Tidak! Pergilah aku sibuk tidak terima tamu hari ini!" tolak Glenn.   "Setelah kita bicara aku
Baca selengkapnya
PART 125. PENGAKUAN GLENN
Glenn mendengar penuturan Sintia dengan seksama. Mencoba mencerna setiap kalimat yang terucap, cinta pedih yang dialami sang Mama dimasalalu cukup membuatnya trenyuh. Kesalahan sang mama dan takdirnya harus lahir di dunia ini memang sudah suratan. Glenn belajar tentang penerimaan bukan penolakan. Dari sana Glenn mulai mengerti dan sedikit memahami. Bahwa rasa sakit hai yang dia alami selama ini tidak sebanding dengan pengorbanan Mamanya.    Glenn bahkan bangga melihat sang mama yang masih terlihat kuat saat cinta diminta berpisah dan mampu menjalani hidup dengan membangun cinta baru.   Glenn membayangkan jika posisinya sama, seandainya Lala dipaksa menikah dengan orang lain dan dia harus terpisah.   "Tidak, Ma!" gumamnya.   "Apa kamu tidak mau terima masa lalu Mama dan tetap marah?"    "Tidak, Ma! Ini tidak boleh terjadi! Aku tidak bisa melanjutkan hidup dengan
Baca selengkapnya
PART 126. KESUNGGUHAN
Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn. "Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian. "Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal. "Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak. "Mengapa demikian?" "Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!" "Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen
Baca selengkapnya
PART. 127. MASUK KULIAH
Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf.   Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk.   "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya.   "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat.   "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi.   "Ooh aku kira sakit,"
Baca selengkapnya
PART 128. DI APARTEMEN GLENN
"Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya. "Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya.  "Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?"  "Untuk membuat kesapakatan baru!" "Kesepakatan apalagi Glenn?" "Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ..." "Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?" "Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs
Baca selengkapnya
PART 129. CALON MANTU
"Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus. "Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali.  "EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya. "Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag
Baca selengkapnya
PART. 130. SINGKIRKAN EGO
"Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.  Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya. "Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia. "Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn. "Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn. "Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn.  "Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia. Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!" "Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia. "Bukan, Ma. Maksud ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status