Semua Bab Jangan Salahkan Aku Pergi : Bab 11 - Bab 20
74 Bab
11. Numpang 2
"Pindah! Karena saya bukan sopir," ujar Arga. Mer terlihat malu, karena ternyata lelaki yang bernama Arga itu tidak suka jika dia duduk di belakang. Awalnya, Mer mengira jika dia tidak akan suka jika Mer duduk di depan bersama dengannya. Akan tetapi, ternyata dia salah. Malah yang ada kebalikannya, lelaki itu tak suka Mer duduk di belakang. Karena dia merasa jadi sopir untuk Mer. Wajah Mer terlihat memerah, dia yang merasa malu langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Arga. Duduk tepat di samping pria itu. "Maaf, Tuan. Saya tak bermaksud untuk--""Tidak apa," pungkas Arga. Arga mulai melajukan mobilnya, karena dia memang harus buru-buru sampai di kota. Walaupun pekerjaannya akan dimulai besok pagi. Akan tetapi, dia juga harus membenahi apartemennya terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan menuju kota, Mer hanya terdiam. Sesekali dia mencuri pandang ke arah lelaki yang sebentar lagi akan menjadi atasannya itu. Berbeda dengan Arga, dia terlihat begitu fokus dalam menyetir. Arga tak s
Baca selengkapnya
12. Kecewa
"Iya, Tuan," jawab Mer.Dengan cepat Mer memakan makanan yang sudah dipesan oleh Arga, beruntung dia adalah pemakan segala. Sehingga hal itu tidak membuat dirinya protes dengan makanan yang sudah ada di depan matanya.Selepas makan malam, Arga mengantarkan Mer pulang. Awalnya Mer sempat ragu, dia takut akan ada orang yang berpikiran buruk tentang dirinya. Pulang malam-malam, diantarkan oleh seorang pria pula. Akan tetapi, untuk apa memikirkan hal tersebut, pikir Mer. Toh orang lain tidak akan tahu dengan apa yang menimpa dirinya, Mer juga awalnya sempat bingung untuk minta diantar ke mana. Dia merasa enggan untuk pulang ke rumah suaminya, tetapi Mer juga lebih tidak enak hati kalau misalkan dia pulang ke rumah bapaknya. Apa nanti kata bapaknya kalau dia pulang pada larut malam seperti ini, pikirnya. Padahal, pernikahannya saja baru saja berlangsung selama 3 hari. Akhirnya, Mer memutuskan untuk pulang ke rumah suaminya. Walaupun merasa sakit hati, tetapi dia merasa lebih baik jika h
Baca selengkapnya
13. Tawaran
Mer merasa sangat kesal sekali, karena lelaki yang sudah menjadi suaminya itu ternyata tidak bisa pulang tepat waktu sesuai dengan apa yang sudah dia katakan. Awalnya Mer akan berusaha untuk mencoba melupakan semuanya, tetapi hati Mer terasa panas dan otaknya terasa mendidih. Tentu semua itu karena Mer merasa sangat cemburu, Mer menikah karena cinta. Dia mengagumi sosok Adi yang lembut dan berwibawa, sayangnya Adi seorang pembohong. Dia tidak menyangka, jika Adi akan dengan mudahnya mengatakan jika dia tidak bisa pulang. Padahal, mereka masih pengantin baru. Akan tetapi, dengan teganya Adi sudah meninggalkannya begitu saja. Bahkan dengan teganya Adi membohonginya, dengan teganya Adi memperistri dirinya di saat dia sudah punya istri. Mer jadi penasaran, Mer ingin sekali mengecek data pribadi milik suaminya itu. "Aku harus melakukannya, aku ingin tahu akan hal itu."Mer langsung bangun, dia ingin sekali mengecek data pribadi milik Adi yang mungkin saja ada di dalam lemarinya. Mer de
Baca selengkapnya
14. Jadi Sekretaris
Mer terlihat ketakutan melihat tatapan mata Arga, dia tidak menyangka jika wajah Arga kini kembali dingin. Mer menjadi serba salah dibuatnya, padahal dia hanya ingin mengetahui tentang Adi yang sebenarnya."Bagaimana, mau menerima tawaran saya atau tidak? Kalau mau, hari ini juga saya angkat kamu sebagai sekretaris saya. Kalau tidak, besok kamu tinggal menerima surat pemecatan dari saya." Arga berbicara dengan nada mengancam. Mer langsung membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka jika Arga akan balik mengancam dirinya. Tentu saja dia tidak mau dipecat, dia masih butuh uang untuk bapaknya dan juga Johan. Apalagi saat tahu jika Adi telah beristri, Mer rasa dia akan lebih membutuhkan banyak uang untuk biaya dia nantinya. "Baiklah, Tuan. Saya mau menjadi sekretaris anda," jawab Mer dengan cepat. Arga langsung tersenyum senang dalam hatinya, karena penawarannya langsung diterima oleh Mer. Pria itu menatap Mer dengan lekat lalu dia berkata dengan raut dingin. "Cepatlah be
Baca selengkapnya
15. Merasa Kurang Beruntung
"Kalau bukan istri anda, boleh dong ya, buat saya?" Tuan Alfonso terlihat mengerling nakal ke arah Mer, hal itu membuat napsu makan Mer hilang dalam seketika. "Maaf, Tuan Alfonso. Kita datang ke sini untuk urusan bisnis, saya tidak akan membahas apa pun di luar hal itu." Arga meneruskan kembali makannya.Tuan Alfonso hanya tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan Arga, setelah itu dia juga kembali melanjutkan acara sarapan paginya karena tidak mau terjadi perdebatan.Setelah sarapan selesai, mereka melakukan meeting sesuai dengan yang sudah direncanakan. Hingga mereka mendapatkan kesepakatan kerjasama.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, ternyata hari sudah mulai merangkak menjelang siang, pikir Mer. Mer dan Arga sedang ada dalam perjalanan menuju perusahaan tempat dia bekerja. Sebenarnya Arga kurang berminat untuk bekerjasama dengan tuan Alfonso. Mengingat lelaki paruh baya itu begitu genit, apalagi tatapan matanya tak henti memandang Mer dengan tatapan nakalnya. Namun, kare
Baca selengkapnya
16. Semakin Sakit
"Jangan banyak pikiran! Jalani saja semuanya dengan baik!" ujar Arga yang melihat Mer malah melamun."Hem!" jawab Mer hanya dengan deheman saja.Akhirnya Arga dan juga Mer pergi menuju kantor pusat, harga terlihat begitu fokus dalam mengemudi. Sedangkan Mer tetap saja asyik dalam lamunannya, padahal sudah diperingatkan oleh Arga agar tidak melamun.Baru 1 jam melakukan perjalanan, Arga menepikan mobilnya di sebuah Rest Area. Arga merasakan perutnya terasa sangat lapar, makanya dia mengajak Mer untuk makan siang bersama. Tanpa banyak bicara, Arga langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke sebuah Resto, dengan sigap Mer mengekori langkah Arga. Walaupun harus dengan sedikit berlari, karena dia harus menyesuaikan langkahnya dengan langkah Arga yang begitu cepat. 'Ya Tuhan! Apakah dia tidak berpikir jika sekretaris pribadinya adalah seorang perempuan?' tanya Mer dengan kesal. Namun, hanya mampu menggerutu di dalam hati.Setelah masuk ke dalam Resto tersebut, Arga langsung memesan dua por
Baca selengkapnya
17. Berusaha Untuk Menguatkan Hati
"Sudah-sudah, jangan nangis. Sayang air mata kamu, kalau cuma buat nangisin lelaki kaya dia. Sekarang kamu bersiap, kita akan sarapan terus segera pergi meeting." Arga melerai pelukannya lalu menatap wajah Mer dengan lekat. Awalnya Mer terlihat begitu enggan untuk menuruti apa yang dikatakan oleh sang atasannya tersebut, saat ini dia sedang bersedih hati. Dia sedang kecewa dan juga terluka.Kalau boleh rasanya Mer ingin menghabiskan waktu seharian untuk menangis saja, biar saja air matanya kering sekalian.Namun, tidak lama kemudian dia berpikir jika menghabiskan waktu untuk menangis adalah hal yang sia-sia. Mer menghela napas berat, lalu dia berkata."Baiklah, Tuan. Saya akan bersiap," ucap Mer. Mer lalu menyusut air matanya dengan ujung bajunya, Arga sempat mengernyitkan dahinya. Dia merasa jika wanita yang sudah tidak perawan itu sangatlah jorok, lalu Arga menoyor kepala Mer."jorok! Kalau nyusut ingus ya pakai tisu, kalau nggak pakai sapu tangan." Arga tidak menyangka jika w
Baca selengkapnya
18. Berusaha Melupakan
"Aku belum siap, Tuan. Tapi tolong jangan terlalu erat juga meluknya, sesak!" protes Mer dengan pelan tapi penuh dengan penekanan.harga memutar bola matanya dengan malas mendengar apa yang dikatakan oleh Mer, lalu dia menurunkan kedua tangannya. Dia lepaskan pelukannya, tetapi kini malah Mer yang memeluk pria itu.Arga langsung mencebikkan bibirnya, lalu dia menunduk dan berbisik tepat di telinga wanita itu. Wanita yang masih belum berani untuk menemui suaminya sendiri."Ngga usah meluk-meluk juga, kamu tuh istri orang!" Arga sengaja membalas ucapan dari Mer, Mer langsung melerai pelukannya. Lalu, dia menyembunyikan wajahnya di antara dada dan juga ketiak Arga.Ingin sekali harga tertawa melihat dari kelakuan bawahannya itu, tetapi tentunya dia tahan. Tidak lama kemudian, Arga mendorong wajah Mer dan berkata."Mereka sudah pergi," ujar Arga.Mer langsung menjauhkan diri dari Arga, lalu wanita itu mengedarkan pandangannya untuk membuktikan apa yang diucapkan oleh Arga."Terima kasih,
Baca selengkapnya
19. Pencuri Kecupan
Sebelum Arga melajukan mobilnya, dia sempat bertanya kepada Mer. Mau diantar kemana. Awalnya saat Arga bertanya seperti itu, Mer sempat terdiam seolah sedang berpikir ke mana harus dia pergi.Tidak lama kemudian, Mer menjawab jika dia ingin pulang ke rumah bapaknya, Arga menyetujuinya. Karena menurutnya itu akan lebih baik, tetapi sebelum itu dia menanyakan alamat rumah dari bapaknya Mer. Dengan senang hati Mer mengatakan alamat rumah dari bapaknya tersebut, Arga tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju kota asal Mer. Selama perjalanan menuju pulang, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Baik Mer atau Arga, mereka terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sesekali Arga akan melirik ke arah Mer yang begitu asik dalam lamunannya, dia terlihat sangat sedih dan juga gundah. Arga merasa kasihan, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. 'Kalau diperhatikan, Mer sangat cantik. Dasar Adi bodoh! Sebenarnya untuk apa dia menikahi Mer? Dia sudah punya Hanum, lalu kenap
Baca selengkapnya
20. Meminta Kepercayaan
Adzan subuh telah berkumandang, Mer mengerjapkan matanya karena tidurnya sudah terasa sangat cukup. Saat Mer membuka mata, dahi wanita itu nampak mengernyit dalam."Di mana aku?" tanya Mer seraya mengedarkan pandangannya.Setelah sadar dia berada di mana, Mer langsung tersenyum dengan senang karena dia berada di dalam kamar kesayangan. Dia sedang tidur di atas kasur kecil ya sudah biasa dia tempati."Ya ampun! Ternyata aku di rumah bapak," ujar Mer.Mer langsung turun dari tempat tidur, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia membuka bajunya dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar rasanya."Eh? Tunggu bentar deh, aku kok bisa di rumah bapak? Apa tuan Arga yang mengantarkan aku? Tapi tadi malam aku tidur, siapa yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Mer.Cukup lama Mer terdiam dan bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi tidak lama kemudian dia melanjutkan ritual mandinya karena takut waktu subuh akan segera berakhir.Beberapa saat kemudian."Pag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status