All Chapters of My Posessive Ex Husband 2: Chapter 11 - Chapter 19
19 Chapters
Sepuluh
"Delina!" Delina menatap seseorang yang berani memanggilnya dengan sebutan nama. Dan ternyata orang itu adalah suaminya. "Sayang. Ngapain kamu disini? Bukannya kamu sedang ada urusan ke luar negri?" Tanya Delina. "Turunkan pisau itu!" Perintah Akas, Delina menurunkan pisaunya dan menyimpannya kembali. "Daddy kembali dan mencarimu. Orang-orangku mengatakan, kamu sedang berada disini dengan putra kita. Apa yang kamu lakukan sehingga ingin bunuh diri?! Kau ingin meninggalkan aku?" Tanya Akas. Delina menggelengkan kepalanya. "Daddy salah paham. Mom disini, karena anakmu ini ingin kembali dengan Salsa dan dia sudah memiliki anak. Bernama Rendy." Ucap Delina. Akas mengangkat alisnya. "Sudahlah Delina! Aku cape, lupakan dendammu terhadap ibunya Salsa. Dia tidak salah, kamu hanya salah paham sayang. Biarkan yang berlalu menjadi kenangan dan pelajaran buat kita. Bukannya ibunya Salsa juga sudah meninggal? Kamu tidak perlu menyi
Read more
Sebelas
Salsa membuka matanya, ia menatap sekeliling kamarnya, tidak ada siapa pun. Dan ia masih ada di apartemen mantan suaminya. Ia melihat tangannya yang dipasang inpus. Kenapa sampai harus di inpus? Ceklek.. Mantan suaminya itu masuk kedalam kamar dengan gelas yang dipegangnya.  Bagas tersenyum lebar mendapati mantan istrinya sudah siuman. "Akhirnya kamu bangun juga sayang, aku menunggumu." Ucap Bagas. "Kenapa aku di inpus?" Tanya Salsa. Bagas mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Salsa. "Kata dokter kau dehidrasi, kurang makan dan kurang istirahat.  Maka dari itu aku menyuruh dokter meng inpus kamu sayang,  biar kamu cepat sembuh. Kasian anak kita kalau kamu terlalu lama sakit." Jawab Bagas. Salsa jadi teringat. "Dimana Rendy? Pertemukan aku dengannya.  Pliss Bagas,  dia satu-satunya yang bisa membangkitkan semangatku. Aku bersedia mengembalikan uang yang pernah kau keluarkan untukku." Ucap Sals
Read more
Dua belas
Bagas terbangun dari tidurnya, ia melihat jam di dinding. Jam itu menunjukan arah tiga.  Ternyata ini masih sangat pagi untuk bangun.  Salsa masih terlelap disampingnya dengan wajah yang tenang. Obat tidurnya cukup membuat Salsa tidak terbangun sampai pagi hari lagi. Bagas menyusuri setiap inci wajah Salsa dengan telunjuknya. "Aku mencintaimu." Ucap Bagas, ia berdiri dan membersihkan diri sekaligus berendam. Semoga saja pikirannya menjadi segar. Satu jam berendam Bagas keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.  Dilihatnya Salsa masih tertidur lelap dan damai.  Andaikan wanitanya itu ingin memaafkannya mungkin,  tidak akan terjadi seperti ini. Bagas berjalan keluar dari kamar dan masuk kedalam ruang kerjanya.  Ia menghubungi Luis. "Hallo!" Teriak Luis,  tidurnya diganggu oleh dering telepon yang tidak berhenti sedari tadi. "Tidak sopan kamu! Sedang apa kau?" Tanya Bagas. 
Read more
Tiga belas
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas,  pria itu memanjakan dirinya.  Dan ia sekarang baru saja beres mandi,  Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy. Ia melihat-lihat kamar Bagas,  dan membuka satu persatu lemari dikamar ini.  Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas.  Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu. Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu,  surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu.  Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun,  seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing.  Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran,  saling sayang, setia, dan hilangkan
Read more
Empat belas
Bagas dan Salsa mengunjungi kediaman orangtua Bagas.  Ada mobil daddy nya yang terparkir di depan rumah.  Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Kalau ada daddynya,  mommy tidak bisa menyakiti Rendy. "Mom Dad!" teriak Bagas, "Kamu duduk diruang tamu sementara aku mencari Rendy." Salsa mengangguk.Bagas mencari Rendy di semua kamar yang ada di rumah orangtuanya ini. Dan ternyata Rendy ada dikamar tamu bersama Daddynya.  Anaknya sedang tertidur dikamar.Akas melihat kedatangan Bagas,  ia mengarahkan tangannya ke Bagas agar tidak berisik. Ia turun dari ranjang dan berjalan  keluar kamar. Ditutupnya pintu dengan hati-hati. "Ada apa?" Tanya Akas."Aku dan Salsa mencari Rendy,  takut terjadi apa-apa padanya dad.  Dan ternyata dia baik-baik saja bersama Daddy disini. Mana mommy?" Tanyanya. "Mom lagi pergi bersama seseorang, entahla sekarang Dad tidak peduli mommy mu mau pergi deng
Read more
Lima belas
Soraya pamit pulang,  ketika berbincang sebentar bersama Salsa dan Bagas.  Dimata Bagas dan Salsa,  Soraya adalah wanita yang ramah,  baik,  dan sopan.  Tidak terlihat wajah Jahatnya sama sekali. Mungkin dari awal hanya pikirannya saja yang sudah menuduh yang tidak-tidak. "Salsa, malam ini kamu tidur disini ya bersamaku." Ucap Bagas. Tubuh Salsa menegang. "Satu kamar?" Tanya Salsa. "Kamu memang mau satu kamar denganku?" Tanya Bagas balik.Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur bersama Rendy." Jawab Salsa,  seraya berdiri dan membawa gelas serta makanan itu kedapur."Padahal aku mau tidur sekamar denganmu." Gumam Bagas. Delina keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang sedang duduk diruang tamu. "Bagaimana dengan Soraya?" Tanya Delina. Bagas mengkerutkan dahinya. "Bagaimana apanya mom?" Tanya Bagas tidak mengerti. "Kamu tertarik padanya? Dia wanita
Read more
Enam belas
Kini Salsa berada dikamar bersama anaknya, Rendy. Anak itu sedang mamainkan gadget yang baru saja dibelikan oleh Bagas. Pria itu tidak tanggung-tanggung, langsung membelikan iPhone 11 Pro Max 64GB. Ia ngiler, anaknya diberi hp yang begitu mahal. Sedangkan ia hanya memakai hp biasa aja. Ah apaan sih! Ceklek.. Bagas masuk kedalam kamar, dan duduk disebelah Rendy. Salsa berpura-pura tidak memperhatikan Bagas yang baru saja masuk."Anak ayah main hp terus." Ucap Bagas seraya mengusap kepala Rendy. Rendy menjauh dan memeluk Salsa,  ia menyusupkan kepalanya dalam pelukan mamahnya. "Om itu jahat." Bisik Rendy,  ia melemparkan hp iPhonenya ke lantai. Salsa menatap Bagas. "Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Tanya Salsa. Rendy menggelengkan kepalanya tidak ingin berbicara. "Dia jahat." Jawab Rendy. Salsa menatap Bagas tidak suka. "Apa yang kamu lakukan kepada Rendy? Dia membencimu." Tanya Salsa. 
Read more
Tujuh belas
Keesokan harinya, Delina seperti mendapatkan tamparan keras beberapa kali. Keadaan rumah hening tanpa ada siapa pun.  Walau pun memang dari dulu anak-anaknya sudah tidak tinggal disini semenjak memiliki usaha sendiri-sendiri. Namun,  kali ini berbeda.  Suasananya berbanding terbalik sekali. Atmosfer nya berbeda."Ini semua salahmu!  Sudah aku katakan,  biarkan mereka memilih jalannya masing-masing.  Dan kamu hanya mementingkan ego dan dendammu. Anak-anak bagiku berharga sekali. Cintaku padamu saja akan terkikis jika anak-anak pergi meninggalkanku." Marah Akas. Delina terduduk lemas di sofa. Dihadapannya ada beberapa kartu kredit, debit,  dan kunci mobil.  Semuanya pemberian darinya untuk anak-anaknya dulu. "Maafkan aku." Ucap Delina. "Sudah sadar kamu?!" Tanya Akas. Delina mengangguk. "Maafkan aku,  tetapi aku sulit untuk menghilangkan rasa sakit ini dan dendam." Jawab Delina sedi
Read more
Delapan Belas
"Dimana Salsa?" Tanya Bagas kepada Renata dan Luis yang sedang berada di depan rumah, lebih tepatnya di teras. "Dia ada di kamarnya,  katanya sedikit lelah dan pusing." Jawab Luis. Rendy menatap Bagas. "Ayah,  aku mau disini saja sama kak Renata.  Aku mau main mobil-mobilan." Ucap Rendy. Luis berdiri dan menghalangi Rendy yang ingin memegang tangan Renata. "Lebih baik sama Kak Luis,  kak Renata tidak bisa main mobil-mobilan." Ucap Luis. "Apaan sih om?! Aku maunya sama kak Renata." Ucap Rendy seraya menatap Luis tajam dan garang. "Ayolah, ayo ayo." Luis menggandeng bahu Rendy dan membuka kardus mainan.  Bagas berlari masuk kedalam dan masuk kedalam kamar yang ada Salsa didalamnya. Ia melihat Salsa sedang tertidur nyenyak di ranjang besar. Ia berjalan dan duduk di sisi ranjang."Aku mencintaimu lebih dari apa pun.  Ternyata selama 10 tahun kebencian yang tidak berarti ini, tid
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status