My Posessive Ex Husband 2

My Posessive Ex Husband 2

Oleh:  Hildayahilda  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
19Bab
3.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menikah dengan Bagas adalah hal yang terindah. Namun, semua itu menjadi gelap dan suram ketika bisnis Bagas diambang ke bangkrutan. Ekonomi mereka pun turun drastis. Salsa meminta cerai kepada Bagas ketika pria itu di titik kehancuran. Dan istrinya itu menambah kesusahan pada dirinya. Ia sangat membenci Salsa karena memilih pergi ketika hatinya sudah sangat percaya pada wanita itu. 10 tahun kemudian.. Salsa dan Bagas di pertemukan kembali. Dengan keadaan yang berbeda, Bagas sudah menjadi orangkaya lagi. sebenarnya Bagas terlahir dari orangkaya. Hanya saja, pernikahannya dengan Salsa di tentang oleh sang Dad dan Mom sebab Salsa orang miskin. Sehingga Bagas memilih untuk pergi dan mendirikan perusahaannya sendiri serta mengaku pada Salsa bahwa dirinya tidak memiliki orangtua. Namun, dihatinya sekarang hanya ada sakit hati untuk wanita itu. Salsa bertemu dengan Bagas ketika pria itu sedang mencari pembantu untuk mengurus semua keperluan rumahnya. Dan dendam pun dimulai...

Lihat lebih banyak
My Posessive Ex Husband 2 Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
19 Bab
Prolog
Bagas mondar-mandir didalam ruang tamu rumahnya.  Keputusannya sudah bulat,  di tangannya sudah ada berkas-berkas akta rumah ini.  "Aku akan menjual rumah ini agar,  bisnisku tidak hancur." Ucap Bagas kepada Salsa. "Terus kita akan tinggal dimana?  Rumah ini kita bangun bersama selama 3 tahun lamanya.  Dan segampang itu kamu menjualnya?" Tanya Salsa tidak percaya.Bagas melepar berkas itu ke meja. "Rumah ini dibeli dari hasil kerja kerasku, kamu tidak mungkin bisa membeli rumah ini dan membeli semua perhiasaan itu kalau bukan karenaku.  Bahkan setiap hari aku selalu memberikan uang sebesar 10 juta kepadamu hanya untuk kamu shopping." Ucap Bagas kasar. "Aku tidak pernah memakai sedikit pun uang yang pernah kau berikan padaku.  Aku simpan di bank,  akan aku berikan semua itu kepada pemiliknya lagi.  Karena itu bukan uangku bukan?" Ucap Salsa getar,  ini pertama kalinya Bagas memperhitungkan
Baca selengkapnya
Satu
Suasana di New York sungguh padat, semua orang beraktivitas di hari yang produktif. Udara pun sudah tidak sejernih dulu. Namun, semua itu hanya Bagas liat dari jendela transparan di lantai Enam Puluh Sembilan!Bagas berjalan kearah tempat duduknya. Kursi kebesarannya, melihat media sosial dalam gadgetnya. Ia memiliki instagram yang sudah di follow lebih dari dua puluh juta orang. Ia memang bukan artis, tapi bisa tenar melebihi artis. Pengusaha memang rajanya dunia.Setelah perceraiannya sepuluh tahun lalu dengan Salsa. Ia tidak menikah lagi, yang ia lakukan hanya berganti wanita tanpa berniat untuk menjadikannya istri. Sudah cukup kecewa dengan wanita dan ia tidak akan pernah mempercayai wanita mana pun lagi.Tok.. Tok..."Masuk!" Teriak Bagas.Sekretaris perempuanya masuk kedalam ruangan Bagas dan memberikan beberapa berkas yang perlu di tandatangani serta di periksa. Bagas selalu memakai
Baca selengkapnya
Dua
"Menjadi pembantu dan sekaligus pemuas nafsuku." Salsa menatap Bagas, tidak percaya.  Apakah pria yang dinikahinya 13 tahun yang lalu.  Sekarang menjadi maniak seks? "Mau atau tidak?  Jika kau keberatan bisa keluar dari apartemen ini." Tanya Bagas lagi. "Aku bersedia." Jawab Salsa. "Bagus,  sekarang aku bebaskan kamu dari tugas lain.  Istirahatlah,  kau bekerja mulai besok untukku.  Tapi,  ingat jangan libatkan perasaanmu dan jangan pernah berharap kita kembali bersama.  Ini hanya kontrak di atas kertas. Kau pembantuku dan aku majikanmu.  Mengerti?" Jelas Bagas. Salsa mengangguk. "Aku mengerti.""Dan satu lagi,  jangan risih kalau aku membawa teman-temanku kesini." Ucap Bagas lalu pergi dari hadapan Salsa dan masuk kedalam kamarnya.  Ia membuka dasinya dan melepas kancing kemeja paling atas dua biji.  Ia merebahkan badannya di ranjang,  tatapa
Baca selengkapnya
Tiga
Salsa pergi keluar dari apartemen,  hari ini ia akan membeli beberapa kebutuhan untuk memasak dan untuk mencuci pakaian.  Supermarketnya tidak jauh dari apartemen, mengingat apartemen milik Bagas berada di tengah kota. Dan ia juga membeli beberapa keperluan untuk kulit,  rambut dan wajahnya.  Bukan Make-up tapi perawatan saja.  Ia tidak ingin mengecewakan Bagas. Sesampainya dirumah,  ia melihat Sazkia duduk di sofa dengan gelas berisi soda ditangannnya. "Hai." Ucap Sazkia. Salsa tersenyum. "Sebentar aku akan menyimpan ini dulu." Ucap Salsa. "Tidak usah terburu-buru." Ucap Sazkia. Salsa menyimpan semua belanjaannya di meja dapur.  Lalu membawa beberapa cemilan untuk Sazkia. "Ada apa bu Sazkia?" Tanya Salsa. Sazkia tersenyum lalu menyimpan gelas itu di meja. "Saya hanya memastikan kalau kamu tidak akan kabur dari sini.  Kau sudah bertemu dengan pak Bagas k
Baca selengkapnya
Empat
Salsa pulang dengan wajah yang murung dan mood yang kacau. Tidak ada semangat dalam dirinya. Tidak jauh dari klinik ada taman kecil yang dibuat sederhana dan ia duduk disalah satu kursinya seraya menatap kearah jalanan yang begitu lenggang. Hanya beberapa mobil saja yang lewat,  mungkin karena waktu yang sudah menunjukan pukul setengah sebelas.  Dimana semua orang sudah masuk kedalam aktivitas kerjanya. Salsa membuka hpnya dan menghubungi seseorang. Ia merindukan kabar baik dari orang itu. "Hallo." Ucap Salsa saat panggilannya di angkat. "kakak,  apa kabar kak? Kakak betah kerja disana?" Ucap adik angkatnya itu,  yah Salsa sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.  Maka saat bercerai dengan Bagas, ia tidak pergi ke tanah air.  Buat apa? Dia hidup miskin untuk pulang ke tanah air saja membutuhkan uang banyak. Lebih baik ia diam di negara orang.  Tidak jadi masalah,  karena ia sudah mempunyai izin untuk tingga
Baca selengkapnya
Lima
Bagas membuka bagasi ketika sudah sampai di bassment kantor.  Ia mengajak mantan istrinya itu untuk masuk keruangannya. "Selamat datang pak." Ucap Sazkia melihat Bagas datang melewati mejanya. Bagas hanya tersenyum dan berjalan lurus masuk kedalam ruangannya.  Salsa tersenyum kaku saat berhadapan dengan Sazkia. Bagas duduk di kursi kebesarannya dan Salsa hanya diam mematung. Pria itu mengabaikan dirinya.  Salsa berinisiatif duduk disalah satu sofa."Siapa suruh kamu duduk." Ucap Bagas melihat Salsa duduk di sofa. Salsa berdiri lagi. "Aku lelah tuan." Ucap Salsa. "Aku heran,  kenapa dulu aku bisa jatuh cinta padamu dan memilih menikah denganmu.  Padahal sekarang,  kalau diliat-liat.  Kamu sama sekali tidak menarik dan tidak cantik. Kamu melakukan ilmu hitam ya?" Tanya Bagas curiga.Salsa menggelengkan kepalanya. "Tidak tuan. Sama sekali tidak,  lupakan semua masa lal
Baca selengkapnya
Enam
 Bagas kembali mengerjakan beberapa lembar berkasnya saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.  Ia menahan sekuat tenaga agar tidak menoleh kepada Salsa.  Dan tidak menanyakan apa pun yang menyangkut wanita itu."Tuan." Ucap Salsa. "Hemm." Sahut Bagas. "A.. Aku mau izin pulang kampung Sebentar saja hanya tiga hari.  Ada sesuatu yang harus aku urus disana. Apakah tuan mengizinkan?" Tanya Salsa. Bagas menyimpan pulpennya dan menatap Salsa.  "Ada urusan apa kamu disana?" "Keluarga." "Tidak Boleh!" Tolak Bagas dengan tegas. "Tapi tuan..  Aku mohon sekali ini saja.  Ini sangat mendesak." Mohon Salsa. Bagas menggelengkan kepalanya. "Tetap jawabannya tidak,  kalau kamu tetap memaksa. Maka kamu aku pecat dan kamu harus mengembalikan semua uang yang telah diberikan Sazkia padamu dua kali lipat!" Ancam Bagas. Salsa menggelengkan k
Baca selengkapnya
Tujuh
Setelah selesai makan di restoran,  Bagas membawa Salsa kembali pulang ke apartemen.  Tanpa sepatah kata pun,  Bagas tetap diam membisu.  Begitu pun dengan Salsa.  Entahlah,  ia harus berbicara apa.  Karyawan yang di pukul oleh Bagas diberikan uang oleh Bagas untuk berobat.  Namun,  yahh kalian tau kan sifat Bagas yang sombong dan angkuh.  Dia memberikan sebuah cek yang sudah di tanda tangan dan diisi oleh Bagas dengan nominal 20 juta. Cek itu dia berikan tepat di wajah karyawan itu. Sesampainya di apartemen,  Salsa masuk kedalam bersama Bagas.  Namun,  Saat masuk kedalam apartemennya,  Bagas memojokan Salsa di belakang pintu dan mengurung badannya dengan kedua tangan Bagas berada di samping kanan dan kirinya. "Siapa Rendy?" Tanya Bagas,  sedaritadi. Nama itu menghantui kepalanya,  membuat kepalanya pening dan berneka-neka.  Siapa Rendy? Dan apa hubungannya dengan Salsa.&nb
Baca selengkapnya
Delapan
Setelah satu jam perjalanan akhirnya Bagas sampai di rumah sakit, dimana anaknya berada. Ia masuk kedalam rumah sakit, tanpa basa basi menanyakan kepada suster. Bagas masuk saja keruangan flower Ros 1. Sesampainya Bagas di depan ruang inap Rendy. Tiba-tiba saja ada wanota yang keluar, otomatis Bagas berpura-pura tidak melihat. Wanita itu menjauh dari ruangan Rendy, saatnya Bagas masuk. Didalam ruangan ada enam orang, untung saja Bagas sudah mengetahui rupa atau wajah sang anak. Lagian ada papan nama yang tergantung jelas diatas ranjang rumah sakit. Dan ternyata Rendy kebagian yang paling ujung dekat kamar mandi. Bagas membuka tirai itu setelah tadi mengitip sedikit. Lalu tersenyum menatap Rendy yang sedang menatapnya."Haii." Sapa Bagas. "Om siapa?" Tanya Rendy heran. Bagas maju dan duduk di pinggir ranjang Rendy. "Kenalkan nama om adalah Bagas. Senang bertemu kamu, kamu Rendy kan?" Rendy mengangguk, "Cepat semb
Baca selengkapnya
Sembilan
'Cinta,  terkadang dia datang untuk bertahan atau datang untuk menyakiti' Keesokan harinya, sesuai yang sudah direncanakan Salsa dan Renata.  Mereka datang di pagi hari pukul tujuh, dimana karyawannya pun belum pada datang.  Mereka menunggu di ruang tunggu dengan air putih yang disediakan oleh satpam. Sampai jam sembilan, seorang resepsionis menghampiri Salsa dan Renata yang senantiasa menunggu."Selamat pagi nyonya, seperti pak Bagas. Tidak akan datang ke kantor hari ini." Beritahunya.Salsa berdiri, "Apakah anda bisa menghubunginya lagi?  Katakan kalau saya ingin bertemu dengannya.  Ini sangat penting." Ucap Salsa."Maaf sekali nyonya,  tidak bisa. Karena tidak se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status