All Chapters of GGAP 2 : MR. NOBODY: Chapter 41 - Chapter 50
601 Chapters
BAB 41
Strategi Awan dalam menyiapkan dewan pengawas independen adalah pencegahan dini, ibaratnya sedia payung sebelum hujan. Karena semakin besar perusahaannya, tidak tertutup kemungkinan akan munculnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan perusahaan demi kepentingan pribadi mereka. Mereka itu ibarat kanker, jika dibiarkan akan semakin membesar jika tidak cepat ditangani dengan baik.Pembentukan Dewan Pengawas Independen bukan hal yang asing sebenarnya, mengingat banyak perusahaan besar juga menggunakan metode yang sama dalam mengontrol perusahaan mereka. Cuma seberapa independen dan profesionalnya mereka yang berada dalam dewan pengawas itu nantinya, itu yang sering jadi permasalahan.Butuh orang-orang yang memiliki integritas tinggi serta prinsip yang kuat, sehingga mereka yang bekerja dibidang ini nantinya bisa dipercaya dan dipegang komitmennya.Sekembalinya dari ruangan Awan, Vannesa duduk terdiam beberapa saat dibalik meja kerjanya. Hari
Read more
BAB 42
Vannesa meneruskan pesan Awan ke email Elena dan diakhir pesannya, Vannesa meminta Elena untuk memberi konfirmasi waktu kapan kesediannya bisa bertemu dengan CEO RA Group.Elena sendiri saat ini masih magang di kantor salah seorang pengacara kondang tanah air, Hilman Paris and Partner. Pengalaman dua setengah tahun sejak kelulusannya, membuatnya berinisiatif untuk mulai mendirikan firma hukumnya sendiri. Keinginannya tersebut ternyata juga disokong oleh bosnya saat ini, menurutnya akan sangat baik bagi seorang yang berbakat seperti Elena mencari pengalamannya sendiri.Sokongan semangat dari pengacara seterkenal Hilman, membuat Elena semakin yakin untuk memulai firma hukumnya sendiri.Ketika Elena menerima pesan elektronik dari Vannesa, Elena sangat terkejut sekaligus melonjak gembira. Padahal dalam email tersebut, belum ada keterangan proposalnya disetujui. Namun, yang membuatnya melonjak gembira tanpa bisa ditahannya saat ini adalah karena kalimat terakhir dala
Read more
BAB 43
"Ya, halo. Dengan Nona Elena?" Terdengar suara charming seorang pria dari seberang telpon. Hanya dengan sapaan itu saja sudah membuat Elena menjadi gugup, bahkan tanpa sadar Ia reflek merapikan rambut dan riasannya melalui cermin kecil didepannya. Jika seandainya Adi Kuncoro atau Ibunya melihat apa yang dilakukan oleh Elena saat ini, mereka akan melihat anak mereka seperti gadis abege yang lagi kasmaran. Elena juga tidak tahu kenapa Ia bisa segugup itu hanya dengan mendengar suara Awan. Wajahnya bahkan bersemu merah karena luapa perasaan yang sulit dikendalikannya. "I.iya, saya Elena. Pak Saktiawan?"  "Iya, mengenai proposal yang anda ajukan kemarin.." "Saya bersedia pak. Terserah Pak Saktiawan saja kapan waktunya, saya bersedia." Sela Elena cepat karena saking bersemangatnya. Awan sendiri mengernyitkan kening heran, Ia tidak menyangka jika reaksi Elena akan seantusias ini. Padahal Ia belum menyelesaikan ka
Read more
BAB 44
"Apa tuan muda belum menempati Villa Nirwana?" Tanya Zack heran.'Astaga, bagaimana aku bisa melupakan Villa tersebut.' Pikir Awan tersentak. Benar juga! di Villa tersebut, Awan bahkan bisa membuat Showroom sendiri jika Ia mau."Hmn, Aku belum sempat kesana." Aku Awan jujur."Sebaiknya tuan muda segera pindah kesana. Tidak baik jika tuan muda masih tingga di Apartemen bersama nono Mika, tidak baik untuk citra tuan muda jika sampai berita ini tersebar ke publik."Awan tidak menyangka jika Zack tahu hbubungannya dengan Mikha dan bahkan tahu jika gadis cantik tersebut sering menginap di Apartemennya. Tidak heran mengapa dia menjadi orang kepercayaan Ayahnya. Cuma ketika Zack mengingatkannya tentang ini, membuat Awan sedikit malu. Jika Zack saja tahu, sudah pasti Ayahnya juga sudah tahu lama tentang Mika. "Iya, saya tahu." Ucap Awan singkap sengaja tidak membahas Mika lebih lanjut atau itu akan membuat semakin kehilangan muka nantinya. 
Read more
BAB 45
Saat Awan keluar ruangannya, Ia bertemu dengan Vannesa yang kebetulan saat itu juga sedang berjalan keluar dari ruangannya."Mau pulang?" Sapa Awan ramah."Iya, pak presiden, tapi sebelumnya ada sedikit urusan dulu yang perlu saya diselesaikan sambil jalan pulang." Ucap Vannesa hormat.Sebenarnya Awan berniat untuk meninggalkan Vannesa dan melanjutkan langkahnya untuk pulang. Tapi, tiba-tiba telinganya berdengung dengan kuat dan membuat Awan terdiam sampai beberapa detik lamanya. "Pak presiden?""Pak Presiden?" Panggil Vannesa lagi kedua kalinya dengan sedikit keras, karena dilihatnya Awan diam terpaku ditempatnya seakan hilang kesadaran."Eh, iya ada apa?" Jawab Awan sambil mengerjapkan matanya beberapa kali."Anda tidak apa-apa?" Tanya Vannesa curiga."Saya? Saya baik-baik saja." Jawab Awan datar, seolah tidak terjadi apa-apa sebelmnya.Jelas saja jawaban Awan membuat Vannesa jadi bertanya-tanya, karena jelas-jel
Read more
BAB 46
"Eh, jangan salah! Itu Lamborghini Serra loh." Ucap wanita pertama semakin bersemangat bercerita begitu mendengar temannya terkesan meremehkan ucapannya. "Lamborghini Serra? Emang mahal?"  "Bukan mahal lagi, tapi muahal banget. Lihat nih!" Ucapnya lagi sambil membuka salah satu situs otomatif di hpnya.  Ketika dua temannya melihat hpnya, kedua temannya tersebut langsung terbelalak kaget, "What! 110 juta US Dollar?" Ucapnya dengan nafas sesak dan kepala berkedut. "Dan ini edisi terbatas! I-itu, kalau dirupiahin berapa rupiah yah?" Seru teman disebelahnya terkejut. Melihat angka yang tertera saja sudah membuat mereka seakan sulit bernafas. Mereka sulit membayangkan, berapa banyaknya nominal angka 110 juta dolar tersebut.  Bahkan jika mereka harus bekerja seumur hidup mereka, terus lahir kembali dalam beberapa kehidupan, entah butuh berapa reinkarnasi agar mereka bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. "Hmn, pasti itu kendaraa
Read more
BAB 47
Teman Rachel yang saat itu masuk lift bersamanya berbisik pelan, "Itu kan si ganteng waktu itu. Tapi, kok.." Bisiknya ragu-ragu begitu melihat Vannesa yang berdiri tepat disebelah Awan.  Rachel sebenarnya juga melihat itu, cuma dia kurang memperhatikan sebelumnya karena terfokus pada Awan. Saat temannya menyinggung tentang itu, Ia pun memandang sipit ke arah Awan, 'Kemarin Mikha, sekarang wanita lain lagi yang lebih cantik?' Pikir Rachel mulai ragu dengan pilihan adiknya tersebut. Apa jangan-jangan adiknya telah mencintai seorang playboy selama ini? Ternyata tidak hanya waktu sekolah dulu saja Awan terkenal diantara wanita, bahkan sekarangpun pupularitas Awan dimata wanita justru semakin meningkat. Dua orang teman kerjanya yang waktu itu bertemu dengan Awan, bahkan terang-terangan menyatakan ketertarikannya dengan Awan.  Awan paham kenapa Rachel sampai melihat seperti itu padanya, karena adanya Vannesa yang berdiri disebelahnya. Kalau itu cuma teman Rachel,
Read more
BAB 48
Saat Awan dan Vannesa keluar dari lift, Ia dapat melihat seorang pria sedang duduk di lobby tamu perusahaan dengan penampilan perlente lengkap dengan jas armani yang menandakan kelasnya sebagai seorang manajer dealer terkemuka dan disebelahnya duduk seorang asisten wanita memegang beberapa dokumen ditangannya.Pria itu sendiri langsung berdiri begitu melihat Awan yang saat itu baru saja keluar dari lift. Mungkin Zack sudah memberitahu tentang ciri-ciri Awan sebelumnya, sehingga saat melihatnya pertama kali Ia langsung dapat mengenalinya."Pak Saktiawan." Sambutnya sambil menunduk hormat dengan diikuti oleh asisten wanita disampingnya."Pak Panjul yah?" Balas Awan hangat sambil menyalaminya dan juga sang asisten wanita."Iya, Pak. Saya kesini mengantar kendaraan untuk bapak." Ucapnya ramah.Awan mengajak Panjul dan asistennya pindah ke lobby dibagian dalam yang lebih private, karena saat itu banyak karyawan yang melirik mereka dari kejauhan
Read more
BAB 49
"Oh, tentu saja. Kami tidak akan membuang waktu berharga anda." Panjul langsung melipat senyumnya, Ia tidak menyangka jika Vannesa memiliki karakter yang tegas dan sulit untuk disentuh, "Vanny." Panggil Panjul meminta asistennya untuk mengeluarkan dokumen serta box hitam yang dibawanya.Vanny segera mengeluarkan beberapa dokumen dan juga box dengan desain mewah yang berisikan set kunci Lamborghini Serra. Lalu mereka menandatangani beberapa dokumen transaksi sebelum akhirnya Vanny menyerahkan kunci dan dokumen kepemilikan lamborghini pada Awan. Tidak sampai sepuluh menit, transaksi itupun sudah selesai. Sebenarnya, Panjul mengusulkan agar Awan mengecek mobilnya terlebih dahulu bersama mereka. Tapi pria ganteng tersebut menolaknya, "Saya percaya anda tidak mungkin akan merusak mobil saya." Kata Awan setengah bercanda. Karena memang kenyataannya, perusahaan besar seperti lamborghini tidak mungkin mengirim kendaraan mereka secara asal-asalan, pastinya te
Read more
BAB 50
Kini, Vannesa pun menjadi grogi ketika melihat Awan yang duduk anteng disebelahnya. "Ayo berangkat, tunggu apalagi?" Tanya Awan santai karena Vannesa masih belum melakukan apa-apa dan bahkan belum menghidupkan mobilnya. Ia tidak tahu, kalau wanita bermarga Lee tersebut sedang sibuk menenangkan debar didadanya. "Ehmn, ba.baik." Ucap Vannesa gugup. Tangannya bahkan sedikit gemetar ketika menstarter mobil. Ketika mobilnya menyala, raungan mesin V12nya mampu membuat setiap orang yang mendengarnya terpukau kagum, tidak terkecuali Vannesa yang berada didalamnya. "Vannesa, rileks." Ucap Awan dengan senyum tipisnya yang menenangkan. Ia tahu kalau Vannesa sedang gugup melihat dari reaksinya. "Iya, pak presiden. Ini pertama kalinya saya mengendarainya." Kata Vannesa beralasan untuk menutupi kegugupannya. "Its okay, sakarang mari kita jalan." Kata Awan memberi perintah. Mungking karena belum terbiasa, mobil sedikit meloncat ketika Vannes
Read more
PREV
1
...
34567
...
61
DMCA.com Protection Status