All Chapters of GGAP 2 : MR. NOBODY: Chapter 51 - Chapter 60
601 Chapters
BAB 51
Gandi, direktur utama Gandi Advertising saat itu sedang melihat layar monitor didepannya yang sedang menampilkan video live di lobi perusahaannya. Ia langsung memeriksa tampilan CCTV di pcnya begitu mendapat kabar dari front officenya kalau perwakilan RA Corporation datang menemuinya. Semula Ia hendak menolak mentah-mentah perwakilan dari RA Grup tersebut, jika saja matanya tidak melihat kearah Vannesa sebelumnya. Pria berusia 50an dan berperut buncit tersebut tertegun beberapa saat lamanya. Begitu melihat kecantikan Vannesa, Gandi pun jadi berubah pikiran. Tiba-tiba seringai jahat terukir diwajahnya, karena itu Ia menyuruh front officenya untuk menyuruh keduanya pergi ke lantai atas untuk menemuinya. Front Office yang bernama Cindy itupun pada akhirnya dengan terpaksa membawa Awan dan juga Vannesa ke ruangan bosnya dilantai atas. Ia sudah menduga apa yang ada dalam pikiran bosnya saat Ia mendapat perintah untuk menyuruhnya
Read more
BAB 52
Vannesa tidak menyadari seringai mesum diwajah Gandi Permana, karena saat itu Ia mulai merasakan keanehan dalam tubuhnya. Suhu tubuhnya tiba-tiba memanas dan kepalanya mulai sedikit pusing, Vannesa mengira reaksi tersebut diakibatkan karena faktor kelelahan.Seakan tidak mau membuang waktu lebih lama, Vannesa langsung membahas bisnis mereka. Jujur, Ia merasa tidak nyaman berada lama-lama dalam ruangan tersebut bersama Gandi, walau ada Cindy, karyawan Gandi yang menemani mereka."Jadi, apa maksud anda dengan tiba-tiba merubah nilai jual gedung tua menteng? Bukankah Anda sendiri yang menyepakati harga tersebut dengan pihak kami sebelumnya?" Tanya Vannesa tanpa basa-basi sama sekali sekaligus sebagai ungkapan rasa tidak senangnya dengan cara berbisnis Gandi yang jauh dari etika profesionalisme.Gandi terkekeh ringan tanpa merasa bersalah sama sekali, "Tentu saja bisa, saya yang punya gedung maka sayalah yang berhak menentukan harganya, hehehe."Vannesa langs
Read more
BAB 53
"Hmn, saatnya kita berpesta cantik!" Ujar Gandi yang sudah konak berat.Bagi Gandi yang sering menggunakan pil biru tersebut untuk menaklukan banyak gadis incarannya, reaksinya bagai obat kuat. Saat ini, nafsunya sudah penuh sampai ke ubun-ubun dan menuntut penyaluran. Berulang kali Gandi meneguk Saliva ketika melihat Vannesa yang menggeliat tidak berdaya diatas sofanya.Gandi pun mulai melepas pakaiannya sendiri dan hanya menyisakan celananya. Ia melirik Cindy sejenak lalu mengecup bibir front officenya tersebut sebagai rasa terimakasih karena telah membawakan wanita secantik Vannesa untuknya.Ia menampar dan meremas pantat Cindy, "Setelah ini Aku akan bermain denganmu, cantik." Lalu beralih mendekati Vannesa.Cindy hanya tersenyum tipis dan terlihat terpaksa. Jika bukan karena ia butuh pekerjaannya saat ini, Ia tidak akan sudi disentuh oleh bandot tua berperut buncit tersebut. Dan Ia pun tidak berharap Gandi akan menyentuhnya setelah puas denga
Read more
BAB 54
"Gandi permana yah?" Awan berkata datar sambil matanya menyipit menatap ke arah Gandi."Rupanya anda cukup punya nyali untuk menantang RA Grup dan bahkan coba melecehkan salah satu petingginya." Lanjut Awan dengan nada dingin.Gandi yang sudah menyaksikan langsung korban kekejaman Awan, merasa begitu ketakutan, sekarang Ia baru mengerti apa yang namanya penyesalan. Dia sekarang tidak lagi memiliki keberanian untuk menegakkan kepalanya dengan sombong seperti biasanya. Dengan terbata Ia menjawab, "To.tolong maafkan saya. Sung.sungguh saya tidak berani. Ini semua hanya kesalahpahaman.. Sa.saya..""Kesalahpahaman?" Sela Awan dengan senyum sinisnya, Ia menunjuk Vannesa yang saat itu tersiksa dengan nafsunya, "Coba jelaskan kesalahpahaman seperti apa yang anda maksud? Jika saya terlambat sedetik saja, hanya Tuhan saja yang tahu apa yang akan anda lakukan pada wakil CEO saya."Duar..Bagai mendengar petir disiang hari, jantung Gandi seakan meledak karena
Read more
BAB 55
Melihat penderitaan Vannesa yang seperti itu saja sudah membuah emosi Awan mendidih.Awan dengan cepat mengunci beberapa titik meridian ditubuh Vannesa untuk menghilangkan kesadarannya dan mencegah gadis tersebut dari tindakan yang lebih memalukan dirinya. Selanjutnya berbalik kearah Gandi dan menatapnya dengan tatapan tanpa ampun lagi. Bagi Awan, bandot tua itu sama saja sudah tamat karena berani bermain api dengannya.Melihat tidak ada lagi peluang untuknya bernegosiasi, Gandi pun terpaksa harus mengeluarkan kartu terakhirnya. Paling tidak Ia harus berjuang untuk peluang terakhir hidupnya, "Pak Saktiawan.. tidak-tidak, Tuan Saktiawan.."Ucap Gandi merendah serendah mungkin, "Saya mohon, anda tidak harus mengambil nyawa saya untuk kesalahan seperti ini..""Anda memohon untuk nyawa anda dan berharap saya mau memaafkan anda atas kejadian ini?" Awan tertawa dingin, "Hmn, Pak tua, bahkan jika anda punya 10 nyawa sekalipun tidak akan cukup untuk menyelamatkan hidup a
Read more
BAB 56
Saat Topan datang ke kantor Advertisingnya Gandi, hari sudah sore dan karyawan sudah pada pulang. Jadi tidak ada yang tau apa yang sedang terjadi dilantai atas, ruangannya Gandi.Topan datang dengan membawa 10 orang anggota terbaiknya yang selama ini selalu menjadi andalannya. Seperti reputasinya, Topan dan anak buahnya datang dengan rasa percaya diri yang tinggi.Seperti yang diucapkan oleh Gandi melalui telpon, jika pengacau tersebut hanya datang seorang diri. Sepuluh orang petarungnya sudah lebih dari cukup mengatasi berandalan tersebut. Lagian siapa yang tidak kenal dengan 10 orang pengawal Topan yang termasyur?Mereka yang dikumpulkan Topan adalah para petarung handal dan para juara dari arena tarung bebas bawah tanah dan mereka selalu memenangkan setiap pertarungan yang terkenal brutal dan tanpa aturan tersebut. Dengan reputasi itu saja, Topan sudah bisa melenggang bebas di Ibu Kota dan di kenal sebagai satu dari lima penguasa dunia bawah tana
Read more
BAB 57
Jelas saja tidak mungkin! itu akan merusak reputasi seorang Topan sebagai penguasa dunia bawah tanah. Orang-orang akan menertawakannya jika mendengar Ia lari disaat seperti ini. Reputasi begitu penting bagi seorang Topan, jika tidak, orang-orang tidak akan pernah lagi menakuti dirinya dimasa depan.Sehingga dengan membulatkan tekat, Ia pun melangkah tegap menuju ruangan Gandi diikuti oleh sepuluh petarungnya. Sehebat apa orang yang berani mengancam Gandi? Ia tetap masih seorang diri, sementara Topan membawa 10 orang petarung terbaik bersamanya.Dengan ada dirinya dan ditambah 10 orang petarung dunia bawah tanah, bagaimana mungkin kereka akan dikalahkan oleh satu orang?Topan langsung masuk ke dalam ruangan karena pintu ruangan Gandi yang sudah hancur. Saat itu Gandi berada paling dekat dengan pintu dan awan duduk dibalik sofa, sehingga Topan tidak dapat melihatnya secara langsung.Melihat kedatangan Topan, Gandi langsung merengek menghampirinya."B
Read more
BAB 58
Gandi tersenyum senang melihat Topan marah. Dalam hati Ia bersorak girang, semakin marah Topan maka akan semakin besar penderitaan yang akan ditanggung Awan nantinya. Ia pernah melihat Topan mengamuk sampai menghabisi salah satu musuhnya dimasa lalu. Pimpinan gengster bawah tanah tersebut begitu sadis dan tidak kenal ampun. Membayangkan Awan akan segera mengalami nasib yang sama, Gandi bersorak girang dalam hatinya. Dengan begitu, Ia akan bisa membalaskan penghinaan yang diterima sebelumnya. Ia mungkin bukan tandingan Awan, karena dia hanya pengusaha biasa dan bukan seorang petarung. Tapi Topan dan anak buahnya pasti bisa menghancurkan Awan dengan sangat mudah. Memikirkan itu saja, Gandi sudah sangat senang. Ia seakan menatap Awan seolah pemuda tampan itu sudah divonis mati.Awan berdiri dan berbalik kearah Topan, dia tersenyum cuek dan santai.Lain halnya dengan Topan, begitu melihat Awan secara jelas, wajahnya langsung memucat seakan kehilangan darah. Tu
Read more
BAB 59
Sebagai pelampiasannya dia mengamuk pada Gandi yang telah menyebabkannya terjerumus pada situasi seperti ini.Bug Bug BugTubuh Gandi seakan menjadi sansak hidup bagi Topan, bahkan Ia sama sekali tidak membiarkan anak buahnya untuk turun tangan dalam menghajar Gandi. Menurut Topan, itu adalah kesalahannya sendiri. Dia tidak punya muka untuk menatap Awan saat ini, karena itu Ia melampiaskan semua kekesalannya pada Gandi yang dianggap sebagai sumber pembawa masalah dan bencana dalam hidupnya."Am-ampun, Bos Topan.. Ahk ampun.. ahrghh.." Gandi benar-benar tidak berdaya dibawah amukan Topan.  Wajahnya bahkan sudah tidak berbentuk dengan jelas dan dibanjiri oleh darah.Para pengawal Topan juga saling melirik penuh tanya, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Bukankah mereka harusnya menghajar pemuda yang sekarang lagi duduk santai diatas sofa dengan seorang wanita cantik berbaring di sebelahnya. Mereka saat itu belum tahu, al
Read more
BAB 60
"Pertanyaan pertama, anda masih ingin menjual gedung tua itu pada kami kan?"Gandi mengangguk cepat, Ia bahkan tidak berani lagi untuk bermain-main seperti ketika menjawab pertanyaan Vannesa, "Tentu saja, saya akan menjual gedung itu pada anda, Bos. Saya bahkan tidak berani menaikan harga lagi, kita pakai harga yang lama."Awan menggeleng tidak puas, lalu Ia menatap Topan dan memberi perintah, "Patahkan satu kakinya!"Gandi gemetar, apa yang salah? Bukankah Ia sudah menjawab pertanyaan Awan, tapi Ia masih saja disiksa. Tanpa menunggu lama, kali ini petarung yang dibawa oleh Topan menjadi algojo. Dua orang dari mereka langsung mematahkan satu kaki Gandi, Kraakk."Arggghhh.." Gandi langsung melolong kesakitan, matanya seakan melompat keluar dari rongganya karena saking kesakitannya.Awan mendesah pelan, sebelum berkata, "Saya ingatkan sekali lagi, Pak Gandi. Anda hanya menjawab apa yang saya tanyakan. Saya tidak menginginkan jawaban lain
Read more
PREV
1
...
45678
...
61
DMCA.com Protection Status