Semua Bab Camelia: Bab 11 - Bab 20
28 Bab
Chapter 11
Lia membuka matanya perlahan. Sejurus kemudian ia meringis. Kepalanya terasa pusing dan ia merasa mual sekali. "Siapa?" Sepertinya ayahnya berbicara padanya. Tetapi Lia heran. Ayahnya sepertinya menahan amarah. Lia kembali mengerjap-ngerjapkan matanya yang sebenarnya masih belum begitu fokus akibat baru saja siuman dari pingsannya. Ia melihat ayahnya, Bu Citra dan Aksa saling diam dan sepertinya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Wajah mereka semua tampak kalut dan bingung. "Ayah tanya sekali lagi kepadamu, Lia siap orang yang sudah menghamili kamu?" Menghamili? Astaga! Lia membelalakkan kedua matanya. Hamil? Dia hamil. Hamil diluar nikah saja sudah merupakan aib yang sudah sangat memalukan. Apalagi ini dia hamil oleh kakaknya sendiri? Bagaimana ini? Lia ketakutan. Pandangan matanya refleks tertuju kepada Aksa. Ada pengertian tanpa kata dibalik pandangan
Baca selengkapnya
Chapter 12
Semenjak semua orang tahu bahwa dirinya adalah putri kandung Pak Surya, kehidupannya pun berubah 180 derajat. Semua rekan-rekan kerjanya yang dulu selalu bersikap santai dan apa adanya, mendadak seperti menjaga jarak. Mereka tidak pernah lagi berbicara sembarangan dengannya. Mereka juga tidak lagi memanggilnya dengan sebutan nama belaka? Tetapi telah ditambah dengan embel-embel dengan kata Ibu di depan namanya. Sebenarnya Lia merasa risih. Ia tidak biasa diperlakukan secara berlebihan seperti ini. Apalagi dianggap sangat penting dan diagung-agungkan. Sedari kecil ia menganut paham bahwa setiap manusia hanyalah tamu di dunia ini. Harta dan jabatan adalah barang pinjaman. Di saat kita pulang suatu hari kelak, maka semua pinjaman akan kita kembalikan kepada yang Maha Kuasa. Makanya ia begitu risih saat diperlakukan istimewa. Dan yang paling berubah sikapnya adalah Si Gunung Mahameru. Setelah tahu bahwa Aksa itu adalah kakak seayahnya dan Pak Surya, sikapnya berubah
Baca selengkapnya
Chapter 13
Ckitttt!!! Suara mobil yang direm mendadak berdecit di parkiran. Satpam mengelus dada karena kaget, dan tidak sempat memberikan aba-aba. Biasanya mobil yang masuk ke tempat parkir, akan diberi aba-aba olehnya, agar memudahkan pengemudi parkir dengan baik. Ini jangan kan memberi aba-aba, berdiri saja ia belum sempat, tapi mobilnya sudah berhenti dengan sembarangan. Baru saja ia bermaksud memberi peringatan, tetapi ternyata pemilik mobil adalah bossnya. Mata tua tiadak awas mengenali nomor polisi si pemilik mobil. "Pak Kosim, tolong parkirin mobil Saya ya, Pak? Saya lagi buru-buru soalnya."Aksa menyerahkan kunci mobil pada Pak Kosim, dan berlari kembali menuju kantor. Aksa tampak menjinjing satu bungkusan. "Oalah kenapalah Pak Aksa ini berlarian ke sana ke mari? Tidak biasa-biasanya ia begitu?" Pak Kosim menggeleng-gelengkan kepalanya. Aksa terus berlari ke pantry. Dengan c
Baca selengkapnya
Chapter 14
Lia melambai-lambaikan tangannya saat melihat Dara celingukan mencarinya di dalam restoran. Di saat-saat jam makan siang seperti ini, restaurant pasti full. "Hoii Darong, gue di sini!Lama banget sih lo? Gue sampe lumutan nungguin lo dari tadi." Lia mengomel sembari melambaikan tangannya. "Elahhhh cuman terlambat 10 menit doang, lebay banget sih lo!" Dara menghempaskan pinggul seksinyanya pada kursi di samping Lia. Ia bersiap-siap memesan menu makanan yang begitu menggugah selera. "Lo ngerasa nggak sih, Liong, kalo kita lagi laper maksimal kayak gini, rasa-rasanya semua gambar-gambar makanan di buku menu itu pengen kita pesen semua ya? Yang ini kelihatan enak. Yang onoh mengundang selera. Kalap lambung nih rasanya. Ntar giliran liat billing baru rasanya nyesel karena tadi makannya beringas gila. Hahaha." Dara ngakak. Si Dara ini kapan pun di mana pun selalu ceria dan koplak. Sama
Baca selengkapnya
Chapter 15
Dan akhirnya malam ini ia terdampar dalam situasi akward ini. Lia sangat canggung. Namanya saja makan malam keluarga. Tetapi entah mengapa semua pada diam-diaman seperti ini. Setelah pulang kantor tadi Aksa memaksanya untuk ikut dalam acara keluarga di rumahnya. Aksa dengan sabar menungguinya mandi dan berdandan. Bagaimana ia bisa menolak bukan? Saat ini mereka semua tengah menikmati makan malam keluarga. Heningnya suasana karena masing-masing orang menekuri piring masing-maaing, membuat Lia iseng melayangkan pandangan pada Raline. Tunangan Aksa ini terlihat cantik dengan gaun pink berbahan plisketnya. Raline terlihat berkali- kali mengambilkan lauk Aksa. Sementara sikap Aksa seperti biasa. Datar dan dingin-dingin saja. Tidak seperti reaksi pasangan pada umumnya yang biasanya bahagia luar biasa karena merasa diiperhatikan oleh orang yang paling istimewa di hatinya. Sikap Aksa benar-benar sedatar tembok.  Kedua orang tua Raline tampak me
Baca selengkapnya
Chapter 16
Lia terjaga saat mendengar suara teriakan-teriakan yang saling bersahut-sahutan. Sejenak ia bingung karena terbangun di kamar yang masih asing. Akhir-akhir ini ia sering sekali terbangun di kamar orang lain. Menilik kemaskulinan properti kamar ini, hampir bisa dipastikan bahwa pemiliknya adalah laki-laki. Tapi kamar siapa? Lia mencoba mengumpulkan ingatan. Rumah ayahnya, makan malam, mual dan... kamar Aksa! Ia sudah mengingatnya sekarang.  Lia menendang selimut saat suara teriakan makin kuat intensitasnya. Lia yang penasaran, mencari asal suara sumber keributan. Sepertinya dari arah ruang tamu. Lia pun segera mempercepat langkah. Saat tiba di ruang tamu, ia melihat ayahnya, Aksa, Heru dan Bang Erlan! "Bang Erlan, kenapa Abang bisa ada di sini?" Lia bingung melihat Elang ada di tengah-tengah keluarganya.  "Kan tadi Abang udah bilang rindu kalinya Abang samamu Lia. Jadi mau cerita-cerita lah Abang ke sini. Tapi k
Baca selengkapnya
Chapter 17
"Udah Lia, lo nggak usah kepancing omongan si Dava. Kita tadi kan niatnya ke sini cuma buat refreshing doang, bukan track-track-an," bujuk Dara. Ia takut kalau Lia termakan oleh hasutan Dava.  "Dan lo, Bocah Cantik. Jangan kurang ajar sama orang yang lebih tua dari lo ya!" Dara memelototi Dava seraya menarik Lia cepat menjauhi bocah cantik itu. Tapi secepat itu juga tangan kekar Dava makin erat mencengkram lengan Lia. Hingga sebuah suara penuh kemarahan menyela. "Lepasin dia brengsek!" Lia merasa tubuhnya tertarik ke belakang dan jatuh dalam pelukan dada kekar yang hangat. Matanya perlahan naik dari dada ke atas untuk melihat wajah penolongnya. Aksa! Bagaimana dia bisa ada di sini? Menilik dari pakaian formalnya, bisa dipastikan kalau Aksa pasti tengah menghadiri sebuah acara sebelum ke sini. Setelan jas hitam dipadu dasi bercorak garis-garis, membuat kesan executive mudanya terlihat makin kenta
Baca selengkapnya
Chapter 18
Lia seperti mengalami dejavu lagi. Ya, lagi-lagi ia pingsan dan bangun-bangun dia sudah ada di kamar Aksa. Dan lagi-lagi dia mendengar suara pertengkaran dari arah ruang keluarga ayahnya. Samar-samar Lia seperti mendengar suara tangisan Raline. Otak Lia berpikir cepat. Pasti ini ada hubungannya dengan kemunculan tiba-tiba Aksa di arena balap liar itu. Lia merasa ia harus ke ruang keluarga demi menjernihkan semua persoalan mereka. Di koridor ruang tamu, Lia menghentikan langkahnya. Ia ingin mencuri dengar dulu, apa topik pembicaraan mereka. "Coba Om dan Tante pikir. Apa pantas Mas Aksa tiba-tiba menghilang dari pesta pernikahan sepupu Raline tanpa pesan apa-apa? Raline menjadi bahan gunjingan seluruh keluarga, karena Raline sebagai tunangannya sama sekali tidak tahu keberadaan Mas Aksa. Raline merasa tidak dianggap, Tan." Raline menangis sambil memeluk Bu Citra. "Bisa kamu jelaskan semua kekacauan ini Aksa?"  Pak Sur
Baca selengkapnya
Chapter 19
Aksa menghempaskan tubuh lelahnya ke ranjang. Sejenak matanya tertutup membayangkan kekacauan yang baru saja terjadi di rumah tunangannya, eh sekarang telah menjadi mantan tunangannya. Setelah terkuaknya kasus Raline yang pernah menggugurkan kandungannya minggu lalu, baru tadi sore lah keluarganya secara resmi mengumumkan tentang putusnya pertunangan mereka berdua. Raline dan dirinya sudah sepakat untuk mengakhiri hubungan yang dirasa semakin lama semakin tidak sehat ini.  Seminggu mereka rasa telah cukup untuk saling mencoba intropeksi diri. Membuka diri dan saling jujur atas perasaan satu sama lain. Raline mengakui secara terbuka dengan seluruh keluarganya bahwa dia pernah berselingkuh, hamil dan kemudian keguguran. Dan pria yang menghamilinya itu tidak lain adalah dosennya sendiri yang sudah memiliki anak dan istri. Raline beralasan kalau ia terjebak melakukan semua itu, karena ia merasa kesepian.  Menurutny
Baca selengkapnya
Chapter 20
 Meeting telah selesai sekitar lima belas menit lalu dengan hasil yang sama-sama memuaskan bagi kedua kedua belah pihak. Hari ini Aksa dan teamnya sukses mempresentasikan rancangan-rancangan brilliantnya. Dan itu semua tidak terlepas dari peran serta Erlan Atmajaya sebagai arsiteknya. Tidak sia-sia Erlan bertahun-tahun kuliah di luar negeri, kalau memang seperti inilah hasil dari menimba ilmunya.  Lia merasa tubuhnya remuk redam. Tulang-tulangnya pun seolah-olah dilolosi semua dari tubuhnya. Sekarang saja ia masih belum beranjak dari ruang rapat dan masih terduduk lemas dengan kepala yang diletakkan di atas meja. Matanya mulai terpejam karena rasanya berat sekali untuk dibuka. Lia masih lemas dan mengantuk sebenarnya. "Kamu ini kenapa sih calon istri? Semua karyawan sudah mulai sibuk mengisi perut, eh kamu malah masih bermalas-malasan di sini. Kamu kenapa, Sayang? Tidak enak badan hmm?"  Tiba-tiba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status