All Chapters of MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA: Chapter 11 - Chapter 20
221 Chapters
Menuju Jakarta
Nyai bangkit dari sujudnya. Dia terus mengetuk pintu rumah Wati.“Wati, aku mohon! Kau seorang ibu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama jika berada di posisiku!” teriaknya keras tanpa henti.Wati yang berada di belakang pintu, terus berpikir. Wati tidak ingin terlibat terlalu jauh dalam masalah Nyai. Dia tidak mau masa depan Sunarsih terancam. Bagaimanapun juga, kekuasaan Nyai bisa melakukan segalanya.Wati memutuskan untuk membuka pintu kembali. Nyai melebarkan kedua matanya, terus memohon agar Wati bisa membantunya.“Wati, kau seorang ibu sama seperti diriku. Bagaimana jika kau berada di posisiku? Wati … aku mohon.”“Masalahnya bisa selesai dengan cepat. Kau hanya merestui hubungan mereka, maka kau akan mendapatkan anakmu kembali. Bisakah kau melakukan itu?”Nyai terdiam saat Wati memberikan sarannya. Wati semakin memberikan pelototannya, menunggu jawaban Nyai yang tak kunjung terlontar dari mu
Read more
Berusaha Membebaskan
Hati Pandu bergetar. Dia hanya memandang sosok Wojo tanpa berucap, membuat calon suami Arum itu mengernyit. Ardi spontan menerima uluran tangan Wojo untuk berjabat tangan. “Tidak masalah. Kami juga bersalah berada di tengah jalanan.” Wojo masih mengamati Pandu yang terus memandangnya dengan serius. “Baiklah, semoga hari kalian bahagia,” balas Wojo kembali memasuki mobilnya dan berlalu. Ardi menarik Pandu untuk membawanya pergi dari sana. Mawar hanya diam, mengikuti kedua Raden itu dari belakang. “Apa kau sudah gila? Kenapa kau seperti itu? Pandu!” teriak Ardi keras. Pandu memegang kepalanya. Dia semakin frustasi. “Dia … dia calon suami Arum. Katakan! Bagaimana aku harus menghadapi lelaki yang akan mengambil kesucian wanita pujaanku?!” teriak Pandu. Para pejalan kaki yang melintas, spontan memandang mereka dengan berbisik. Mawar seketika itu menarik lengan Ardi dan mendekatinya. “Ardi, kau tahu sendiri Raden mengalami frustasi d
Read more
Gerbang Yang Kembali Tertutup
Kedua mata Arum terus menelusuri semua arah. Bola matanya berputar tanpa henti menatap kerumunan orang. Sontak pandangannya terhenti, tertuju pada sosok yang bisa membuat dia merasa bahagia. Dengan cepat Arum berusaha membuka kaca jendela mobil. Namun, sang sopir menahannya.“Pandu, aku di sini!” teriaknya keras sambil melambaikan tangannya. Arum tidak menyerah. Dia menggedor-gedor kaca jendela dengan keras. “Pandu!”“Nyai, Nona Arum ingin keluar dari mobil!” teriak sang sopir dari jendela mobil.Saras yang berada di mobil sebelah, sangat panik mendengarnya. “Jangan biarkan dia keluar!” pintanya tegas.“Arum …  Arum!” balas Pandu terus menerabas semua orang. “Aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku akan segera menuju mobil itu dan membawanya pergi,” batin Pandu terus berlari berusaha menggapai Arum yang sudah terlihat semakin dekat“Ini tidak bisa dibiarkan!
Read more
Hanya Status
“Kau … milikku, Arum.”Arum terdiam kaku setelah mendengar bisikan Wojo. Kedua mata Wojo menatap Arum dengan tajam. Setelah itu, Wojo berlalu darinya. Arum berusaha mengatasi perasaannya yang kalut di dada. Dia terus memaksakan senyuman kepada semua orang, saat Saras memandangnya.Dari kejauhan, Wojo selalu saja sesekali melirik Arum. Para sahabat Wojo, tidak hentinya memuji kecantikan Arum.“Hmm, kau ternyata duda yang sangat … beruntung. Lihatlah calon istrimu itu. Masih suci dan sangat muda. Setiap malam, kau pasti akan mendapatkan kepuasan,” bisik salah satu sahabat Wojo sembari menganggukkan kepadanya.Wojo menikmati minumannya, tiada henti menatap wajah Arum yang memang sangat cantik. Bahkan, sangat lebih jika dibandingkan dengan Mariati yang selama ini dia elu-elukan. Apalagi, telinga Wojo terus mendengarkan pujian-pujian yang dilontarkan oleh semua temannya yang juga sangat kaya raya kepada Arum. Mereka terus
Read more
Hasrat Yang Terpenjara
Kedua mata indah Arum tak percaya melihat sosok yang sangat mirip dengan suaminya saat ini memberikan senyuman menggoda. Senyuman misteri terus terlihat di sana. Kedua bola mata hitam laki-laki dengan kemeja yang sedikit terbuka memperlihatkan dada kekarnya itu, mengamati sosok Arum dari atas sampai bawah. Terus menelisik dengan saksama. Napasnya yang keras terdengar bercampur hasrat yang tidak terbendung lagi.“Benar … benar sangat cantik,” ucapnya sembari membasahi permukaan bibir seksi tebal dengan ujung lidahnya.“Apakah sopan lelaki yang tidak dikenal mengetuk pintu seorang wanita yang sudah memiliki suami?” tanya Arum dengan tegas“Ayolah, aku adalah adik iparmu. Aku adik dari suamimu. Hmm, kita belum berkenalan sejak tadi. Tidak aku sangka kakakku sangat beruntung menikahi seorang gadis seperti Dewi Kayangan.” Lelaki itu semakin menunduk, mendekati telinga Arum dan berbisik, “Kau tahu, semua orang sudah ber
Read more
Pertolongan Untuk Wojo
“Cukup,  Mas! Cukup, dan hentikan!” teriak Arum tidak tahan. Dia terus meronta, berusaha menolak  Wojo yang semakin menikmati tubuhnya. Kedua alisnya mengkerut saat kulitnya sangat basah akibat bibir Wojo yang terus membasahinya.“Mariati, kau memang sangat cantik. Tubuhmu seharum bunga yang bermekaran di musim semi. Aku sudah tidak tahan lagi untuk menikmatinya.”Bibir  Wojo  masih saja terus menikmatinya. Kedua tangannya mulai membuka jarit Arum yang semula menutupi kedua kakinya. Rontaan Arum sama sekali tidak berhasil. Wojo lebih kuat darinya.“Mas, tolonglah! Aku ini bukan Mariati. Aku adalah Arum. Kau tidak boleh seperti ini. Hentikan, lepaskan aku!”“Aku tak akan pernah melepaskanmu, Mariati. Tidak akan
Read more
Mulai Mengamati
Sosok lelaki yang menampakkan wajah amarah, kini berada di tengah kamar Arum. Tubuhnya berdiri tegak, menggenggam selendang Arum yang tertinggal di kamarnya. Arum berusaha menahan hatinya.“Lihatlah ini! Kau … sudah melanggar janjimu. Kenapa … menginjak kamarku!”Langkah cepat Wojo, membuat Arum mendadak mundur hingga punggungnya menempel di tembok. Wajah mereka sangat dekat. Bahkan, hanya berjarak satu senti saja.Wojo mendekatkan wajahnya. Dia mencengkeram selendang milik Arum yang ternyata tertinggal di kamarnya.Wojo tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia berteriak, "Oh engkau terkutuk! Semoga dikutuk setiap kehidupanmu! Celakalah, karena kau selalu akan meneguk racun kehidupan. Karena engkau, aku dalam sekejap merasakan kebahagiaan diriku dirampok oleh dirimu!""Tidakkah engkau membuatku membayar mahal kesedihan dan kesengsaraan diriku ini? Yang membuat tubuhku lemah harus menahan beban berat, tertekan dengan berbagai
Read more
Hasrat Hendra
Lontaran yang terucap di dalam mulut Hendra, membuat sang kakak mengernyit, lalu bertanya, “Untuk apa?”“Bukankah Kakak tidak menyukainya? Hah, aku melihatmu. Yah, kalian berdua adalah sepasang musuh. Lagi pula hatimu tetap untuk sang istri, Mariati. Jadi, untuk apa mempertahankannya? Kau hanya akan membuat hatimu sengsara.”Wojo spontan mengalihkan pandangannya. Kini kedua mata itu kembali tersorot pada sosok Arum. Senyuman indah dengan lesung pipi Arum, membuat dirinya menekan kancing kemeja paling atas, tepat di sebelah jantungnya. Detakan itu, semriwing sangat terasa. Wojo berkali-kali menarik napas untuk menghilangkannya.“Ayolah Kak. Apakah berat untukmu mengatakan kata, iya? Hmm, dia tidak berarti untukmu. Untuk apa kau memperlakukannya seperti ini? Seorang wanita itu … membutuhkan kasih sayang. Aku bisa memberikan kepadanya. Kak, lepaskan dia dan berikanlah kepadaku.”“Cukup! Hentikan ocehanmu yang
Read more
Surat Untuk Arum
Hendra mendadak mendorong Arum semakin masuk ke dalam kamarnya."Lepaskan Hendra! Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku! Jangan pernah menyentuhku!" Arum terus meronta, berusaha melepaskan Hendra yang terus memaksanya. Kaki Hendra menendang pintu kamar yang sedikit terbuka. Pintu itu akhirnya tertutup rapat. "BRAK!"Sementara Arum masih saja di dalam dekapannya. Hendra mulai menelisik di leher Arum. “Ah, kau sangat harum,” desahnya. Tanganya menekan tengkuk Arum. Kini bibir itu bisa menikmatinya."Terkutuklah kau. Hah, lelaki tidak tahu diri! Lepaskan!" teriak Arum yang masih saja sia-sia. Hendra menariknya, hingga sampai di atas ranjang.Buk!Tubuhnya kini terlentang. Arum masih saja meronta, menampis wajah Hendra yang terus saja memaksa menelusuri kulitnya.PLAK!Tamparan keras Arum layangkan. Hendra geram, semakin menekan tangan Arum ke atas. “Argh!” teriak Arum menahan rasa sakit."Kau sebaiknya diam
Read more
Menuju Pelabuhan
“Kota Minang?”Ardi berjalan perlahan mendekat Pandu. Sementara, Pandu tersenyum melanjutkan perkataannya, “Yah, kami bermimpi untuk pergi ke sana. Aku dan Arum selalu bercerita kisah Malin Kundang. Kami hanya ingin menuju ke sana. Kisah itu selalu berarti buat kami. Mencintai Ibu adalah segalanya. Tapi …,” ucapnya terhenti. Pandu mengingat sang ibu yang sudah ditinggalkannya. Apakah ia akan menjadi seperti Malin? Durhaka, itulah yang dia lakukan. Membangkang perintah kedua orang tua yang sudah merawatnya.Tarikan napas panjang kembali dia lakukan. Pandu sesaat mengingat kehidupan bahagia bersama Romo dan Nyai Ani. Kepalanya menggeleng keras. “Aku akan pergi sebentar. Sampai waktunya aku akan bersujud di kaki kedua orang tuaku yang terbaik di jagat raya ini dan meminta maaf. Hanya saja, aku akan membawa Arum sebagai menantu mereka.”Perang yang berkecamuk dalam batin Pandu belum juga berakhir. Jiwanya masih bergejolak.
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status