MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA

MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Oleh:  Esi ApresiaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
50 Peringkat. 50 Ulasan-ulasan
221Bab
17.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

"Aku bersumpah! Anakmu, Pandu, ahli waris Kasoemo itu akan kehilangan napas melihat anakku, Arum, menikahi pria dengan kasta tertinggi!" Sumpah Saras terlontar melihat anaknya diperlakukan semena-mena oleh pemegang nama ningrat Kasoemo, hanya karena putrinya yang dari kalangan biasa-biasa saja dan Pandu saling mencintai. Langit tampaknya mendengar sumpah tersebut dan mengabulkan kata-kata Saras dengan mendatangkan Wojo, pewaris nama Soewojo pemilik kasta tertinggi yang berkuasa, untuk melamar Arum. Dibutakan oleh sumpahnya, Saras menerima lamaran tersebut untuk anaknya. Akan tetapi Arum mencintai Pandu dan sebaliknya. Intrik kasta pelik ini harus dibumbui oleh cinta masa lalu dan kekangan para keluarga dengan kuasa mutlak. Simak rencana Pandu untuk merebut Arum dan memperjuangkan cinta mereka yang terhalang kasta! Cerita yang berisi perjuangan cinta sejati. Ikuti kisahnya dalam, "Mendobrak Kasta Bermodal Cinta."

Lihat lebih banyak

Bab 1

Akhirnya Bertemu

"Arum, aku merindukanmu. Aku tidak sabar menyentuhmu, menikmati setiap sudut wajahmu yang aku rindukan. Ingin rasanya aku mendekapmu. Mencium bibirmu yang merekah itu. Aku ingin memilikimu," ucap pemuda tampan yang kini sudah menginjakkan kakinya di tanah kelahiran dengan tersenyum.

Cinta telah membakar dua jiwa dalam kerinduan yang tertahan.

Keduanya kini mempersembahkan sesuatu yang dipertemukan cinta, yaitu hati.

Yogyakarta, Senin, 6 April 1963.

"Raden Pandu Pulang!"

Semua pelayan Kasoemo pengusaha kaya raya, sangat senang. Anak semata wayang Kasoemo yang menempuh kuliah kedokteran di Jerman selama delapan tahun akhirnya pulang. Semua pelayan wanita berseri, akan menyambut kedatangan Pandu Kasoemo Amiprojo Ningrat. Pemuda tampan, gagah, sangat ramah.

"Duh, aku tidak sabar menunggu Raden. Dia pasti semakin gagah."

Nyai Ani sang ibu tersenyum mendengar semua memuji anaknya. 

"Sudah. Jangan bergosip. Cepat siapkan semuanya," ucap Nyai mengejutkan semua pelayan yang segera menundukkan kepalanya. 

"Nyai!" teriak pelayan berlari menghampirinya. Sontak Nyai terkejut melihatnya. Dia berjalan menghampiri sang pelayan yang terengah-engah.

"Ada apa?" tanya Nyai resah.

“Nyai, Raden Pandu memberi pesan. Raden akan menemui Arum di kebun belakang.”

Bagai tersambar petir. Hati Nyai meledak seketika. Penyambutan yang sudah dia siapkan selama dua hari gagal. Tidak dia sangka, Pandu yang baru saja pulang dari Jerman, lebih mementingkan bertemu Arum ketimbang dirinya.

"Kenapa dia tidak menemui ibunya?" ucap Nyai tegang. Kedua tangannya mengepal menahan amarah.

“Nyai. Aku akan memanggil Raden Pandu. Maafkan anakku,” kata Saraswati. Dia adalah Ibu Arum sahabat Nyai, yang sedari tadi berada di sebelahnya membantu semua persiapan.

Nyai meninggalkannya tanpa berucap apa pun. Saras bergegas untuk mencegah anaknya. Kening Saras masih saja mengkerut dalam. Bagaimanapun juga, Arum bersalah.

Gadis kembang Kota Keraton Yogyakarta bernama Arum Lestari Puspita, sahabat Pandu. Dia bersemangat akan bertemu teman semasa kecilnya itu. Pandu anak juragan Kasoemo yang akhirnya kembali setelah delapan tahun berpisah darinya, kini akan terlihat nyata.

"Raden Pandu pulang!"

Jantung Arum berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya setelah mendengar seseorang berteriak menyebut nama laki-laki yang dirindukannya. Dia menangkap bayangan sosok yang begitu lekat diingatnya berkelebat dalam pikiran.

"Pandu?"

Wanita pemilik rambut hitam lebat dan lesung pipi itu membuka kamar. Pandangannya mengedar, namun tidak melihat siapa pun.

“Aku sangat merindukanmu, Pandu,” ucapnya menunduk dalam kesenduan. Begitu dalam rasa cinta yang tergores dalam dada. Ketampanan pesona sosok yang masih bersinar di hatinya, belum bisa dia temui. Perasaan budak cintanya, membuat dia tersiksa.

Kakinya kembali melangkah memasuki kamar dan menutup pintu rapat. Dia mendekati ranjang, duduk di tepinya. Dipejamkan matanya kuat-kuat hingga gurat di dahi terlihat. “Pandu … aku merindukanmu.” Suara pelan dengan wajah berselimut keresahan, terpampang jelas di sana.

“Brak!” Suara pintu mendadak membuyarkan lamunan Arum.

“Sunarsih?”

“Raden Pandu naik becak. Eh, salah! Naik itu loh. Kendaraan hitam roda empat yang mewah banget. Sekarang akan mendarat di halaman belakang rumah gedungnya itu, Rum. Apa kamu enggak mau ke sana? Kamu tahu, Raden Pandu semakin gagah. Duh, jantungku rasanya mau copot.” Perkataan Sunarsih tetangga dekat Arum membuat dia bangkit dari duduknya.

“Jadi, Pandu benar-benar pulang?” tanya Arum memastikan.

“Kamu pikir aku bohong. Dia mendarat di kebun belakang dan ingin menemuimu,” balas Sunarsih bersemangat.

“Mendarat? Emangnya pesawat?”

Senyuman mulai terlihat lagi di wajah cantik Arum. Jemarinya meremas dada yang berdetak kencang, seolah berusaha mengumpulkan kembali kesadaran yang sempat terpecah sejenak dalam harapan.

“Ayo kita ke sana,” ucap Arum bersemangat, sembari menarik Sunarsih keluar kamar.

Kebun belakang keluarga Kasoemo sangat luas. Tanaman hijau subur terlihat indah di sana. Pandu berjalan perlahan, menatap seorang gadis yang berdiri canggung sekitar beberapa meter di depan.

"Arum ..."

Sosok yang semula membelakanginya, kini membalikkan tubuh perlahan. Yang paling dirindukan Pandu, kini terlihat jelas. Teman semasa kecilnya itu selalu saja terlihat anggun di hadapannya. Rambut tersanggul rapi. Sedikit polesan semakin memperlihatkan kecantikan alami. Senyuman dan pembawaan yang tenang, seketika membuat hati Pandu damai.

“Kangen denganku?” Suara serak bercampur berat terdengar jelas di telinga Arum. Senyuman selalu terbit di wajahnya.

“Tidak,” jawab Arum singkat.

Pandu spontan menarik Arum, mendekapnya sangat erat. Jemarinya perlahan menelusuri wajah Arum yang merona.

“Wajahmu semakin ayu memesona. Seperti Nyi Roro Kidul laut selatan. Jantungku jedug-jedug, tidak tahan melihatnya. Nyi Roro, bawalah aku ke lautan bersamamu. Kita menyeberangi samudra bersama,” rayunya sembari mengecup kening Arum.

“Apakah semua laki-laki selalu merayu wanita?” balas Arum semakin menatap Pandu.

"Hanya untuk yang paling spesial," jawab Pandu berbisik.

Arum mendadak kembali memalingkan wajahnya yang bersemu. “Kecantikan wanita berambut pirang pasti menodai kedua matamu itu. Apakah ada yang mengisi hatimu? Delapan tahun sendiri, tidak mungkin hatimu bisa bertahan. Kamu pasti sudah bercinta,” ucapnya manja dengan harapan mendapat perhatian lebih Pnadu. Spontan Pandu menariknya kembali. Kini wajah mereka sangat dekat.

"Apakah kau sudah berselingkuh?" bisik Arum.

Kedua bola mata Pandu tampak membesar, tak percaya. “Aku lebih suka gadis berambut hitam. Pakai kebaya, terus … tidak perlu pakai bedak tebal-tebal. Sangat alami dan indah. Seperti …” Perlahan jemari kuat pemuda tampan impian Arum kembali mengelus pipinya. “Wanita yang selalu menjadi sahabatku sejak kecil,” lanjutnya pelan.

Kini kedua mata saling bertumbukan hangat. Kerinduan menyeruak bagaikan aroma bunga di musim semi. Wajah seketika saling merona, meluapkan rasa cinta.

“Kita ini sahabat,” ucap pelan dari bibir merah alami si wanita pujaan Pandu.

“Dulu sahabat. Masih kecil, tentu saja belum waktunya menikah. Sekarang, mana bisa kita bersahabat. Rasanya tidak tenang jika hanya berteman. Ingin sekali menyentuh dan membelai. Aku ingin memiliki kesucianmu secara sah,” balas Pandu tersenyum tampan. Spontan tangan yang semula diam menarik tengkuk leher Arum. Tatapan hangat yang semakin diberikan Pandu, membuat Arum menarik napas panjang menikmatinya.

Pandu terus menatap Arum, mulai perlahan menciumnya. Arum sedikit terperanjat. Ini adalah ciuman pertama bagi dirinya. Arum tak kuasa menolaknya. Bibirnya kini membalas. Mereka saling menikmatinya. Dengan senyuman, mereka saling memainkan ciuman itu. Sedikit gigitan dari Pandu, membuat Arum membalasnya.

“Aku merindukanmu, Pandu. Sangat … merindukanmu.” Bisikan pelan Arum terdengar serak menahan tangisan, sekaligus cemas. Dia takut kebahagiaan ini akan menghilang.

“Aku tahu,” balas Pandu kembali memberikan ciuman hangatnya. Ditambah pelukan yang semakin mengerat. “Apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi beban hatimu?” lanjutnya sembari mengelus pipi Arum dengan jemarinya.

“Cintai aku, tanpa memandang siapa diriku,” balas Arum berparas bahagia.

Dua insan kembali meluapkan kerinduan yang semula terpenjara. Rasa bahagia semakin bersemi bercampur senyuman yang terpampang indah. Wajah secerah awan terlihat jelas. Getaran dada terasa sangat kuat akibat cinta seluas raya yang kini terlampaui. Ciuman mesra semakin dalam. Seakan candu bagi mereka.

“Arum!” Teriakan mendadak terdengar, membuat kedua insan melepaskan pelukan.

“Ibu?” Kedua bola mata Arum membesar, merasa resah melihat Saras melangkah mendekatinya dengan wajah mengerut. “Ibu, maafkan Arum,” lanjutnya menundukkan kepala.

“Raden Pandu. Nyai sangat resah. Dia menyiapkan semua penyambutan kedatangan Raden selama dua hari. Kenapa membawa Arum dalam masalah ini? Ibu adalah yang paling utama. Mengertilah, Raden.” Saras memberanikan diri menatap tajam anak pewaris Ningrat Kasoemo yang sangat disegani.

Tanpa berbicara, Pandu melepaskan telapak tangan Arum yang tanpa sadar masih mengerat. Lirikan cemas tersorot kepada Arum yang terus menunduk. Pandu berjalan meninggalkan Arum yang berusaha memendam rasa gelisahnya.

Dalam langkah, Pandu masih berpikir. Dia tak seharusnya menduakan ibunya dan membawa Arum dalam masalah ini. “Aku sudah bersalah. Tidak seharusnya aku melakukan ini,” batin Pandu resah.

Di kediaman megah seperti istana keraton jaman dahulu, Nyai Aniyah Kasoemo Amiprojo Ningrat masih saja merasakan kekecewaan. Perasaannya semakin tak terkendali. Dalam batinnya, Arum adalah sosok yang akan menghancurkan kehidupan Pandu.

“Dia, tidak bisa bersama Pandu. Kasta itu tidak sederajat dengannya,” batinnya. Spontan pandangan Nyai teralihkan oleh suara pintu megah kediaman Ningrat Kasoemo yang terbuka lebar.

Pandu melangkah, sembari menyimpan rasa bersalah. “Di mana ibuku?” tanyanya kepada salah satu pelayan di depan ruangan Nyai.

“Nyai di dalam sedang menyulam, Raden,” jawab pelayan menundukkan kepala.

Pandu menangkap kekecewaan dalam ekspresi Nyai. Perlahan dia mendekati Nyai yang seketika memalingkan wajah. Dia sangat mengerti dengan kecemburuan ibunya. Kakinya menekuk, berjongkok di hadapan Nyai.

“Bagaimana aku bisa tenang, jika melihat wajah wanita terbaik di dunia ini memaling? Ibu, maafkan aku.” Pandu meletakkan kepala di pangkuan Nyai. Belaian lembut wanita yang melahirkannya itu semakin Pandu rasakan.

“Bagaimana kabarmu, anakku?” Suara yang akhirnya terdengar, membuat Pandu kini mengangkat wajahnya.

“Pandu sangat baik, Ibu.”

Pandangan bahagia saling terlempar. Mereka akhirnya berpelukan erat.

“Nanti malam acara penyambutan dirimu sudah siap. Semua tamu undangan pilihan akan datang. Sambut ayahmu dengan baik. Jangan mengecewakan Romo. Bagaimanapun juga, kamu adalah ahli waris Ningrat Kasoemo.”

“Pandu mengerti, Ibu. Sebaiknya Pandu akan bersiap.”

Pandu melepaskan pelukannya. Dia melangkah akan meninggalkan ruangan Nyai. Namun, langkah itu terhenti saat lengannya tertahan cengkeraman Nyai.

“Hanya kasta ningrat yang bisa menjadi pendampingmu. Lepaskan, apa yang bisa merusak kasta kita.”

Hati Pandu berdetak kencang lebih hebat dari biasanya. Dia menatap tajam ibunya yang kali ini membalasnya lebih menusuk. “Bila kedudukan masih perlu dipertanyakan, untuk apa adanya cinta?” balas Pandu.

“Karena itu adalah aturan. Tinggalkan gadis itu!”

“Ibu!”

Pandu berjalan cepat meninggalkan kamar Nyai. Dia kembali keluar di kediaman, berlari kencang menuju rumah Arum.

"Arum!" teriaknya.

"Mas Pandu?"

Pandu menarik Arum, membawanya ke halaman belakang.

"Arum. Orang tuaku tidak menyetujui kita. Setelah acara nanti malam, kita akan pergi."

"Mas, jangan. Kita akan menemui kedua orang tua kita dan memohon. Melarikan diri, tidak menyelesaikan masalah. Aku tahu masalah ini. Ibu sudah memberitahukan kepadaku. Aku siap untuk menerima konsekuensinya."

Pandu diam, lalu spontan memeluk Arum. "Aku ingin kita bersama," bisiknya pelan.

"Kita akan bersama," balas Arum. Dia berjinjit, kembali memberikan ciuman hangatnya. Bibir mereka kembali saling membalas semakin dalam. Penyatuan yang sangat indah dengan hasrat meluap.

"Arum! Tidak!" teriak Saras. "Raden, pulanglah!" lanjutnya tegas.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(50)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
50 Peringkat · 50 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
default avatar
arkanagaudencio
suka ama cerita ini mantap
2023-07-10 00:29:27
0
user avatar
vivinasmara619
Sampai mewek baca ini. Aku suka sekali penulisannya sampai ke hati
2023-02-28 09:27:13
0
user avatar
wulandarisurti250
bagus banget beda ama film india. ada peran lain dan cerita lebih serem plus smpe mewek
2023-02-23 19:58:21
0
user avatar
Lydia S J
kaya film india, tapi versi kearifan lokal ini ...
2023-02-12 09:32:55
0
user avatar
Gaudencio Arkana
tulisanmu keren torr. ikut terhanyut saat baca
2022-08-18 19:31:07
0
user avatar
Esi Apresia
Halo semuanya besok cerita ini akan tamat ya. terima kasih yang sudah mengikuti kisah Arum dam Pandu. Semoga berkenan. Terima kasih.
2022-07-20 19:34:28
0
user avatar
Gaudencio Arkana
wadewwww perasaanku gak enak ama pandu hiks
2022-07-14 22:33:44
0
user avatar
Esi Apresia
hai pembaca setia. cerita ini akan segera tamat ya. Ikuti terus kisahnya. Makasih
2022-07-01 09:06:20
0
user avatar
Inayati
saya senang sekali dengan cerita ini. Author yang sangat bisa rapi menulis dan membuat paham menggambarkan perasaan tokoh.
2022-06-08 14:57:56
1
user avatar
Rennard Nyempluk
Bagus ceritanya
2022-05-07 11:06:13
1
user avatar
Gaudencio Arkana
luar biasa ceritanya baca sampai akhir. pandu semoga bisa kabur
2022-05-07 00:38:42
0
user avatar
Celebes
ceritanya juara banget
2022-05-07 00:30:50
0
user avatar
Gisel Michaelia
sudah baca sampai akhir lanjuttt
2022-05-07 00:27:12
0
user avatar
Gisel Michaelia
ceritanya semakin bagusss
2022-05-07 00:20:48
0
default avatar
Triwi
Bagus banget ceritanya. Sangat menyentuh
2022-05-01 14:28:43
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
221 Bab
Akhirnya Bertemu
"Arum, aku merindukanmu. Aku tidak sabar menyentuhmu, menikmati setiap sudut wajahmu yang aku rindukan. Ingin rasanya aku mendekapmu. Mencium bibirmu yang merekah itu. Aku ingin memilikimu," ucap pemuda tampan yang kini sudah menginjakkan kakinya di tanah kelahiran dengan tersenyum. Cinta telah membakar dua jiwa dalam kerinduan yang tertahan. Keduanya kini mempersembahkan sesuatu yang dipertemukan cinta, yaitu hati. Yogyakarta, Senin, 6 April 1963. "Raden Pandu Pulang!" Semua pelayan Kasoemo pengusaha kaya raya, sangat senang. Anak semata wayang Kasoemo yang menempuh kuliah kedokteran di Jerman selama delapan tahun akhirnya pulang. Semua pelayan wanita berseri, akan menyambut kedatangan Pandu Kasoemo Amiprojo Ningrat. Pemuda tampan, gagah, sangat ramah. "Duh, aku tidak sabar menunggu Raden. Dia pasti semakin gagah." Nyai Ani sang ibu tersenyum mendengar semua memuji anaknya.  "Su
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-27
Baca selengkapnya
SUMPAH NYAWA
Pandu dalam tegang, menatap Saras yang sudah mengusirnya. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku akan membuat Arum menjadi milikku secara sah. Ibu, aku tidak peduli dengan kedudukan itu. Restui kami saatnya tiba." Pandu menundukkan kepala kepada Sarah, lalu melempar senyuman kepada Arum. Dia berjalan keluar dari kediaman Arum. "Aku akan melawan siapa pun yang menghalangi cinta kami," batinnya. Awan cerah mulai menggulung berganti gelap. Gemerlap lampu terlihat meriah di setiap sudut kediaman megah milik Kasoemo. Tarian dan musik gending gamelan mengalun merdu. Para tamu undangan telah hadir memenuhi halaman yang disulap menjadi indah. Pandu berdiri di tengah kerumunan tamu dengan pandangan kosong memikirkan perkataan ibunya. Harapan untuk bersama Arum, apakah bisa menjadi nyata? “Arum, aku akan memaksakan cinta itu,” batinnya gelisah. Dia selintas beranggapan sudah tidak ada jalan bagi dirinya untuk melanjutkan cinta yang ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-30
Baca selengkapnya
PERPISAHAN
Sumpah, akan melekat dan terlaksana jika sudah terlontar keras.Hawa alam akan menjawab dan memberi nyata.Pupus sudah harapan untuk menjalin kasih.Sia-sialah semua ikatan hanya karena kedudukan.Rintikan air deras masih saja menerpa tubuh dua wanita yang tersakiti. Saras yang semula menangis memeluk anak perempuannya, kini memberikan senyuman. Tidak peduli air dingin dari langit masih menghujaninya, Saras menatap Arum untuk memberinya kekuatan.“Jadilah wanita terkuat. Kita akan pulang.”“Ibu, maafkan Arum.”Saras kembali memeluk Arum erat. Bangkit, itulah yang akan terjadi. Saras berdiri, menatap kediaman Kasoemo. Kedua mata memerah miliknya masih menyorot tajam pasangan Kasoemo yang akan menerima sumpahnya.“Aku akan membalas kalian,” batin Saras.“Arum!” Teriakan keras Pandu mendadak terdengar, membuat Arum terkejut. Saras menggeleng
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-30
Baca selengkapnya
KEJUTAN MALAM HARI
Kedua mata laki-laki masih saja mengamati Pandu yang terus berada didekapan Mawar dari balik pohon. Mawar adalah wanita yang cukup dekat dengannya. Parasnya sangat cantik. Apalagi lekukan tubuhnya seperti biola. Sangat sempurna. “Pandu, kenapa denganmu?” batin laki-laki itu terus mengamati dengan saksama. “Aduh, gimana ini. Tidak ada orang sama sekali,” gumam sang wanita yang menyelamatkan Pandu dengan panik. Kedua mata iris cokelatnya mengamati semua arah, hingga menemukan dokar di sudut jalan. Dia bangkit, berlari memanggil pengendara dokar yang asik menikmati rokok. “Pak, ada yang sakit. Antar aku ke rumah sakit. Nanti aku kasih uang banyak,” ucap Mawar memberikan kedipan matanya. “Iya, Neng,” jawab pengendara menelan saliva melihat wanita seksi dengan dandanan menor di hadapannya. Pengendara itu berjalan cepat mengikuti Mawar, hingga spontan melotot melihat sosok Pandu di hadapannya. “Raden Pandu? Kok bisa di sini? Gawat ini kalau ketahuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-30
Baca selengkapnya
LAMARAN UNTUK ARUM
Arum semakin tidak mengerti dengan situasi rumit yang terjadi. Dia bergemetar mendengar keinginan wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.“Nyai, aku mohon. Aku hanya ingin pulang. Kita berpisah di sini saja.” Arum merasa lega. Nyai akhirnya mengarahkan tangan agar para pesuruh garang itu menyingkir dari hadapannya.“Aku mau mengantarmu. Ini sudah sangat malam. Tidak baik gadis perawan berjalan sendirian. Ayo, Nduk. Kita masuk ke dalam mobil. Jangan takut. Aku tidak akan menculikmu.”Arum diam beberapa saat. Apakah dia harus menerima tawaran itu? Sementara, memang sepertinya sudah tidak ada angkot yang akan lewat karena malam semakin larut. Arum perlahan menganggukkan kepalanya. Nyai Niye tersenyum, mengarahkan tangannya agar Arum masuk ke dalam mobil sedan mewah berwarna hitam miliknya.Di dalam mobil, kedua mata Arum masih saja mengedar. Dia terpana melihat mobil mewah yang dinaikinya. Pandangannya terhenti saat melihat Nyai Niy
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-30
Baca selengkapnya
BERSEMBUNYI
Ciuman hangat semakin terasa. Bibir wanita tercantik yang sudah dinikmati semua pria itu, terasa hangat. Baru kali ini dia merasakan ciuman penuh rasa yang membasahi bibirnya. Ciuman dengan perasaan tulus. Sedikit lumatan lembut dari Pandu, semakin membuat Mawar mendesah.“Arum, aku sangat menginginkanmu,” desah Pandu pelan. Ciumannya semakin dalam. Pandu menatap wajah Mawar dengan tersenyum. Sang wanita tidak kuasa menahannya. Bibirnya terus bermain indah melayani Raden tertampan yang meluapkan bayangan cintanya.“Kekasihku. Berikan bibir merekahmu. Aku tak kuasa menahannya. Selama ini, aku selalu membayangkanmu. Ijinkan malam ini aku memilikimu.”Tengkuk leher Mawar semakin dicengkeraman jemari kuat Raden. Pandu sangat bahagia dengan bayangannya bersama Arum. Kegilaannya bagaikan kisah Majnun yang haus akan cinta dan hasrat untuk sang kekasih. Lidahnya semakin melesak masuk ke dalam. Bayangan sosok Arum sudah menghantuinya di tubuh Mawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-21
Baca selengkapnya
Lamaran Dua Kasta
Arum hanya terdiam. Mulutnya tertutup rapat. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa melarikan diri dari masalah ini. Saras hanya memandangnya. Hingga beberapa detik, dia meninggalkan kamar Arum. Dalam batinnya, Sarah mengetahui Arum memendam amarah.“Aku pastikan, kau perlahan akan mulai menerima dan menikmati kedudukanmu nanti, Arum,” batin Saras terus berlalu.“Sumpah sudah mulai terwujud. Apakah kekasihku Pandu memang akan kehilangan nyawa saat aku benar-benar menikahi lelaki itu?” Arum bangkit dari duduknya. Dia berjalan cepat mendekati jendela kamarnya.“Brak!” Dia membukanya dengan keras. Tangisan pecah dia keluarkan di sana. Suara jeritan yang melengking, telah bercampur di udara. “Argh! Pandu …”Sekar yang melihat kesedihan Arum dari jendela kamarnya, hanya bisa memandang pasrah keponakannya itu. “Arum, bertahanlah,” batinnya berselimut resah.***Yogyakarta, waktu tengah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-24
Baca selengkapnya
Lamaran Kasta Tertinggi
Acara lamaran tidak terduga segera dilaksanakan. Keluarga besar Soewojo semakin tersenyum melihat sosok Arum yang akhirnya muncul.“Adakah keajaiban yang bisa membawaku pergi dari sini?” batin Arum menunduk dalam kesedihan.Ketakutan bercampur gemetar mengiringi langkah Arum. Sedikit polesan di wajahnya, semakin menambah kecantikan alaminya. Masih dengan menunduk, Arum duduk tepat di hadapan pria mapan berumur jauh lebih tua darinya. Namun, ketampanan masih saja terlihat di sana.Tubuhnya tegap. Kumis tipis semakin menambah aura kegagahan yang pasti membuat hawa terpana jika mendapat lirikannya. Umur yang sudah memasuki usia matang di atas tiga puluh tahun, semakin membuatnya terlihat menawan.“Sangat cantik mempesona. Lihatlah pilihanmu itu, Wojo. Ibu tidak menyangka kau bisa memilih gadis yang pas untuk menggantikan posisi Mariati.” Nyai Niye selalu saja tersenyum. Sementara, Wojo semakin tidak menyangka. Sindiran ibunya itu bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-25
Baca selengkapnya
Undangan Pernikahan
Sabrina meremas secarik kertas berisikan kalimat romantis yang dituliskan Pandu untuk Arum. Dia semakin memendam amarahnya. “Aku tidak akan pernah membuat mereka bertemu di sana. Aku akan mencegahnya,” gumamnya masih dipenuhi amarah kecemburuan.Sabrina dari dulu sudah dijodohkan dengan sosok Pandu. Saat bersekolah, Sabrina selalu saja merasakan cemburu saat melihat Pandu bersama Arum. Saras saat itu cukup kaya saat suaminya masih hidup dan bekerja menjadi seorang dokter terkenal. Pandu selalu senang melihat Ayah Arum menolong semua orang yang sakit. Hingga dia menemui Romo dan mengatakan keinginannya untuk menjadi seorang dokter. Pandu sangat senang Romo menyambut cita-citanya dengan baik.Namun, sejak kematian Ayah Arum, Pandu semakin sedih melihat Arum harus berhenti dari sekolah. Sekolah hanya kalangan elit yang bisa masuk ke sana. Saras sudah tidak bisa membiayai Arum seorang diri. Apalagi Saras saat itu bekerja untuk Nyai Ani di rumah megahnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-25
Baca selengkapnya
Rencana Pandu
Pandu dengan tegas akan menerpa semua bahaya yang menghadang. Tidak peduli dinding sangat tinggi akan menghalanginya, rasa cinta semakin kuat untuk merobohkan semua itu. Pandu akan memupuskan tradisi turun temurun keluarga akibat kasta yang sama sekali tidak beralasan untuk memaksakan cinta.“Kau sudah mengibarkan bendera perang yang sangat kejam sahabatku,” ucap Ardi. Dia hanya menatap sahabatnya itu yang diselimuti cinta membara.“Aku tidak peduli semua panah akan menembus ke dalam jantungku. Aku akan berusaha mengakhiri peperangan ini,” balas Pandu dengan sedikit senyuman. “Berikan surat yang aku tuliskan itu, saat kau berhasil masuk menemuinya, Ardi. Itulah yang akan kita lakukan sebelum pernikahan itu berlangsung. Bukankah kau membawanya?” lanjut Pandu membuat Ardi terperanjat.“Surat? Aku akan mengambilnya,” balas Ardi. Dengan segera dia merogoh kantong jaketnya. Namun, tidak menemukannya. “Aku …
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-25
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status