Semua Bab Kisah Gadis Yang Tersakiti: Bab 81 - Bab 90

97 Bab

Memberitahu Damian

Rosemary merenungkan kata-kata dokter tersebut. Dia menghela napas panjang. “Hanya Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dari informasi yang terakhir kudengar, istri Edward masih setia mendampingi suaminya meskipun laki-laki itu sudah kehilangan pekerjaan dan nama baik. Alangkah mulianya hati wanita itu. Aku benar-benar merasa malu karena dulu telah menyakitinya. Entah dia menyadarinya atau tidak….”“Lalu apa gunanya kamu memikirkannya sekarang?” tukas Christopher tegas. “Nggak ada hal yang bisa kamu lakukan demi kebahagiaan wanita itu.”“Ada,” sela Rosemary sembari tersenyum lebar. “Kuikuti saja anjuranmu tadi untuk mendoakan kebahagiaannya. Hehehe….”Christopher menyeringai senang. “Kalau begitu, tunggu apa lagi?” cetusnya sembari bangkit berdiri. “Lupakan masa lalu yang tidak menyenangkan, Rosemary. Sekarang mari kutemani kamu beradaptasi dengan para ABK di sini
Baca selengkapnya

Sahabat Terbaik

“Sudah pernah kukatakan pada mamaku tempo hari, Dam. Supaya beliau bisa mengatur pengeluaran dengan lebih bijak.”“Lalu tanggapannya gimana?”Rosemary menghela napas panjang. “Yah, Mama kaget, sih. Apalagi waktu aku bilang mau berhenti dari pekerjaanku sebagai agen asuransi,” jawabnya terus terang.Damian tersenyum penuh kemenangan. “Apa kataku? Semua orang pasti menyayangkan keputusanmu itu, Rose.”“Tapi sampai kapan aku melakukan segala sesuatu demi menyenangkan hati orang lain? Ini kan hidupku, Dam. Akulah yang berhak memutuskan apa yang mau dan tak mau kulakukan.”“Kamu keras kepala sekali, Rosemary Laurens!”“Makanya cuma kamu yang sanggup bertahan menjadi sahabat baikku!”Kedua insan berlainan jenis itu berpandang-pandangan. Sesaat kemudian tawa mereka terdengar membahana memenuhi ruangan. Damian lalu mendekatkan kursinya pada Rosema
Baca selengkapnya

Memberitahu Big Boss

Laki-laki di hadapannya bertepuk tangan. “Hebat sekali, Rosemary Laurens. Baru dua minggu melakukan pelayanan, tapi pengetahuannya tentang ABK sudah begitu mendalam,” pujinya.Rosemary langsung menanggapi, “Itu belum seberapa, Dam. Kamu belum pernah mendengar tentang usus berpori atau bocor….”“Sudah, sudah,” sela Damian sambil menutup kedua telinganya. “Stop bicara hal-hal yang mengerikan tentang ABK. Kamu ajak aja aku langsung ke sana.”“Ok. Nanti kukabari ya bisanya kapan. Aku mesti bikin janji dulu sama Chris….”“Chris? Si dokter internis itu maksudmu?”“He-eh.”“Kenapa mesti nunggu dia? Kamu aja kan udah cukup buat nemenin aku.”“Yaaa…supaya kamu bisa sekalian kenalan sama dia. Orangnya baik, kok. Enak diajak ngobrol.”“Ya kuprospek asuransi aja kalau gitu. Siapa tahu nembus. Bisa buka poli
Baca selengkapnya

Dukungan Teresa

Rosemary terperangah. Jadi itulah alasannya big boss masih bertahan di bisnis ini? Karena tak punya pegangan lain dalam hidupnya saat ibu kandungnya tiada nanti? Sungguh sebuah pernyataan tak terduga dari seorang pemilik kantor asuransi yang begitu besar dan dipuja-puja banyak orang. Ekspresi prihatin wanita itu tak luput dari perhatian Teresa. Pemimpin yang selalu tampak berwibawa itu tersenyum getir. “Aku juga tak mengira bisa sesukses sekarang, Rosemary,” katanya melanjutkan. “Dulu aku hanya berjuang semaksimal yang kubisa. Demi membuktikan pada orang-orang yang merendahkanku bahwa diriku mampu sukses dengan jerih payah sendiri. Tak disangka kerja kerasku membuahkan hasil yang luar biasa. Akan tetapi harga yang harus dibayar juga sangat mahal, yaitu kegagalan rumah tanggaku. Yah, laki-laki mana yang tahan mempunyai istri yang meluangkan waktunya jauh lebih banyak dengan nasabah, agen, rekan-rekan sejawat, dan pejabat-pejabat penting asuransi dibandi
Baca selengkapnya

Martha Murka

“Sebenarnya selama ini Rosemary tidak sepenuhnya baik-baik saja menjalani pekerjaan ini, Ma,” ucapnya lirih. “Ada berbagai kendala yang sulit sekali dihadapi di lapangan….”“Dan kamu selalu berhasil mengatasinya, Nak!” sela Martha memotong kalimat putrinya. “Bukankah itu pertanda bahwa kamu memang berjodoh dengan pekerjaanmu dan layak untuk diperjuangkan selamanya?”Rosemary menggeleng berkali-kali. “Selama ini Rose mempertahankan pekerjaan ini demi mencari nafkah sebanyak mungkin agar bisa menyenangkan hati Mama dan adik-adik! Agar kita sekeluarga bisa hidup nyaman dan tidak dihina orang lagi. Impian itu sudah tercapai sekarang. Boleh kan, aku sekarang hidup tenang dan tidak ngoyo bekerja mati-matian lagi? Boleh kan, aku bekerja sesuai dengan minat baruku untuk melayani orang lain tanpa mengejar materi? Apalagi Mama sesungguhnya tidak pernah tahu betul kepahitan apa saja yang sudah aku alami selama menjalani
Baca selengkapnya

Sikap Nelly

“Kakakmu itu sudah sangat mengecewakan Mama, Nelly. Mama merasa dikhianati! Bisa-bisanya dia berperilaku murahan seperti itu. Padahal Mama selama ini tak pernah mengajarinya untuk menjadi pelakor!”Nelly terkejut sekali mendengar kata-kata mencemooh yang keluar dari mulut ibunya itu. “Cukup, Ma,” tegurnya tegas. “Kak Rosemary itu anak kandung Mama sendiri. Tak seharusnya Mama mencaci-makinya seperti itu. Itu kejam sekali, Ma!”Emosi Martha semakin memuncak. “Jadi tujuanmu mengajak Mama kemari untuk membujuk Mama agar memaafkan kakakmu itu? Ayo bilang sama Mama, Nelly. Rosemary-kah yang memintamu melakukannya? Dia sudah berdosa besar terhadap keluarga kita, Nak. Perbuatannya sungguh merendahkan martabat Mama, Oliv, dan kamu….”“Mama…,” ucap Nelly berusaha menahan diri. “Di dunia ini nggak ada orang yang sempurna. Termasuk Kak Rosemary. Dia sudah menceritakan semuanya. Kak Rose mengaku
Baca selengkapnya

Perasaan Christopher

Akhirnya tibalah hari Sabtu pagi yang dinanti-nantikan. Rosemary dan Nelly menjemput Damian di rumahnya terlebih dahulu lalu pergi bersama-sama ke panti asuhan. Laki-laki itu seperti biasa menawarkan diri untuk mengemudikan mobil Rosemary. Wanita itu langsung menyetujuinya. Dia langsung turun dari dalam mobil dan pindah duduk di jok sebelah pengemudi. Sementara itu Nelly beranjak pindah ke jok belakang.Di dalam mobil mereka bersenda gurau dengan akrab. Nelly sudah menganggap Damian layaknya kakak kandung sendiri saking akrabnya laki-laki itu dengan Rosemary. Begitu mobil mereka sampai di depan panti asuhan, Rosemary langsung melihat Christopher yang sedang tengah duduk menunggunya di teras.Setelah mobil berhenti dan diparkir di halaman depan panti, wanita itu langsung turun dan melangkah mendekati dokter spesialis penyakit dalam tersebut. “Halo, Chris,” sapanya ramah. “Sudah lama nunggu?”Pria tampan itu menggeleng. Dia tersenyum lalu b
Baca selengkapnya

Martha Murka Lagi

“Kamu tadi pergi kemana sama kakakmu? Dari pagi sampai sore baru pulang,” kata Martha mengomeli Nelly. Mereka berdua sedang berada di dalam kamar gadis itu. Sang ibu tadi tidak ikut makan malam di meja makan karena ada Rosemary. Dia sengaja menghindari putri sulungnya itu. Tujuannya untuk menunjukkan aksi marahnya yang tak kunjung selesai.Nelly lalu bercerita bahwa tadi dirinya, Rosemary, dan Damian mengunjungi panti asuhan ABK. Dia juga berkata bahwa sudah dikenalkan dengan Christopher, mentor kakaknya selama melakukan pelayanan di panti tersebut.“Kok lama sekali kalian berada di sana?” tanya Martha tidak senang. “Memangnya apa yang menarik sampai membuat kalian betah?”“Banyak sekali, Ma,” jawab putri bungsunya itu. “Nelly jadi melihat dari dekat seperti apa anak-anak yang diciptakan Tuhan dalam kondisi spesial. Aku jadi merasa bersyukur dilahirkan ke dunia ini dengan kondisi tak kurang suatu
Baca selengkapnya

Kondisi Damian Terungkap

“Mama dengar kamu tadi mengajak adikmu pergi ke panti asuhan,” cetus Martha blak-blakan begitu tiba di kamar Rosemary.Anaknya itu mengangguk mengiyakan. “Betul, Ma. Nelly yang memintanya sendiri tempo hari. Dan aku juga sekalian mengajak Damian karena dia juga pernah bilang mau melihat-lihat panti….”Martha berdeham keras. Dia menatap tajam putri sulungnya itu. “Begini, Rose. Kalau kamu memang memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai agen asuransi demi melakukan pelayanan di tempat yang nggak penting itu, silakan. Tapi jangan pengaruhi adikmu untuk mengambil langkah yang sama denganmu. Bisa jadi gelandangan keluarga ini nanti kalau semua anggotanya bekerja cuma-cuma tanpa mendapatkan upah!” serunya berang. Kedua matanya melotot luar biasa saking marahnya. Rosemary menatap ibunya prihatin. Kok bisa-bisanya Mama berpikiran sejauh itu, batinnya pedih. Begitu pentingkah materi baginya? Padahal dia sudah pernah meras
Baca selengkapnya

Ungkapan Perasaan Christopher

“Tumben kamu ngajak aku ngobrol di luar panti,” cetus Christopher pada Rosemary keesokan harinya. Siang itu Rosemary mengajaknya bertemu di sebuah kedai kopi yang tak jauh dari panti. “Nggak enak kalau kedengaran Bu Farida ataupun orang-orang di sana,” jawab lawan bicaranya terus terang. “Ada hal penting yang mau kutanyakan padamu, Chris.”“Apa itu?” tanya si dokter ingin tahu. Ditatapnya wanita yang duduk di hadapannya dengan mimic serius. Rosemary berdeham sejenak lalu berkata, “Kemarin malam kerongkonganku terserang rasa panas bagaikan terbakar lagi. Padahal akhir-akhir ini aku sudah bisa menerima kondisiku apa adanya. Perut mual, lidah pahit, dan kerongkongan panas sudah kuanggap merupakan bagian dari diriku dan kuterima dengan lapang dada. Tapi kejadian kemarin malam membuatku tersadar. Sampai kapan gangguan psikosomatis ini menggerogotiku? So, aku mau bertanya padamu bagaimana caranya kamu d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status