Semua Bab PENDEKAR MACAN KUMBANG: Bab 11 - Bab 20
98 Bab
PERLAKUAN TAK MENYENANGKAN
Angga merasa dia adalah Macan Kumbang, padahal perwira tersebut tidak tahu bahwa itu dirinya. Tuan Putri yang menyimpulkan bahwa Angga terlibat. "Apa yang akan kau jelaskan dengan kejadian ini?" "Apa tuan Putri menuduh saya yang melakukannya?" Angga malah balik bertanya. "Bukan begitu, Aku hanya ingin jawaban darimu," ucap Tuan Putri. Meskipun Tuan Putri bertanya dengan nada kesal, namun sama sekali tidak curiga kepada Angga karena baru dua hari di Paladu. Sedangkan kejadian misterius sudah berlangsung lama. Meskipun sekarang kejadiannya semakin sering, sehingga membuat sang putri semakin takut. "Aku memang keluar tadi malam, ada orang yang datang ke tempat ini. Ketika dia akan membunuhku, jelas aku membela diri," ucap Angga sambil mengucek-ngucek matanya. Pemuda tersebut pada akhirnya harus jujur kepada Tuan Putri. Bagaimanapun dia orang yang menyelamatkan dirinya, sehingga dia harus dipercaya oleh gadis
Baca selengkapnya
PERTOLONGAN
"Aku ingin lihat apa dia punya kemampuan bertarung?" tanya Bayu Buwana dalam hati. Lelaki sombong itu curiga kepada Angga, bahwa dia yang membunuh sahabatnya, Perwira Kayuwangi. Namun yang terjadi Angga langsung terkapar, dari mulutnya mengeluarkan darah segar. Entah apa yang terjadi, Perwira Bayu Buwana tidak merasakan sakit seperti sebelumnya. Padahal dia curiga kepada Angga akibat pukulannya kemarin yang justru membuat tangannya kesakitan. "Ternyata kau lemah seperti biasanya, aku heran kenapa Tuan Putri memilihmu," ucap Perwira Bayu Buwana. BUKK!Disertai tendangan kaki kanan dari sang perwira hingga Angga kembali terjungkal. Lelaki itu meringis, karena pukulan tersebut menggunakan tenaga dalam. Dada si codet tampak sesak, hanya bisa mengeluh sendirian. Ingin rasanya menyerang balik, jika tidak ingat dengan pesan Tuan Putri. Jika dia melawan, orang Istana akan tahu bahwa dia Macan Kumbang. Itu akan  sangat berbahaya
Baca selengkapnya
TUGAS BARU
Namun Angga sepertinya harus bangun cepat, karena pagi sudah tiba. Pikirannya melayang entah ke mana, sehingga tidak bisa tidur lelap. Ditambah Angga dipanggil Tuan Putri ke kediamannya karena ada tugas baru. Pemuda itu tampak penasaran tugas apa lagi yang harus dikerjakan, apalagi dia datang sendirian tanpa Jati Luhur. "Apa kamu sudah siap dengan tugas pertamamu ini?" tanya Tuan Putri. Ketika Angga sudah berada di depan kediaman Tuan Putri. Tidak seperti biasanya sang putri berpakaian mewah, seperti akan berpesta. "Siap. Tuan Putri."Angga tampak takjub dengan kecantikan Tuan Putri, sehingga pandangannya tertuju kepada junjungannya. Dia tidak sadar jika telah melakukan sebuah kesalahan. PLAK! Sebuah tamparan mendarat di pipi Angga, paham jika dia telah salah ucap. Ketika hanya berdua tidak boleh menyebut Tuan Putri, tetapi nama aslinya. "Maaf maksud saya, Lintang." ucap Angga gelagapan
Baca selengkapnya
LEMBAH HIJAU
Setelah membalikkan wajah melihat siapa yang menghampirinya. Angga sangat kaget, jantungnya terasa copot. Melihat siapa orang yang kini berada sangat dekat dengan dirinya. "Tuan Adyaksa. Tuan juga makan di sini?" tanya Angga basa-basi. Pemuda itu jelas takut ketahuan jika Macan Kumbang adalah dirinya. "Kamu tahu namaku dari mana?" tanya Adyaksa malah bertanya balik. Mendengar hal itu, Angga tampak kikuk, sakit takutnya bila ketahuan. "Bukankah hanya ada satu orang yang mempunyai ciri-ciri seperti Tuan," ucap si pemuda memberi alasan. "Kamu cakap juga, pantas Tuan Putri mengangkat dirimu menjadi ajudannya."Adyaksa justru memuji Si Codet, tidak seperti prajurit Paladu yang meremehkannya. Putra Senopati Darmayaksa itu merasakan ada aura luar biasa pada diri Angga. Meskipun dia belum curiga jika orang yang berada di depannya adalah Si Macan Kumbang. "Kenapa tidak Tuan saja yang menjadi penjaga Tuan Putri?" tanya An
Baca selengkapnya
TERJADI LAGI
Semua tampak merenung, mencoba menelaah misteri yang terjadi. Meskipun tidak ada titik terang, masalah malah bertambah runyam. "Ini sangat gawat, keselamatan dirimu sangat penting." ucap Pramana setelah mendengar cerita dari Tuan Putri. "Apa paman ada kecurigaan tentang siapa yang melakukannya?" tanya Tuan Putri penasaran. Mengingat Pramana setidaknya lebih paham tentang kerajaan dibandingkan Tuan Putri. Karena alasan itu juga, Tuan Putri datang ke Lembah Hijau. Memenuhi undangan Juragan Koswara adalah formalitas semata. "Susah sekali ditebak, Tuan Putri. Ada banyak kepentingan di Istana, termasuk pihak ingin berkuasa." ucap Ketua Partai Lembah Hijau. "Apa paman curiga dengan orang Partai Bukit Merah?" tiba-tiba Angga bicara. Jelas membuat semua yang ada di situ cukup terkejut. Hal itu terjadi karena memang kedua Partai tidak pernah akur. Namun yang membuat heran dari mana Angga tahu hal tersebut. 
Baca selengkapnya
HAMPIR MATI
Tuan Putri keceplosan menyebutkan nama Angga yang membuat sosok serba hitam kaget. Namun ketika menyebutkan Anggara keempatnya kembali tenang. Putri Lintang Ayu dan Angga dalam bahaya besar, sekali serang akan merenggut nyawa mereka. “Pastikan Tuan Putri hidup, sedangkan pemuda itu biarkan saja mati,” ucap salah satu dari sosok serba hitam. Tampak dari cara bertarungnya, dia yang paling kuat di antara yang lainnya. “Tidak semudah itu, hadapi aku terlebih dahulu!” seru seseorang yang datang ke tempat tersebut. Sosok yang datang ternyata ada dua orang dengan kudanya masing-masing. Sosok pertama seorang lelaki tua dengan pakaian pejabat kerajaan Paladu. Sedangkan yang kedua adalah seorang pemuda dengan pakaian serba putih. Melihat siapa yang datang, keempatnya tampak terkejut. Mengenal siapa pemuda yang tadi berbicara tersebut. CIATT! Pemuda berpakaian serba putih langsung
Baca selengkapnya
KECURIGAAN
Adyaksa penasaran sebenarnya siapa Angga sebenarnya? Meskipun Jati Luhur bilang bahwa dia keponakannya, namun itu sungguh aneh. Sepengetahuan si pemuda Jati Luhur hidup sendirian di Paladu dalam waktu lama. Meskipun beberapa tahun ke belakang dia pernah memutuskan pulang kampung halamannya di Srimanganti. Sebuah daerah yang berada di ujung selatan Tanah Suci. Tanah Suci adalah sebutan bagi daerah barat pulang Jawa, namun bukan yang paling barat. Daerah yang dikelilingi enam Gunung yang dijadikan kerajaan. "Aku masih ingat, malam itu Macan Kumbang datang ke tempatku. Penampilannya mirip dengan Gara ketika berjalan, namun dia tak memiliki codet di pelipis kirinya?" tanya Adyaksa kepada dirinya sendiri. "Biarkan saja, kalau benar dia Macan Kumbang justru itu lebih baik," ucap Adyaksa kembali. Pemuda berpakaian serba putih bersyukur jika Macan Kumbang masih hidup. Adyaksa menganggap dosa telah mengkhianati sahabatnya itu s
Baca selengkapnya
KEDATANGAN PARTAI TELAGA EMAS
Saat itu seluruh warga yang selamat langsung menurunkan mayat tersebut disertai isak tangis. "Ayah. Jangan tinggalkan aku sendirian!" seru anak lelaki berusia tiga belas tahun meratapi mayat. Ternyata dia adalah putra dari orang yang tewas di tiang gantungan tersebut"Tabahkan hatimu anak muda, biar aku yang merawat dirimu sekarang." Ucapan itu muncul dari seseorang lelaki tua di belakang pemuda itu. "Siapa kakek sebenarnya, apa mengenal ayah?" tanya pemuda itu dengan polos. "Nanti juga akan tahu siapa aku, sekarang kita pergi dari sini," ajak pria tua dengan jambang serta rambut serba putih. "Te-tetapi. Ayah bagaimana?" tanya pemuda. Tampak dia ingin mengebumikan jasad ayahnya untuk terakhir kalinya. "Nanti diurus oleh warga, sekarang kita harus cepat, di sini berbahaya," ajak lelaki itu setengah memaksa. "Tetapi aku ingin bersama ayah," ucap pemuda itu merengek tak ingin berpisah dengan ayahnya.&nbs
Baca selengkapnya
MENUJU GUNUNG KUBANG
"Satu purnama ke depan, Gusti Prabu." ucap Ketua Partai Telaga Emas. "Untuk keperluan yang tidak tersedia di Paladu akan dibantu oleh Sindang Nagara," ujar Pangeran Mahesa Maheswara. Pemuda itu tampak ramah, tidak seperti Pangeran lain yang terkesan sombong. Semua pada akhirnya setuju bahwa Paladu akan menjadi tuan rumah Sayembara yang dilaksanakan dua tahun sekali itu. Ini untuk pertama kalinya Paladu diberi mandat, setelah hampir seratus tahun Sindang Nagara menguasai Tanah Suci. Karena sepuluh tahun terakhir acara selalu dilaksanakan di Sindang Nagara yang notabene kerajaan paling besar di Tanah Suci. Sebenarnya ada empat kerajaan lain selain Paladu yang selalu mengikuti Sayembara. Namun daerah mereka kurang cocok dijadikan sebagai acara besar. Ditambah ada kerajaan yang sering terkena bencana. Selain itu ada dua belas Partai di Tanah Suci yang juga akan ikut dalam Sayembara tersebut. Tujuan diadakannya Sayembara ad
Baca selengkapnya
TOKOH GOLONGAN HITAM
Angga tampak tidak mengelak sedikit pun melalui serangan dari lawan yang datang. Angga baru sadar dari lamunannya ketika sudah ambruk ke tanah gembur. Hidungnya mengeluarkan darah, pertanda lawannya memiliki kedigdayaan tinggi. Seketika dadanya sesak, kepalanya berkunang dengan badan yang bergetar hebat. Angga berusaha untuk berdiri, disisa tenaga yang dimilikinya. Si Codet berusaha melihat siapa orang yang telah membuatnya terpental sangat jauh. Pemuda dengan luka codet itu melihat sosok tak dikenal sedang melawan Adhyaksa. Keduanya terlibat dalam pertarungan yang luar biasa sengit. "Oh iya, bukankah Adyaksa yang menemaniku ke Gunung Kubang?" tanya Angga kepada dirinya sendiri. PLAK!! Pemuda itu menampar dirinya sendiri berkali-kali, pertanda dia baru sadar. Meratapi apa yang dia lakukan, sehingga termenung begitu rupa. "Setan apa yang membuatku seperti ini?" tanya Angga kembali. Dia terus me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status