Semua Bab PENDEKAR MACAN KUMBANG: Bab 41 - Bab 50
98 Bab
ATURAN DIRUBAH
"Apa kau ingin derajat Partai Lembah Hijau karena tingkahmu itu?" tanya sosok yang memukul Angga. Dia ternyata Tuan Putri Lintang Ayu yang kesal dengan sikap Angga pada pertarungan. "Tenang saja, ini baru babak pertama," ucap Angga sambil berbisik. Namun pembicaraan mereka terhenti ketika ada orang yang datang. Seorang gadis berbaju hijau putih sudah berdiri di hadapan Angga dengan memberi isyarat untuk berjabat tangan. "Selamat, tanpa apa pun kau bisa menang," ucap sang gadis sambil tersenyum. Memunculkan lesung pipit yang dimilikinya membuat dirinya semakin menawan. Tuan Putri Lintang Ayu dibuat kesal dengan tingkah wanita yang datang tiba-tiba tersebut. Mulutnya monyong tanda tak suka jika wanita yang datang dekat dengan Angga. "Terima kasih Prana Sinta. Kau lebih hebat bisa menang dengan cepat," jawab Angga sambil menjabat tangan. Keduanya begitu akrab jelas membuat Putri Lintang Ayu semakin kesal dengan
Baca selengkapnya
KALAH
Hal itu membuat Angga harus menapak ke benteng yang mengelilingi arena. Jelas membuat pertarungan harus dihentikan oleh pembawa acara. Padahal Angga hanya menapak beberapa detik saja, hanya untuk menjadi tumpuan. Padahal jika Angga menggunakan ilmu Golok Dua Siluman untuk bertahan agar kembali ke arena. Benteng tersebut akan jebol dengan tekanan energi yang sangat tinggi. Hal itu jelas membuat Angga tampak kesal dengan situasi yang terjadi. "Gara Codet menyentuh benda di luar panggung, dinyatakan kalah. Pemenangnya adalah Saka Surya dari Srimanganti."Penonton tampak tidak puas dengan pertarungan tersebut, padahal sedang ramai-ramainya. Namun aturan sudah ditentukan oleh pembawa acara, bahwa peserta tidak boleh keluar arena. Itu berlaku untuk situasi apa pun, jelas membuat sial bagi Angga. Sama seperti Suma Braja yang tak sengaja harus keluar dari lapangan karena ulahnya sendiri. Karma sepertinya harus dialami oleh Angga, membuat Suma Braja tam
Baca selengkapnya
BADAK JONGKRANG
Pukulan itu sangat keras, saking kerasnya Perwira Bayu Buwana terlempar jauh. Tubuhnya menghantam sebuah atap gazebo sampai ambrol, membuat tempat itu hancur berantakan. Perwira Bayu Buwana hanya bisa mengeluh ketika tubuhnya terasa remuk. Seluruh sendiri seakan ngilu ketika digerakkan, dia hanya bisa meringis. “Perwira Bayu Buwana keluar dari arena pertarungan, pemenangnya Badak Jongkrang!” Mendengar ucapan tersebut, semua orang tampak berdiri. Tak menyangka jika Perwira Bayu Buwana bisa kalah dengan mudah. Padahal dia salah satu orang terkuat dari Kerajaan Paladu. Badak Jongkrang dengan tersenyum puas, kembali ke tempat duduknya setelah dinyatakan menang. Tampak jelas bahwa dia bukan orang sembarangan, dia tokoh dengan kedigdayaan tinggi. “Aku yang akan mengalahkan lelaki itu,” ucap Prana Sinta menatap dengan nanar lelaki yang baru turun dari podium. Tampak jelas ada dendam pribadi kepada
Baca selengkapnya
MEMPERMALUKAN PARTAI BUKIT MERAH
Mendengar pengumuman dari pembawa acara, keduanya sudah bersiap untuk bertarung. Keduanya sudah saling memberi hormat, kemudian langsung bertarung ketika lonceng dibunyikan. Pertarungan berjalan sangat sengit, keduanya ternyata memilik kemampuan di atas rata-rata. Sama seperti kakaknya, Saka Wulan memiliki kemampuan terbang yang hebat. Saka Wulan memiliki julukan sebagai Pendekar Burung Hantu Bulan dengan kemampuan bayangan yang luar biasa. Sedangkan lawannya, Nawangsih memiliki julukan sebagai Pendekar Lebah Madu. Gadis itu memiliki kemampuan menghadapi musuh menggunakan tusukan dari pedangnya. Kebetulan pertarungan tersebut menggunakan dua pedang, sehingga keduanya tampak berimbang dalam pertarungan. Ketika dua pedang membentuk pijar, membuat percikan api yang membuat mata berkedip. Nawangsih menggunakan jurus Pedang Lebah Mengejar Musuh untuk menghadapi Pendekar Burung Hantu Bulan. Sedangkan Saka Wulan melawan serangan lawan men
Baca selengkapnya
PEDANG DENDAM
Namun Boganata tampak terkejut ketika lawannya memberikannya pedang. Padahal dia sangat takut memainkan senjata tajam seperti pedang. Terlebih lagi Boganata takut akan darah dari senjata tajam, itu jelas membuat dirinya takut bukan main menghadapi Toh Raja. Ikut dalam sayembara bukan keinginan dirinya, namun karena dipaksa ayahnya. Ki Wiranata berharap jika Boganata akan menjadi penerus Ketua Partai Bukit Merah. Meskipun hal itu jauh dari harapan mengingat Boganata sangat penakut juga tak menyukai kekerasan. "Ayo hadapi aku! Kita lihat apa kau pantas menjadi ketua Partai Bukit Merah?" tanya Toh Raja sambil setengah mengejek. Lelaki itu memang sangat kesal dengan keputusan yang diambil oleh Ki Wiranata. Ketua Partai Bukit Merah yang ada di kursi tamu kehormatan tampak tidak tenang. Dia sadar jika anaknya takut dengan senjata tajam, dia mencari cara untuk menghentikan pertarungan. "Apa yang akan kau lakukan, Ki Wiranata?" ucap Ki Pra
Baca selengkapnya
KEKALAHAN PASCA LONCENG
Tubuh Boganata dilemparkan ke luar panggung, supaya ada orang yang menyelamatkan dirinya. Beruntung Adyaksa berhasil menangkap Boganata yang sudah tak sadarkan diri.Adyaksa berhasil menotok saluran darahnya agar tidak terus mengalir sehingga nyawanya bisa diselamatkan. Meskipun Boganata masih membutuhkan pertolongan agar lukanya tidak bertambah parah. Walaupun tangannya yang putus, jelas tak bisa disambung lagi. Ki Wiranata langsung mengangkat anaknya ke ruang perawatan tanpa peduli apa pun lagi. Tidak peduli jika Partai Bukit Merah dipermalukan oleh muridnya sendiri. "Tangkap ini, hentikan pemuda itu!" seru Adyaksa sambil melemparkan pedang milik Angga yang disimpan di ruang senjata. Angga langsung menangkap pedang tersebut, bersiap menghadapi lawannya yang sudah dikuasai amarah. Tanpa mencabut pedang tersebut dari warangkanya. "Pedang Tanpa Bayangan, kenapa kau bisa memilikinya?" tanya Toh Raja sambil mendengus. Lelaki it
Baca selengkapnya
BABAK KE 4
“Apakah Raden Danu Koswara memiliki dendam yang sama seperti Toh Raja?” tanya Angga dalam hatinya. Apalagi ketika melihat bagan pertandingan jika lawan berikutnya yang dihadapi Putra Juragan Koswara itu adalah dirinya. Pertarungan lain ada juga yang berhasil lolos meskipun mulai dari awal babak pertama. Mereka adalah Suma Braja yang kalah oleh Angga dan Walang Sangga yang kalah oleh Prana Sinta. Ada juga dua orang lain yang lolos, yaitu anggota lain dari Partai Telaga Emas yaitu Turangga Wesi. Juga ada seorang pendekar dari Kerajaan paling jauh yaitu Mahaka bernama Jantra Peking. Pertarungan berikutnya adalah babak ketiga, dimana delapan orang sudah menunggu. Namun aturan sedikit modifikasi dibandingkan dengan Sayembara berikutnya. Nantinya enam belas orang akan dibagi menjadi empat kelompok kecil. Dimana nantinya orang terakhir yang tersisa akan maju ke babak semifinal. Pembagian berdasarkan bagan dimana setiap kelo
Baca selengkapnya
RAYUAN BURUNG HANTU
"Saka Wulan dan Saka Surya itu temanku kecil di Srimanganti," jawab Angga sambil garuk-garuk kepala lagi. Jika terus dia lakukan, sebentar lagi pasti rambutnya akan rontok. "Apa kalian sedekat itu sampai bermesraan?" tanya Tuan Putri lagi. "Hal itu karena kami sangat akrab seperti adik sendiri. Lagipula mereka murid Paman Jati Luhur, tak mungkin membocorkan rahasia," ucap Angga dengan perasaan tak berdosa. "Apa katamu tadi? Jati Luhur punya murid?" ucap Tuan Putri tersentak tak percaya. "Itu sungguh tidak masuk akal,""Paman Jati Luhur juga guruku. Namun karena saling menyamar jadi sama-sama tidak tahu," ucap Sena menunjukan giginya yang kuning. "Jadi kalian semua membohongiku?" ucap Tuan Putri tampak kesal. "Tentu tidak, bukankah dirimu yang menyuruh menyamar. Berarti Tuan Putri yang membohongi Paman Jati Luhur.""Jadi maksudmu aku berbohong begitu?"Angga hanya mengangguk tanda mengiyakan. "Apa yang a
Baca selengkapnya
MASUKNYA PARTAI TERLARANG
 Jika ketahuan oleh Jati Luhur, maka dia akan pasti akan digantung secara terbalik. Hal itu pernah dia alami ketika masih di Srimanganti karena berduaan dengan gadis yang kini di kamarnya itu. "Aku tahu palingan dirimu yang digantung," ucap perempuan itu tidak tampak bersalah. "Lebih dari itu, jika aku ketahuan bersamamu. Maka kau akan digantung oleh Tuan Putri. Juga aku akan dihukum pancung akibat ketahuan bahwa aku Angga Saksana," ucap Angga. "Terus harus bagaimana?" ucap perempuan itu mulai khawatir jika Angga sedang menyamar. "Nanti malam kau harus segera pergi dari sini!" "Baiklah, tetapi sekarang temani aku temani kamu dulu," ucap perempuan itu tanpa merasa berdosa. "Terserah dirimu saja," ucap Angga tampak kesal. Pemuda itu tahu persis bagaimana si perempuan, bebal tidak bisa diajak kompromi. Keduanya pada akhirnya tidur di dipan berduaan, jelas membuat semua orang pasti berfikir yang tidak-tida
Baca selengkapnya
SEBUAH SYARAT
Mendengar ucapan dari Ketua Partai Telaga Emas, Adyaksa diam sesaat. Dia percaya jika Angga Saksana tidak mungkin melakukan hal tersebut. Justru orang dalam di Paladu yang kini berpotensi berkhianat seperti dilakukan para perwira. "Bukan, tetapi lelaki perwakilan dari Partai Pesisir Putih dan Partai Gunung Kelabu. Keduanya tidak pernah terdengar dalam keanggotaan dua partai tersebut," ucap Adyaksa. Keduanya seperti sengaja menyamar menjadi anggota kedua partai untuk menyusup ke Paladu. Kekuatan mereka juga perlu diwaspadai mengingat mereka bukan orang sembarangan. "Ini tidak masuk akal, apa motif sebenarnya?" keluh Sang Ketua Partai sambil meremas tangan. "Baiklah, kau tetap selidiki mereka sekaligus waspada. Siapa tahu jika orang yang membunuh Turangga Wesi salah satu dari mereka,""Baik, Ketua!" seru Adyaksa sambil pamit meninggalkan penginapan peserta Sayembara. ***Sayembara babak keempat akan segera dim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status