All Chapters of Moonlight Kiss: Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
BAB 41 : KEKACAUAN
Brengsek, adegan pembunuhan itu terlalu kuat terpatri di dalam otakku, bahkan aroma kopi sudah tidak mampu mengalihkan pikiranku meskipun hanya sejenak. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghentikan pikiran? Aku menyesal sudah menekan tombol play pada ponsel Doni. Pembunuhan itu sangat biadab. “Hati-hati. Kopinya masih panas,” teriak Doni ketika aku menengguk kopi dengan cepat. “Panas..Panas…Eh monyong panas..Panas..!” Kopi panas tersembur dari mulutku. Doni berusaha menyentuh tanganku. Ia berniat menyadarkanku. Masalahnya garis koordinasi antara pikiran dan otot-otot tubuh tidak akan sejalan ketika latahku kambuh. Bukannya menjadi tenang, otot dan otakku justru semakin tidak terkendali. Dalam refleks cepat tidak terkendali, tanpa sengaja kuayun tangan yang masih memegang cangkir. Gerakanku sangat cepat. Untung saja tangan Doni segera menjauh dengan wajah memerah dan panik. Namun cangkir yang melayang segera pecah berkeping-keping
Read more
BAB 42 : ORANG MENCURIGAKAN
Doni menyeruput kopi miliknya, ransel hitam yang ia jaga, kini ia letakkan di atas pangkuannya, sedangkan aku hanya dapat menatap sandwich keju yang telah ditaruh oleh Doni tepat di hadapanku.Selera makanku sudah hilang.Jujur saja, segala gerak-geriknya untuk menjaga ransel itu dengan sangat hati-hati membuatku ingin bertanya perihal isi dari ransel itu. Sepertinya Doni menyadari arah tatapanku, sebab Doni tampak menggeser ransel di pangkuannya dengan tidak nyaman.“Maafkan aku ya, Pak. Semoga cipratan kopi panas itu tidak ada yang mengenaimu” ucapku tulus. “Tadi aku benar-benar tidak sengaja. Aku..”Doni menggeleng, lalu dengan cepat ia berkata, “Tidak, Bu! Bu Sophie tidak salah. Lagi pula orang waras mana yang bisa tetap bersikap tenang setelah melihat penyiksaan dan pembunuhan tadi?”Sebuah pernyataan yang tepat sasaran. Menenangkan dengan ucapan yang miris.Aku hanya dapat menatap lantai dal
Read more
BAB 43 : MAFIA
Si pemimpin para korban pencemaran Orin menatapku cemas. Ia masih ragu.“Minimal,” ujarku kini dengan suara lirih. “Tuntaskanlah apa yang ingin anda sampaikan hingga membuatku harus datang ke tempat ini. Anda bisa bicara pelan sehingga mereka tidak bisa mendengar kita.”Melihat keyakinanku, Doni yang sebelumnya tampak ragu mulai mengangguk. Sebutir keyakinanku tampaknya bisa mempengaruhinya.“Baiklah,” ujarnya dalam suara pelan.“Ceritalah. Tapi..” Aku berusaha menahannya ketika Shandi, pelayan berwajah oriental bak  artis K-Pop menghampiri kami. Ia membawa dua cangkir kopi.Sambil tersenyum Shandi berkata, “Permisi, Kak, ini kopinya kami ganti. Kakak tidak usah bayar lagi. Hanya..” Ia tersenyum. “Cangkir tadi saja yang diganti.” Shandi tampak membawa nampan kecil berisi buku tagihan, padahal aku belum memintanya. Mungkin ini kebijakan kedai kopi, memberikan bill
Read more
BAB 44 : SUMMON +
Doni serta-merta bangkit dari kursi dan merenggut pergelangan tanganku.“Copot...Copot...Copot,” latahku kembali. Di saat-saat yang paling memalukan.“Maafkan aku, Bu. Tapi kita harus pergi! Secepat mungkin!”Tidak kuasa menahan tenaga Doni yang menarikku, akhirnya aku hanya dapat berdiri sambil terus berbicara, mengatakan sesuatu yang tidak bisa kukendalikan. Cengkraman tangan si laki-laki brewok begitu kuat. Sangat keras dan dipenuhi ketakutan. Doni membawaku, atau lebih tepatnya tergesa-gesa menyeretku, melewati halaman depan cafe.“Pak Doni, kita mau ke mana?” kugerakkan tanganku, berupaya melepaskan cengkraman.“Kabur, Bu!” Tanpa menoleh ia menjawab.“Iya ke mana,” sekuat tenaga kutahan Doni.Ketika Doni merasakan bahwa tubuhku menolak untuk mengikuti keinginannya, pria itu berbalik menghadapku. “Yang penting kita harus melarikan diri, Bu! Ke mana pun!”
Read more
BAB 45 : KATYUSHA
Doni membalikkan tubuh. Dia betul-betul mencari mobil land cruiser hitam tadi. “Mereka pasti mengikuti kita.Aku menggeleng. Dari sudut spion aku tidak melihat mobil itu lagi. Walaupun ada beberapa land cruiser hitam bertebaran, aku masih hafal nomor platnya dan mobil tadi tidak ada di belakang. “Tidak, Pak. Mereka tidak mengikuti kita!”“Kau harus percaya kepadaku!”“Tapi mereka tidak mengikuti kita!” sahutku jengkel.“Mereka pasti mengikuti kita!”Belum pernah aku mendengar ketakutan sebesar ini dari sesorang. Untuk membantu meredakan ketegangan pria berpenampilan kuyu ini, aku beralih menggunakan ponsel agar mengaktifkan mode autopilot. Kuketik tujuan ‘Firma hukum ayah’ sebagai destinasi utama yang harus dituju si mobil. Sebagai respon, auto voice tesla menjawab dalam bahasa yang kurang lebih berarti siap laksanakan. Nikm
Read more
BAB 46 : RYOUKAI!
Brengsek, Apa yang harus kulakukan? Otakku berpacu mencari cara untuk mengaktifkan serta merebut kembali kendali mobil teslaku. Mobil tesla kesayanganku diretas orang. Gila. Mereka benar benar biadab. Pada kondisi sedemikian genting,  Kedua motor yang dikendarai pria berhelm dan pakaian serba hitam masih terus mengimpit di kedua sisi mobilku. Sedangkan tepat disebelahku kepanikan Doni sangat tidak membantu. Rasanya aku ingin memukul pria ini agar diam, karena ia terus-menerus berteriak sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan dalam posisi membungkuk dan memeluk ransel miliknya. Memori otakku tiba-tiba mengingat sosok seseorang yang dapat menolongku. Kevin, dia dapat menyelamatkanku. Kevin adalah rekan Megan, pemilik club X7 yang kudatangi sebelumnya. Pria gondrong yang selalu berdandan nyentrik ala visual kei. Dandanan para penggemar J-Rocks. Dengan cepat aku mencari nomor Kevin dalam kontak ponse
Read more
BAB 47 : BASEMENT TERBENGKALAI
Untuk kesekian kalinya aku memeriksa kaca spion dan mendapati bahwa motor RX King kembali mengejar kami dari arah belakang. Namun kali ini ia tidak mendekat. Dari gerak-geriknya, pengemudi motor itu tampak menjaga jarak dengan kami. Ia tahu bahwa aku sama sekali tidak dapat mengendalikan laju mobil.Sedangkan dari sudut mataku, tubuh Doni terlihat bergetar. Wajahnya pucat pasi. Kedua tangannya semakin erat memeluk ransel hitam di pangkuannya.Segera aku mengetikkan pesan pada sang peretas.(Чего ты хочешь от меня? [Chego ty khochesh' ot menya? – Apa yang kau mau dariku?]) tanyaku kembali. Tidak lama berselang, muncul sebuah pesan baru dari peretas yang menggunakan ID Dkrmln00.(что-то, что ты украл у нас. [Chto-to, chto ty ukral u nas. – Sesuatu yang kau curi dari kami.]) aku terperangah menilik pesan dari peretas kami. Pandanganku otomatis tertuju pada Doni.(у нас нет ничего, что вы хотите. [U nas net nichego, ch
Read more
BAB 48 : GOOD LUCK MY WAY
Di antara tembok itu lampu motor memantulkan siluet dua orang manusia. Dua orang laki-laki yang kalau kuperhatikan baik-baik dari temaram lampu motor adalah laki-laki berambut pirang dengan tubuh tinggi menjulang. Aku dapat melihat salah satu pria berambut pirang tengah menghisap cerutu di tangan kirinya, asap putih terlihat mengepul di udara. Dia berdiri tegak di hadapan sebuah mobil sport hitam berbentuk khas sedan lamborghini. Tangan kanan pria itu memegang sebuah senapan AK47 yang dihamparkan seperti sedang memegang pedang katana para samurai. Di sampingnya tampak seorang pria Caucasian lain yang berkacamata bening berbingkai emas dan berjanggut sedang duduk di hadapan sebuah laptop dengan nyala terang. Ia terlihat sangat serius. Seperti seorang peretas yang sedang berperang. Aku rasa, merekalah biangkerok peretasan teslaku. Orang yang sedang Kevin lawan dari jauh. Mobil hampir berhenti sempurna bersamaan dengan kedua pengemudi motor yang mengikuti kami m
Read more
BAB 49 : SHIMATTA, MADA IKITAI!
Mobil teslaku melaju semakin cepat, suara tembakan, musik L’Arc en Ciel, serta deru motor bertalu-talu mengejar kami membuat dadaku berdebar. Aku masih dapat mendengar mulut Doni yang berkomat-kamit merapalkan doa-doa. Berada di ambang kematian membuat keringatku terus bercucuran, pori-pori kulitku mati rasa, padahal pendingin mobil berada di posisi maksimal.Satu tembakan terdengar menghantam bagian belakang mobil.“Mooonyoooooooong! Ditembak monyong! Mati aku!” Aku dan Doni menjerit secara bersamaan, tapi tentu saja hanya aku yang mengumpat. Sedangkan Doni langsung meringkuk di balik jok kursi. Kutarik napas dalam-dalam sambil menggigit lidah, berusaha mengendalikan latahku sekeras mungkin. Hingga cairan hangat sedikit mengalir dan menimbulkan efek rasa tembaga di mulutku.Aku tahu itu adalah darahku. Lidahku terluka. Sambil memejamkan mata dan menghitung mundur, aku berusaha menenangkan diri, meskipun pandanganku selalu teralihkan oleh setir
Read more
BAB 50 : KILL ME
Tembakan pengejar kami yang memecahkan kaca belakang teslaku rupanya tidak menarik perhatian para pengguna jalan Cawang. Mungkin karena suaranya yang sangat mirip dengan ledakan ban pecah membuat mereka tampak terbiasa dengan kejadian ini. Tapi menguapnya pertanyaan yang kuajukan pada Doni bukanlah hal yang dapat kutolerir. Aku tahu dengan pasti bahwa Doni dapat mendengar pertanyaanku, namun ketakutan besar yang tersirat dalam sorot matanya membuat jawaban yang kunantikan tertelan di dalam mulutnya. Alih-alih menjawab, Doni malah berkata sambil melirik panik ke sisi kanan tempatku berada, “Bu Sophie, mereka akan membunuh kita.” Bukan. Doni bukan tengah memperhatikanku. Dia menatap lurus melewatiku, tepatnya menuju arah kaca spion. Aku mengikuti arah pandangannya. Dari spion, kami dapat melihat mobil hitam sport buatan Italia tadi mengejar. Pada saat yang sama keringat dingin menetes ke pelupuk mataku. Segala rentetan kejadian ini betul-betul membuat hormon adrenalin
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status