Share

BAB 41 : KEKACAUAN

Brengsek, adegan pembunuhan itu terlalu kuat terpatri di dalam otakku, bahkan aroma kopi sudah tidak mampu mengalihkan pikiranku meskipun hanya sejenak. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghentikan pikiran? Aku menyesal sudah menekan tombol play pada ponsel Doni. Pembunuhan itu sangat biadab.

“Hati-hati. Kopinya masih panas,” teriak Doni ketika aku menengguk kopi dengan cepat.

Panas..Panas…Eh monyong panas..Panas..!” Kopi panas tersembur dari mulutku.

Doni berusaha menyentuh tanganku. Ia berniat menyadarkanku. Masalahnya garis koordinasi antara pikiran dan otot-otot tubuh tidak akan sejalan ketika latahku kambuh. Bukannya menjadi tenang, otot dan otakku justru semakin tidak terkendali. Dalam refleks cepat tidak terkendali, tanpa sengaja kuayun tangan yang masih memegang cangkir.

Gerakanku sangat cepat. Untung saja tangan Doni segera menjauh dengan wajah memerah dan panik. Namun cangkir yang melayang segera pecah berkeping-keping

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status