All Chapters of Gadis Binalku!: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
21 | Through the Secret
"Lo masih mau di sini?"Tanya Daffin ketika malam ini Serena keluar dari kamar mandi masih dengan mengenakan hoodie miliknya yang berwarna biru navy. Tak sedikit pun menunjukan tanda-tanda ingin pergi dari kamar kostan milik Daffin.Tapi Serena tak menanggapi hanya melirik pada Daffin yang berada di depan komputer sekilas. Ia lebih memilih untuk fokus mengeringkan rambut panjangnya yang basah dengan handuk."Ck, lo enggak punya hair dryer apa?" Tanya Serena agak sebal karena tangannya mulai lelah mengusap kepala dengan handuk agar rambutnya kering."Rambut gue enggak sepanjang itu sampai butuh pengering rambut." Daffin menyentuh helai rambutnya sendiri yang sudah hampir kering padahal laki-laki itu juga membasahi rambut saat mandi tadi."Okay, besok gue beli satu buat ditaruh di sini."Daffin hanya melengos pelan terlalu malas untuk mendebat hal remeh seperti ini.Akhirnya Serena menyerah. Tangannya sudah pegal dan rambutnya
Read more
22 | Now, We Know
Mendengar istilah incest langsung membuat hati Serena terasa mencelos seketika. Dadanya terasa sesak. Walaupun tidak sepenuhnya benar, kata itu entah kenapa terdengar sangat menjijikan di telinganya. Tapi sudah terlanjur terucap, Serena berusaha kembali mengais keberaniannya untuk bercerita.“Gue boleh tanya?”Serena menatap pada Bianca sesaat sebelum mengangguk pelan.“Sejak kapan?”“Entah sejak kapan. Tapi gue udah bareng Galendra dari kecil. Ya semuanya berjalan gitu aja, until we realized that we—” Serena melanjutkan dengan suara pelan. “—Loved each other.”Sarah mengulum bibirnya kuat-kuat, dia terlalu bingung hingga sulit sekali kepalanya untuk menyusun kata-kata.Di mata Sarah dan Bianca, dua kakak beradik itu hanya terlihat sebagai kakak-adik biasa yang saling menyayangi. Ternyata rasa itu bukan sekedar rasa sayang untuk saudara. Bahkan Serena terang-terangan menggoda banyak laki-laki. Jadi bagaimana bisa?“Jadi ini alasan selama ini lo enggak pernah mau punya pacar.” Sarah me
Read more
23 | Lilac Then White
Serena sadar bahwa ia harus bicara dengan Galendra secepatnya. Sayangnya Serena masih belum bisa mempercayai dirinya sendiri. Masalah terbesarnya adalah Galendra yang sama sekali tak merubah pandangannya pada Serena. Sebenarnya kenapa? Kenapa Serena harus terlibat dengan masalah perasaan tak berujung begini? Memang seharusnya ia tidak usah memulai sejak awal. “Woy! Capek banget gue ngomong lo-nya malah bengong.” Daffin membanting pelan kertas di gengganan tangannya. Serena agak mengerjap kaget kemudian melengos pelan. “Berarti penjelasan lo yang terlalu membosankan.” “Yaudah lo kerjain aja sendiri!” Sudah seperti kutukan baginya, Serena memang tidak pernah berhasil mengerjakan proyek bersama karena pendapat yang selalu berbeda. Musyawarahnya tak pernah bisa mencapai kata mufakat. Begitu juga dengan tugas kelompok kali ini walaupun partnernya adalah Daffin. “Yaudah enggak usah ngumpul.” Saran Serena kemudian. Paling benar harusnya ia tidak usah mengambil kelasnya Galendra, mengulan
Read more
24 | Distraction
Biasanya setiap orang itu selalu menantikan kebersamaan dalam keluarga. Tanpa terkecuali mereka yang juga mempunyai tittle broken home. Tapi sejak beranjak remaja dan mengerti tentang banyak hal, Serena tak lagi mendambakan sebuah kebahagiaan dalam keluarga meskipun hubungan antara ayah dan ibunya baik-baik saja. Hubungan Serena dengan orang tuanya juga tak bermasalah. Sebagai salah satu keluarga konglomerat, keluarga Wijaya terkenal sebagai keluarga yang harmonis bersih tanpa skandal apa pun—setidaknya terlihat begitu dari luar. Serena mencemooh diri sendiri dalam hati. Bisa-bisanya ia melangkahkan kakinya sendiri menuju acara makan malam keluarganya kali ini. Alasan terbesarnya adalah karena tidak mau terlibat adegan seret-menyeret antara ibu dan anak. Tapi ketika melihat sosok pasangan yang baru menikah beberapa waktu lalu di seberang sana, Serena merasa adegan seret menyeret akan jauh lebih baik. Pandangan Serena tak sengaja bertubrukan dengan Cath. Gadis itu langsung memutar kep
Read more
25 | Convo?
Suhu udara yang rendah di pagi hari ditambah dengan hembusan angin dingin dari air conditioner membuat wanita di dalam pelukan Daffin itu mengetatkan tubuh tidak nyaman. Jari-jari Daffin yang sedang mengelus lembut surai gadis itu berpindah sejenak untuk menaikan selimut mereka hingga menutup bahu polos Serena yang sedikit terekspos. Jejak-jejak merah yang tercetak jelas di sana membuat Daffin tersenyum tipis. Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini Daffin sulit sekali mengendalikan dirinya jika sudah berhadapan dengan Serena. Tingkah laku gadis itu yang dulu ia anggap menyebalkan, sekarang justru ingin ia lihat setiap hari, tidak, bahkan setiap detik. Serena itu misteri. Ia bisa dengan mudah memanipulasi lawan bicaranya tanpa sadar. Menyembunyikan suatu hal dengan sangat natural. Beberapa kali Daffin menyadari hal tersebut, tentu saja. Tapi untuk sekarang, Daffin merasa memang belum waktunya untuk bertanya. Jika dipaksa, Daffin yakin gadis itu akan mengalihkan seperti yang sudah-sudah.
Read more
26 | Love-Hate with Brian
Beberapa tahun lalu... Tidak seperti kebanyakan anak kelas 12 lainnya yang sibuk mengurus ini dan itu, Serena cukup santai. Sudah hampir satu minggu ini kegiatan rutin setiap harinya selalu sama. Yaitu duduk nyaman di depan komputer sambil menonton beberapa drama Korea yang direkomendasikan oleh Bianca, temannya. Peralihan dari fase remaja ke dewasa. Sesuatu yang sangat dinanti boleh semua remaja, termasuk Serena. Bahkan untuk saat ini, ia sudah sangat tidak sabar meski hanya dengan memikirkan tentang kehidupan kampus.Pintu kamarnya terketuk dua kali kemudian terbuka. Kepala Galendra menyembul dari sana lengkap dengan senyum terindah yang selalu Serena ingin lihat. “Lagi apa?” Sapa Galendra sebelum melangkah masuk.Serena tak beralih dari komputernya. “Lagi nonton aja. Kenapa?”Galendra memperhatikan sekilas tampilan monitor Serena lalu menjejakan bokongnya pada ranjang empuk Serena.“Enggak apa-apa cuma pengen lihat kamu aja.”“Oh, ya? Bukan karena ada udang di balik bakwan?”“Ud
Read more
27 | I Loved You
Beberapa tahun lalu... Coba beritahu Serena manusia mana di muka bumi ini yang menyukai kuis dadakan. Bisa Serena jamin tidak akan ada mahasiswa normal yang bahagia ketika mendapat kuis dadakan. Apalagi close book, itu seperti simulasi kiamat kecil. Tapi kenapa dosen-dosen suka sekali membuat kuis dadakan? Tidak kah mereka tahu kuis dadakan itu tidak seenak tahu bulat yang di goreng dadakan?“Itu buat ngetes aja, Serena. Dosen juga pengen tahu mahasiswanya ini benar-benar paham atau enggak.” Galendra yang sejak lima belas menit yang lalu setia mendengarkan keluhan Serena yang baru selesai mendapat kuis dadakan akhirnya bersuara.“Yakan bisa ditanya aja, paham atau enggak, gitu. Simple, enggak perlu pakai acara buat kuis dadakan. Semua jadi bahagia kan, enggak menumpuk dosa karena ngumpat dalam hati.” Kata Serena menggebu.Galendra tertawa mendengar kalimat terakhir Serena. Sekarang ini mereka sedang berada di ruangan Galendra. Serena memang sering mampir ke ruangannya saat ada waktu
Read more
28 | Fucked Up (18+)
Malam menyapa dengan tenangnya, berbeda 180 derajat dengan suasana hati Serena. Obrolannya dengan Galendra tadi siang tidak menyelesaikan apa pun, justru menambah beban pikiran. Ah, belum lagi perihal kehamilan Cath. Serena yakin orang tuanya saat ini sedang berbahagia. Serena juga tidak berharap hubungannya dengan Galendra bisa kembali seperti semula karena ia tahu itu mustahil. Tapi rasa yang pernah ada itu ... cukup mengganggu. Ditambah dengan gelagat Galendra yang sepertinya masih belum ingin menyerah. Sedangkan Serena bahkan sudah tidak sanggup lagi berharap sejak lama, hanya saja seperti yang pernah ia katakan sebelumnya. Semua itu butuh waktu untuk bisa kembali ke tempatnya semua. Gadis cantik dengan kemeja crop top lengan pendek dan rok pendek levis itu melangkahkan kakinya keluar dari Black Smuggles. Ia tidak sampai mabuk, tadi hanya sempat minum beberapa teguk sebelum moodnya makin jatuh karena Daffin yang tidak menggubris panggilan teleponnya. Akhirnya Serena memutuskan un
Read more
29 | Another Fucked Up
Melebihi kecepatan cahaya, Daffin dan Serena langsung bangkit dari posisi masing-masing. Daffin dengan sigap menarik selimut untuk menutup tubuh Serena. Ia mengernyit menatap Brian yang melongo di sana dengan umpatan di ujung lidah. Tapi mengingat Daffin sendiri yang tadi meminta Brian untuk datang ke kosannya, Daffin harus mau tak mau menelan bulat-bulat semua kata-kata kasarnya. Ia hanya bisa memungut kaos malangnya lalu berjongkok sejenak untuk mengambil kacamatanya yang berada di kolong meja.Tapi saat ini Brian serius terkejut bukan main, meski pun ia tahu Daffin bukan tipe anak mami yang polos seperti kerudung anak sekolahan. Brian tahu tentang masa lalu Daffin, makanya selama ini ia kira Daffin memiliki semacam trauma terhadap perempuan.“Mau apa lo ke sini, Njing!?” Sergah Serena dengan emosi.“Lo tanya aja sama cowok lo itu. Dia yang nyuruh gue ke kosannya!” Balas Brian sewot masih dengan mata melotot. “Malah mata gue yang ternodai, Kambing emang. Poor my eyes. Lebih enak kel
Read more
30 | Needs and His Mom
Demi JavaScript¹ yang ribetnya kayak cewek PMS, Bianca benar-benar benci jika harus ke kamar mandi tengah malam begini. Ralat, ini sudah subuh sebenarnya. Tapi kan ia baru tertidur pukul satu dini hari, jadi pokoknya ia masih ingin menyelami mimpinya untuk melupakan segala macam tetek bengek per-skripsian. Jujur Bianca takut dirinya kena Stress Disorder karena skripsi. Meski pun sudah di bantu oleh Serena dan bahkan Brian si pemegang predikat cumlaude tetap saja Bianca ingin menangis. Keluar dari toilet, Bianca langsung melompat kaget karena mendapati Brian yang sudah duduk manis di ranjangnya. Saat membantunya mengolah data tadi malam, laki-laki itu pamit untuk ke tempat Daffin. “SAHA MANEH TEH? JURIG NYAK!?” Bianca menunjuk Brian waspada. Brian menipiskan bibir, sebenarnya kenapa ia bisa begitu menyukai perempuan random menyerempet gila macam Bianca ini. “Kenapa sih, Bi? Ngigo?” Brian menanggapinya lelah. Bianca menyentuh wajah Brian dengan jarinya lalu berubah menjadi tarikan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status