All Chapters of Cinta Istri Muda: Chapter 51 - Chapter 60
63 Chapters
51. Meraba Fakta
Herlin bingung. Ia langsung mencari Komang di rumah Aco. Menceritakan tindakan Jannah yang mengambil paksa San dari dirinya. Tentu saja, Komang langsung emosi."Kenapa kamu kasih?" semprot Komang."Si Jannah maksa, Om. Coba Om cerita sama aku. Dia anak dari mana? Anaknya juga pinter banget melawan." Begitu yang Herlin ceritakan.Komang yang bersiap hendak berangkat ke kota bersama Salman dan Aco lagi, langsung membatalkan rencana hari itu. Dia bersama rekan-rekannya, termasuk Herlin, langsung mendatangi rumah Jannah, untuk mengambil kembali San dari perempuan asli Jawa Timur itu. Di rumah Jannah, San barulah mau dikasih makan, dimandikan, dan dipakaian baju. Jannah membelikan pakaian anak laki-laki di sebuah mobil penjual pakaian yang lewat di depan rumahnya."Terima kasih, Tante," ucap San, ketika Jannah membantunya memakai baju seusai mandi."Anak pinter," puji Jannah. Dia juga tidak menyangka, anak sekecil ini sudah tahu car
Read more
52. Sandiwara Gagal
Hari itu juga, Adrian dan Syahlana pulang ke rumah keluarga Sudiro. Zivara meminta mereka pura-pura tidak tahu soal hilangnya San. Sambil melihat situasi, bagaimana reaksi Aisha."Aku nyangka, kalian pulang secepat ini," sambut Aisha.Syahlana memang bisa tidak membahas hilangnya San sekarang. Namun kekhawatirannya sudah melebar, dan mulai memikirkan Aurora. "Mana Aurora?""Dia ada di kamarnya," jawab Aisha.Syahlana segera pergi ke kamar Aurora.Sedangkan Adrian, sunggung ingin melabrak Aisha dengan semua kelakuannya itu."Oh ya, Mas. San menginap di rumah Zivara," kata Aisha."Iya. Aku sudah tahu," sahut Adrian dingin.Walau Aisha belum mengetahui apa yang sudah diketahui suami dan istri keduanya itu, ia merasa sikap mereka berdua cukup aneh. Aurora begitu senang ketika melihat Syahlana datang. "Maman!" Anak itu menghambur dalam pelukan ibunya."Aurora, mau ikut Maman tinggal di rumah Tante Zi?" ta
Read more
53. Kematian Rosana yang Mencurigakan
Senja itu, Rosana ditemukan tidak sadarkan diri, dengan mulut berbusa. Tergeletak tidak beraturan di lantai yang dingin. Itulah sebabnya, saat Adrian mengetuk pintu, Rosana tidak menjawab sama sekali.Segera saja, Adrian menggendong tubuh mamanya, membawanya ke mobil. Syahlana berusaha lebih tenang, dan mengikuti Adrian. Dari ujung tangga atas, di lantai dua, Aisha tersenyum menyaksikan semua itu. Mungkin tidak akan ada lagi yang bisa menjadi pionnya untuk memuluskan semua rencananya, tapi, ini lebih baik, daripada dirinya yang harus pusing mengarang alasan untuk membantah semua tuduhan yang mengarah pada dirinya, tentang hilangnya San. "Mas, biar aku aja yang nyetir. Kamu temenin Mama di jok tengah." Syahlana ambil alih kemudi. Ia tahu, Adrian panik. Ia tidak ingin sang suami menyetir dengan pikiran kacau. Adrian setuju.Adrian memangku kepala mamanya.Beruntung, Syahlana tahu beberapa jalan pintas tercepat menuju ke ru
Read more
54. Akhirnya San Tersenyum
Masih banyak orang yang datang melayat ke rumah keluarga Sudiro. Dari tetangga, bahkan teman-teman almarhumah, yang pernah aktif sebagai sosialita dan istri seorang pengusaha sukses. Para staff dan karyawan di perusahaan juga semuanya datang melayat.Syahlana mengundang perkumpulan majelis ta'lim untuk menggelar tahlilan selama tujuh hari. Tradisi di sini, tidak sama dengan saat Jamal meninggal. Apalagi, selain meninggalnya Rosana, masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Syahlana ingin segera menemukan San, juga menemukan penyebab sebenarnya kematian Rosana ini. Aisha menyambut para pelayat. Ketika ditanya kenapa Rosana meninggal, dirinya hanya mengatakan, "Mama sudah lama sakit." Jika ada yang bertanya, apa penyakitnya, wanita itu menjawab, "Mama pernah jatuh dari tangga. Sempat menjalani operasi bedah toraks dan kardiovaskular. Mungkin efek sampingnya."Sungguh munafik! Syahlana mengumpatnya dalam hati. Ia tidak habis pikir, kenapa Aisha jad
Read more
55. Jalan-Jalan ke Prapat Tunggal
Malam tiba.   Mereka semua menginap di rumah pamannya Naing yang juga seorang Andi. Sepertinya anak-anak sudah capek bermain, sehingga mereka bisa tidur lebih cepat setelah makan malam. Jannah membantu Mamak Zainab dan putrinya Fira menyiapkan kopi dan teh untuk disuguhkan pada para pria yang sedang mengobrol di ruang tamu. "Memang, si Komang itu kapan coba mau tobatnya?" umpat Andi Fachri, pamannya Naing. "Memisahkan seorang anak dari orang tuanya, itu dosa besar. Apalagi menculik. Dia selalu kalau datang ke Marukangan, hanya untuk menghapus jejak kejahatannya." Lintang ikut kesal. "Kalau saya yang jadi orang tua anak itu, sudah saya parang kali itu Komang!" Lalu keluarlah Jannah, beserta Mamak Zainab dan Fira. Jannah menyajikan minuman. Memindahkan cangkir-cangkir dari nampan ke meja. Sedangkan Fira menyuguhkan gorengan singkong, juga secobek sambal gami sebagai cocolan. Sambal gami merupakan salah satu makanan khas masyarakat d
Read more
56. Bangkai yang Membusuk
Marukangan, Sandaran, Kutai Timur, Kalimantan Timur Sejak Komang ditangkap malam itu, Jannah tidak lantas membawa anak-anak kembali ke Marukangan. Untuk meringankan beban trauma pada mereka, Jannah memutuskan untuk membiarkan keduanya menikmati liburan di pantai ini. Bermain dan bersenang-senang.Tidak hanya bermain di pantai, Andi Fachri juga mengajak mereka bertandang ke rumah-rumah saudara di sekitar sana, guna menghibur mereka, terutama San. Anak itu dipertemukan dan dikenalkan dengan anak-anak lain yang rata-rata seumuran, dan membiarkan mereka bermain bersama.Hingga suatu malam, mereka bertandang ke sebuah rumah milik sepupunya Andi Fachri. Di rumah itu, jaringan telepon lumayan bagus. Jannah menerima pesan masuk pada handponenya yang bukan android. Dari Naing. Dalam pesannya itu, ia memberikan nomor handphone yang bisa menghubungkannya dengan orang di Jakarta, polisi yang menangani pencarian San, namanya Yahya. Jannah pun t
Read more
57. Kembali Bertemu
Cuaca di desa Marukangan sore ini tidak panas, juga tidak dingin. Terasa hangat. Banyak anak-anak bermain di lapangan, depan rumah Herlin. Wanita pemilik warung ayam lalapan itu duduk di emperan warungnya. Melihat anak-anak bermain layangan. Menarik ulur senar layangan. Ada juga yang berlarian mengejar layangannya yang putus.Kemudian, Herlin melihat, di tengah-tengah kerumunan anak-anak itu, ada San yang baru berhasil menaikkan layangannya ke udara. Dia begitu terampil menarik ulur layangannya yang berwarna merah. Ia tidak sendirian. Ada Faisal dan teman-teman lainnya. Semenjak Komang ditangkap, Jannah tidak lagi khawatir, dan bisa membiarkan San bebas main keluar rumah bersama anak-anak lainnya. "San!" Herlin memanggilnya.Melihat Herlin, San jadi ingat, pertama kali datang ke tempat ini, terbangun di rumahnya. Anak itu sepertinya merasa takut dan trauma. Ia memilih pindah tempat bermain di dekat rumah Jannah, tempatnya tinggal sekarang.
Read more
58. Aisha
Lagi, Aisha harus merasakan dinginnya di balik jeruji besi. Akibat perbuatannya yang tidak termaafkan. Sendirian, duduk di sudut ruangan. Menunggu keputusan hukum. Seberapa lama hendak mendekam di tempat ini.Kenangan lama kembali menari di ingatannya. Ketika dahulu Adrian masih hanya jadi suaminya seorang. Setiap hari mengucapkan kata cinta. Lebih jauh lagi, Aisha teringat saat dulu pertama kali kenal Adrian, lalu saling jatuh cinta, dan memutuskan pacaran, pada akhirnya menikah. Saat itu, Aisha masih tinggal di Bandung, di sebuah panti asuhan Mentari Bunda. Sebagai salah satu orang dewasa yang tinggal di panti asuhan sejak kecil, dan belum pernah diadopsi, Aisha memutuskan mengabdi di tempat itu. Nah, yayasan yang menaungi Mentari Bunda, adalah perusahaan keluarga Sudiro. Suatu hari, di panti asuhan sedang diadakan sebuah acara untuk memperigati 17 Agustus-an. Semua anak hingga yang remaja, bahkan yang dewasa mengikuti lomba. Balap
Read more
59. Menyambut Hari Bahagia
Setahun lalu, ketika prosesi Mammanu'-manu', yaitu ketika calon mempelai laki-laki akan mendatangi orang tua mempelai perempuan dan meminta izin untuk mempersunting gadis pujaannya. Dan ketika momen ini juga dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panai dan mahar, jika memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki.Kedua orang tua Jannah yang merupakan orang asli Jawa Timur, kurang paham dengan adat mereka. Maka, mereka meminta Pak RT yang juga keturunan Bugis, mewakili keluarga ini untuk mendampingi mereka menjalani prosesi tersebut. Acaranya cukup meriah. Dihadiri banyak tetangga mereka, kala itu.Pada acara ini pula, selain menentukan uang panai, kedua mempelai juga menjalani proses pertunangan. Nah, untuk pertunangannya ini, Ibunya Jannah meminta adat Jawa. Namun, karena terbatasnya pengetahuan orang Bugis mengenai lamaran atau pertunangan adat Jawa ini, maka dilaksanakan secara informal.Kala itu, Naing menyatakan
Read more
60. Kebahagiaan yang Dinanti
Rumah Keluarga Sudiro Di sana sudah ada Zivara, David, Gala, Lia, dan Juki, beserta beberapa guru sekolah dari TK Bunda Pertiwi, seperti Bu Zoya dan Bu Tia. Mereka sedang bersiap, hendak menyambut kepulangan San. Hari itu, David memasak menu yang spesial untuk sang jagoan cilik."Mereka udah sampai mana, Beb?" tanya David."Kak Lana tadi ngabarin, mereka sudah di jalan tol," jawab Zivara, yang sedang memeriksa ulang dekorasi di ruang tamu, bersama Zoya dan Tia.Lia dan Gala menata makanan di meja makan, dibantu Sumi. Sedangkan Juki ditugaskan mengupas kelapa, karena San sangat suka air kelapa muda. Zoya memasang balon-balon di dinding, dengan diikatkan pada sebuah kawat. Tia memasang gambar-gambar di dinding. Ada tokoh Captain America kesukaan San, juga Snow White kesukaan Aurora."Saya kangen lihat Rara dan San main bareng di sekolah," ungkap Tia."Ya. Aku juga," sambut Zoya. "Rasanya suda
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status