All Chapters of Cinta Istri Muda: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
11. Membiasakan Diri
Susai sholat subuh, Syahlana tidak lantas kembali tidur. Ia coba melakukan apa yang biasa mamanya lakukan saat pagi hari. Mengaji sebentar, lalu membuat sarapan. Ia memeriksa apa saja isi lemari es dan bahan makanan di dapur. Sumi melihat nyonya muda baru itu begitu sibuk di dapur. "Non, biar saya aja yang kerjakan." "Gak papa, Mbak. Kamu kerjakan yang lain aja," kata Syahlana. "Biasanya mereka sarapan jam berapa?" "Biasanya jam tujuh sudah pada siap, Non," jawab Sumi. "Karena Den Adrian berangkat ke kantro jam delapan." "Oh, oke." Karena tidak terlalu banyak bahan makanan yang bisa Syahlana temukan, ia berinisiatif memasak nasi goreng untuk sarapan keluarga ini. Dibantu Sumi.   Aroma lezat makanan sampai ke indera penciuman setiap orang di rumah ini. Rosana, Adrian, juga Aisha. Saat bangun, Adrian tidak melihat istri barunya di sisi. Sepertinya, seusai sholat subuh tadi, Syahlana tidak kembali ke kamar. Ia segera
Read more
12. Yang Terabaikan
Setelah menikah ini, memang, Syahlana masih aktif di restoran, seperti saat belum menikah. Ia baru menyadari hal ini, ketika mengobrol dengan Akasma lewat video call."Meskipun istri muda, bakti dan tugasnya sebagai istri tetep sama, Lana," kata Akasma."Iya, Ma. Lana akan atur, supaya dua-duanya berjalan dengan baik," jawab Syahlana."Gimana dengan program kehamilan?" tanya Akasma."Baik, Ma. Lancar." Seusai bicara di telepon, Syahlana berinisiatif menghubungi Zivara. Menyuruhnya datang ke restoran. Sang adik baru bisa datang setelah jam kuliahnya selesai."Ada apa sih, Kak?" tanya Zivara. "Gak biasanya nyuruh dateng.""Kakak mau minta bantuan kamu," jawab Zivara. "Ini penting.""Bantuan apa, Kak?" tanya Zivara lagi. "Kakak mulai ditindas?" Ia malah asal menebak."Duh, asal ngejeplak!" omel Syahlana. "Makanya dengerin dulu.""Iya, iya, kenapa sih emangnya?"Syahlana mulai menjelaskan
Read more
13. Hari-Hari Berlalu
Syahlana semakin mahir mengerjakan urusan rumah tangga. Belajar pada Aisha, Rosana, bahkan Sumi. Seperti pagi ini. Seusai sholat shubuh, ia tidak lantas kembali tidur. Ia menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, dan menjemurnya. Semua dikerjakan dengan dibantu Sumi. Masih ada waktu, ketika menunggu semua orang bangun. Syahlana berinisiatif membersihkan daun-daun yang mengambang di kolam renang, dengan gala dan jaring di ujungnya. Sebenarnya, Adrian juga tidak lanjut tidur. Diam-diam, ia memperhatikan apa yang dikerjakan istri mudanya. Sampai, ia melihat Syahlana begitu fokus membersihkan daun di kolam renang. Lalu ia berpura-pura baru bangun tidur. Mengendap-endap di belakangnya, dan... "Aku bantuin, ya!!" Suara Adrian yang mengejutkan, membuat Syahlana hilang fokus dan keseimbangan. Dirinya tercebur ke kolam renang.Adrian malah tertawa. "Sini, aku bantu naik."Iseng, Syahlana membalasnya, dengan menariknya hingga tercebur juga. "Rasain,
Read more
14. Berbanding Terbalik
Eliza mengomel. "Kamu tuh baiknya aja boleh kebangetan. Tapi bodoh jangan ikut kebangetan pula, lah!""Aku cuma gak mau jadi obat nyamuk saat mereka bulan madu, Za," kilah Aisha."Tapi kamu punya perasaan gak rela kan, membiarkan mereka pergi berdua sejauh itu, selama itu? Dua minggu, loh!" Eliza benar-benar jadi kompor dalam pikiran Aisha."Udah, ya, Za," kata Aisha, yang masih waras. "Aku gak mau lagi denger kamu ngerecokin rumah tangga kami. Keputusanku bulat. Aku gak akan ikut mereka." Tibalah saatnya Adrian dan Syahlana berangkat berbulan madu ke Singapura. Sumi dibantu Ujang memasukkan tas koper bawaan mereka ke bagasi mobil. Rosana dan Aisha sama-sama mengantar mereka ke mobil."Pokoknya, Mama akan menunggu kabar baiknya!" pesan Rosana.Mereka hanya tersenyum, tidak mengatakan apapun. Lalu, Adrian menghampiri Aisha. "Kamu baik-baik di rumah ya, Sayang."Aisha mengangguk. "Iya. Kalian juga bersenang-senanglah."
Read more
15. Tak Terhindarkan
Usai sudah, bulan madu Syahlana dan Adrian. Mereka berdua pulang ke Tanah Air. Rosana dan Akasma menyambut mereka di depan rumah keluarga Sudiro. Hanya Aisha yang menunggu di dalam rumah. Karena, yeah, seperti biasa, sikap Rosana yang ketus dan semakin ketus setiap harinya.Kedua ibu itu begitu bahagia ketika anak-anak mereka datang. Apalagi Syahlana yang sejak menikah sangat jarang bertemu dengan ibunya. Mereka berdua saling berpelukan.Lalu Rosana mengajak mereka semua masuk. Sementara itu, Sumi dan Ujang membantu membawakan dua tas koper dan satu koper tambahan yang katanya sih, berisi oleh-oleh."Sebenernya kalian mau lebih lama lagi bulan madunya, gak papa, loh," kata Rosana."Jangan, Ma. Nanti pekerjaan bisa terbengkalai," jawab Adrian."Ah, kamu, tuh... kerjaan melulu yang dipikir," keluh Rosana.Giliran Akasma yang bicara pada Syahlana. "Mama tuh tadinya mau sama Papa ke sini. Tapi papamu masih sibuk.""Gak papa, Ma. Kapan-kap
Read more
16. Cinta yang Nyata Milik Siapa?
Tidak lama kemudian, Syahlana siuman. Ia melihat semua orang mengelilinginya. Adrian, Akasma, Rosana, dan Zivara."Kak Lana siuman," kata Zivara."Sayang," panggil Adrian dengan lembut."Aku... k-kenapa?" tanya Syahlana yang masih lemah.Adrian tampak sedih, tapi juga berusaha tersenyum. "Kamu tadi sempat kritis. Tapi sudah gak papa. Dokter Susan bilang, kamu sudah baik-baik saja.""Anak... kita, gimana?" tanya Syahlana lagi."Dedek juga baik-baik aja," jawab Adrian.Syahlana tampak lega, dan terharu karena syukur. Air mata menetes ke pelipisnya."Kamu kenapa, Lana?" tanya Rosana. "Kalau ada yang mengganggu pikiran kamu, cerita sama Mama. Mama mau kok, denhgerin.""Aku gak papa kok, Ma," jawab Syahlana. Masih dengan lemah. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. Beberapa saat kemudian, seorang perawat mengimbau agar tidak semua orang menunggui pasien di dalam kamar. Ketika Adrian yang hendak m
Read more
17. Mengakhiri yang Dimulai
Syahlana mengalami rasa sakit yang luar biasa ketika harus mengeluarkan bayinya. Ia berteriak. Tubuhnya basah berkeringat. Adrian memegangi tangannya. Membiarkan sang istri meremas kuat-kuat. Dokter Susan dan timnya membantu proses tersebut. "Dorong lagi, Lana!" komando Dokter Susan. Syahlana berteriak, sembari mengejan, mau mengeluarkan bayinya. "Ayo, Sayang, lagi..." Adrian menyemangatinya.   Di luar ruangan, Akasma, ditemani Zivara, juga Rosana, menunggu hasil persalinan. Tidak lama, Aisha juga datang menyusul. Ia tahu kabar ini dari Eliza di rumah. Semuanya berharap dengan cemas. Sampai, terdengar suara tangis bayi memecah kecemasan mereka, mengganti dengan kebahagiaan.   Dokter Susan menggendong bayi yang tali pusatnya belum dipotong, ke hadapan Syahlana. "Bayinya laki-laki, Lana," katanya. "Biar dibersihin dulu yah." Ia menyerahkannya kepada suster.  Tiba-tiba, Syahlana kembali mengalami kon
Read more
18. Kabar Terkini Mereka yang Berpisah
Kehidupan seorang Syahlana berubah. Ia membawa bayi Hassan pergi ke Perancis. Di mana, di sana tidak akan ada orang yang bertanya, ke mana ayah si bayi.Di Paris, Perancis ini, Syahlana menempuh pendidikan kuliner. Ia mendalami pembuatan pasta dari berbagai negara di Eropa. Bahkan, selama beberapa tahun, ia menjalani kehidupan sebagai hijab traveller, keliling Eropa untuk mendalami ilmu kulinernya. Sambil membawa Hassan bayi. Menggendongnya di punggung sambil belajar membuat pasta. Jika memang ada yang bertanya, biasanya mereka sesama orang Asia. Syahlana hanya menjawab, jika ayah Hassan sibuk bekerja dan si kecil lebih baik ikut ibunya.Sampai Hassan berusia empat tahun, Syahlana membawanya pulang ke tanah air, karena sang anak akan segera bersekolah. Sesuai janjinya, ia tidak akan muncul lagi dalam kehidupan keluarga Sudiro, ia menitipkan Hassan kecil pada Zivara, yang sudah selesai kuliah, dan kini menempuh dunia kerja.Selain sibuk menjaga dan menge
Read more
19. Bersekolah
David itu memang keren, kadang-kadang. Tapi tidak jarang juga bertindak ceroboh. Seperti hari ini, demi bisa menonton acara memasak koki seleb kesukaannya, ia membawa smartphone-nya ke kamar mandi. Sambil berendam di bathup gitu. Sialnya apa? Suara dering panggilan masuk mengejutkannya. Apalagi dari Zizi. Saking kagetnya, smartphone-nya samapai jatuh ke air, dan... matilah. Zizi tertawa, saat David menceritakan kesialannya pagi itu, ketika mereka berbicara lewat  sambungan telepon."Disekolahin dulu deh, hp aku," keluh David."Lagian, kenapa gak sekalian pasang tv di kamar mandi kamu, hah?" sindir Zizi."Boleh juga tuh, usulnya. Bisa nonton Naruto sambil mandi." David tidak lagi mengeluh. "By the way, hari ini jadi daftarin sekolah San?""Jadi, dong," jawab Zizi. "Ya udah, aku siapin San dulu." Sebenarnya, ini bukan tahun ajaran baru. Tetapi karena San baru datang dari Paris saat ta
Read more
20. Syahlana (Bagian 2)
Kehidupan Syahlana di Eropa berjalan dengan baik. Meski harus menahan rindu bertemu dengan Hassan, tetapi dirinya lebih merasa lega. Bukan berarti ia telah melupakan apa yang ditinggalkannya. Seorang suami dan madunya. Terkadang merasa bersalah akan banyak hal. Penyesalan-penyesalan yang tidak dapat ditebus. Hanya perasaan sedih tertinggal di dalam hati. Saat ini, Syahlana bekerja di sebuah toko pastri Paris. Namanya Patisserie House. Lokasinya di sekitar La Defense. Tiga kilometer dari pusat kota Paris. Toko pastri itu hasil kerja sama dengan teman kuliahnya dahulu, bernama Ilham Bellamy. Seorang pria keturunan Indo-Perancis. Ibunya orang Medan, dan ayahnya asli Perancis sini. Yah, namanya juga blasteran. Bisa ditebak dong bagaimana tampangnya. Gantengnya gak ketulungan, deh. Belum lagi dengan sifat dan sikap baiknya. Empat tahun lalu.Ketika Syahlana tiba di Paris dengan menggendong bayi Hassan. Wajah cantiknya tidak dapat menutupi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status