Lahat ng Kabanata ng Cinta Istri Muda: Kabanata 21 - Kabanata 30
63 Kabanata
21. Anak Baik
Aurora sangat senang mengetahui bahwa San kini satu sekolah dengannya. Ia menceritakan hal ini kepada mama, papa, dan neneknya."Anaknya ganteng dan bersih," kata Rosana. "Nenek juga suka sama anak itu.""Dia seumuran Rara, kan?" tanya Adrian. "Kok baru sekolah sekarang?"Aisha menjelaskan. "Kata Rara, San itu murid pindahan. Ibunya di luar negeri. Di sini hanya tinggal dengan om dan tantenya.""Ibunya? Ke mana ayahnya?" Adrian menjadi penasaran."Entahlah. Aku hanya dengar cerita seperti itu dari Rara," jelas Aisha lagi."Ra, sering-sering ajak San main ke sini ya," kata Rosana."Iya, Nek. Kalau dibolehin sama tantenya," jawab Aurora. Meski tidak bersekolah di satu kelas, namun Aurora dan San sering main bersama ketika jam istirahat. Bahkan saat pulang sekolah, mereka menunggu jemputan bersama. Jika salah satu belum dijemput, yang lain akan menemani sampai penjemputnya datang.Seperti siang ini, keduanya m
Magbasa pa
22. Adrian
Sekitar empat tahun yang lalu, barang kali lebih beberapa bulan. Ketika sosok Syahlana menghilang dari kehidupan Adrian dan keluarga Sudiro. Seperti ada sesuatu yang hilang, ada yang kurang. Hanyalah Aurora yang menjadi penyemangat hidup bagi Adrian, juga Rosana. Sementara Aisha dirundung rasa bersalah yang tidak pernah usai. Namun wanita itu tidak akan menyesali apa yang telah dilakukannya.Sikap Rosana pada Aisha yang sejak awal pernikahan sudah jutek, semakin judes dan membenci sang menantu. Semua yang Aisha lakukan tidak ada benar. Salah terus. Tidak pernah diajak bicara, kalau bukan Aisha dulu yang memulai. Masakannya tidak pernah dimakan. Rosana lebih suka masak sendiri untuk dirinya dan Adrian.Adrian tidak jauh berbeda. Cintanya kepada Aisha seolah lenyap dalam sehari itu, ketika tahu, sang istri tua adalah penyebab perginya sang istri muda. Semua kebaikan Aisha seolah hilang dalam ingatan Adrian.Semua ini, diterima Aisha sebagai konsekuensi yang harus
Magbasa pa
23. Anak-Anak
Pukul sembilan pagi, jam istirahat sekolah. San berinisiatif ingin pergi ke toilet. Setelah selesai buang air kecil, rupanya, San dihadang oleh dua temannya. Azhka dan Jawdan."Eh, sekarang San temenannya sama anak kelas lain. Udah lupa sama kita!" tuduh Jawdan."Aku berteman dengan kalian semua, kok," jawab San dengan bijak, seperti biasa."Tapi kami lihat sendiri. Kamu lebih akrab sama si Rara itu. Kenapa? Kamu lebih suka main boneka, ya?" Azhka mengejek, lalu tertawa.San tidak ingin menjawab mereka. Ia memilih menghindar. Tetapi kedua anak itu kembali menghadang."Sini dulu, kamu!" perintah Azhka yang sok jadi bos buat Jawdan."Ada apa lagi? Aku mau kembali ke kelas," kata San."Kamu harus nurut sama aku!" perintah Azhka lagi. "Awas kalau kamu berteman sama si Rara itu lagi.""Memangnya kamu siapa sih, melarang aku berteman dengan Rara?" Lama-lama San marah juga kepada Azhka yang sok melarang."Kamu harus ngerasain d
Magbasa pa
24. Ulang Tahun
Siang itu, Syahlana menghubungi Zivara melalui panggilan video. Terlihat, sang adik sudah di rumah. Di Jakarta sudah malam. "Gak lama lagi ulang tahun San.""Iya, Kak. Sekitar dua minggu lagi sih, ini," kata Zizi, sambil melihat kalender. "Mau dirayain gak, Kak? David bilang, banyak temennya San yang ngerayain ulang tahun di sekolah.""Ya, gitu juga boleh. Biar anaknya juga seneng, Zi." Syahlana menyetujuinya. "Soalnya di sini, Kakak cuma sekali ngerayain ulang tahunnya pas usia setahun.""Ya udah. Nanti aku dan David yang atur, Kak." Di rumah keluarga Sudiro, keesokan harinya.Rosana bicara kepada Adrian. "Ian, ini hampir ulang tahun Aurora yang kelima loh. Mau dirayain, gak?""Waktu begitu cepat berlalu. Dalam sekejap mata, tahu-tahu sudah lima tahun berlalu. Lima tahun, Lana dan Hassan ninggalin kita." Tampak raut sedih di wajah Adrian.Rosana menepuk-nepuk pelan pundak putranya. "Mama tahu, Ian... Mama ngerti perasaa
Magbasa pa
25. Tidak Menyangka
Hassan sangat bahagia bertemu ibunya di hari yang begitu spesial, yaitu ulang tahunnya yang kelima tahun. Sepanjang perjalanan pulang, pelukannya tidak dilepaskannya sekali pun."Maman, kali ini sampai kapan di Jakarta?" tanya San."Maman bisa agak lama di sini, karena Oncle Amy membantu jaga toko kita," jawab Syahlana. Ia membuat sang putra tersenyum bahagia. "Baiklah. Sekarang, San tidur." Ia mencium kening San. "Sekali lagi, Maman ucapkan selamat ulang tahun."Setelah menidurkan San, barulah Syahlana keluar dari kamar. Zivara dan David sudah menunggu."Gimana bisa, San begitu akrab dengan keluarga itu?" tanya Syahlana."Memangnya kenapa, Kak Lana?" David balik bertanya. "Mereka keluarga yang baik. Kedua anak berteman sangat baik. Mereka sangat akrab."Zivara ikut emosi. "Emangnya kamu gak tahu siapa mereka?""Emang siapa?" David benar-benar tidak tahu."Mereka itu..." Zivara ingin menjelaskan.Sya
Magbasa pa
26. Jangan Sampai Bertemu
Seminggu telah berlalu, semenjak meninggalnya Jamal Latief. Seminggu itu pula, San tidak pergi ke sekolah. Sudah izin pada pihak sekolah, karena masih dalam keadaan berduka.Dan, selama seminggu itu juga, Aurora tidak pernah melihat San lagi. Ia sedih dan merindukan sang sahabat. Pada akhir pekan itu, si anak perempuan tampak murung di depan televisi ruang tengah. Padahal, acara televisi menampilkan film kartun kesukaannya.Rosana melihat itu. "Cucu cantik Oma, kenapa murung aja sih, dari tadi?" Ia menghampiri Aurora. Duduk di sampingnya."Oma, San gak pernah sekolah lagi," jawab Aurora."Oh, jadi ceritanya, Rara kangen sama San?" tanya Rosana lagi.Aurora mengangguk. "Biasanya di sekolah, kami main dan belajar bareng.""Oma denger, ada keluarganya yang meninggal dunia, Sayang. Iya. Oma dikasih tahu sama Bu Zoya saat jemput kamu di sekolah kemarin." Rosana mulai menjelaskan."Oma, bukannya kalau ada orang yang meninggal kita biasanya
Magbasa pa
27. San Bertanya
Masih di Bandung. Walau telah lewat seminggu semenjak Jamal meninggal dunia, suasana duka tidak bisa hilang begitu saja. Bagi Akasma sebagai istri, juga Syahlana dan Zivara, anak-anak mereka. Sementara itu, San. Mungkin karena masih kecil, dirinya belum mengerti dengan semua yang terjadi. Ketika maman-nya, beserta tante dan grand-mere-nya sibuk dengan pengajian yang rencananya akan digelar sampai empat puluh hari itu, San lebih banyak bersama David. Syahlana terpaksa meliburkan restorannya. Lia, Juki, dan Gala diminta membantu untuk pengajian ini. "Oncle, kenapa manusia bisa meninggal?" tanya San. "Itu sudah ketentuan dari Tuhan, sih. Setiap makhluk yang bernapas, suatu saat pasti akan mati." David menjawab, seperti yang pernah ia dengar di ceramah-ceramah. "Kalau dikubur, grand-pere gak bisa napas dong ya?" San masih saja bertanya. David tersenyum. "Yang dikubur hanya jasadnya, badannya. Roh grand-pere sudah sama Tuhan. Bahagia di sisi-Nya."
Magbasa pa
28. Semua Orang Terguncang
Syahlana terkejut menerima kabar tentang Rosana yang begitu parah. Ia menelepon Susan. "Gimana kejadiannya, Susan?"Susah menjawab, "Denger-denger sih, jatuh dari tangga. Besok baru akan menjalani operasi bedah toraks dan kardiovaskular. Karena bagian dalam dada itu retak. Mungkin kena hantam lantai apa gimana."Mendengar kabar itu, Syahlana terkejut. Juga ikut merasa sedih. Seusai pengajian, Syahlana memberitahu Akasma, Zivara, dan David."Ma, menurut Mama, Lana harus gimana?" tanya Syahlana, meminta pendapat semua orang."Gimana, ya..." Zivara ikut bingung. "Kalau Kakak ke sana, si Aisha itu pasti gak suka. Takutnya menimbulkan masalah baru.""Tetapi, bagaimana pun Lana, Mbak Ros masih mertua kamu. Kamu juga secara negara, masih istri sah Adrian. Mama tidak bisa memberikan saran yang pasti. Semua keputusan ada di tanganmu."Semakin tidak menentulah perasaan Syahlana."Kalau Kakak butuh ditemenin untuk menj
Magbasa pa
29. Melihatmu dari Jauh
Adrian sudah dikuasai emosi yang membuncah. Ia tengah memikirkan kondisi ibunya, sekarang ditambah dengan kenyataan perbuatan istri yang pernah sangat disayanginya. "Mulai sekarang, kamu jangan tinggal di rumah ini. Aku sudah siapin apartemen buat kamu."Apa maksud Adrian? "Kamu mau menceraikan aku?" tanya Aisha."Bukan. Aku hanya tidak ingin kamu tinggal dekat dengan Aurora. Anakku masih kecil. Entah nanti akan ada perbuatan keji apa lagi yang akan kamu lakukan. Sekalian. Dengan begini, aku benar-benar bisa berbuat adil terhadap kamu dan Lana, bukan?""Engga, gak begini, Mas! Aku yakin, Rara itu salah lihat. Kamu kenal aku. Aku gak mungkin mendorong Mama. Meski Mama gak suka sama aku, tapi aku gak pernah punya sedikit pun niat menyakiti Mama. Gak ada, Ma...""Aku juga heran. Aku pikir, memang mengenal kamu lebih baik dari siapapun. Tapi, setelah kamu membuat Lana pergi, rasanya, aku belum cukup mengenal kamu. Aku gak nyangka, perempuan yang pernah aku sa
Magbasa pa
30. Aku Ada di Sini
Ada restoran khusus masakan Indonesia, tidak jauh dari rumah sakit. Susan yang mengajaknya ke sana. Restorannya terasa tenang. Tidak banyak pengunjung. Mereka memilih tempat yang dekat dengan jendela, agar terkena terpaan udara malam yang sejuk."Gue sering makan di sini," kata Susan. "Masakannya enak, kok. Biar gue yang pesenin buat lo, yah."Syahlana menurut saja. Kemudian, ponselnya berbunyi. Ada panggilan video dari Zivara. Tapi yang muncul di layar, malah San. "Maman!!""San!" sapanya kepada sang anak."Kapan Maman pulang?" tanya San."Setelah urusan Maman selesai di sini, pasti pulang," jawab San."San tidak boleh nakal, ya. Harus nurut apa kata Tante, Oncle, dan Oma."San mengagguk. "Beres, Maman! Oh ya, tadi San bantuin Oncle David menusuk sate.""Oh ya? Wah San pintar!" puji Syahlana pada San. "Ya udah, San sekarang sudah malam, waktunya bobo ya, Nak.""Iya, Maman. Bonne nuit, Maman..""Nuit, Mon gar&cced
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status