All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 151 - Chapter 160
206 Chapters
Bab 151. Mata-Mata Datang Ke Rumah Embun
Bab 151. Mata-Mata Datang Ke Rumah Embun “Aku senang banget, Sayang.” “Lho, kok, senang? Kan belum dijawab, diterima atau tidak?” “Tetapi dari bahasa kamu, aku bisa menangkap jawabannya.” “Apa coba?” “Aku boleh ke rumah?” “Ngapain?” “Ketemu kamu, Sayang.” “Enggak boleh, belum tiga hari, kan? Besok datang bersama orang tuamu, lamar aku secara resmi.” “Embuuun ….”   “Ya, Mas?” “Kamu serius?” “Ya, Sayang.” “Alhamdulillah.” “Kok, Alhamdulillah? Kan, kamu belum tahu jawabannya?” “Jan
Read more
Bab 152. Malam Pernikahan Embun
Bab 152. Malam Pernikahan Embun ===== Malam sudah larut, para tamu undangan dan seluruh keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Sisa-sisa pesta masih terlihat berantakan. Penghuni rumah ini semua sudah terlelap, mungkin karena kelelahan mempersiapkan pesta ini mulai dari semalam.  Padahal pesta pernikahan ini direncanakan sederhana saja, namun  antusias para tamu begitu besar. Mereka berdatangan meski tak diundang. Doa dan harapan terbaik mereka panjatkan, agar kali ini pernikahanku langgeng, tak seperti yang sebelumnya. Terutama sahabat-sahabat mendiang Mama. “Sayang!” Sebuah tangan mengalung di leherku. Kukenal  lengan kekar ini. Mas Darry. “Hem,” gumamku  mendongah, menatap wajahnya. “Besok saja dirapikan semua sisa pestanya, ini sudah larut, lho! Kita istirahat, ya!” “Ya,” sahutku&
Read more
Bab 153. Bulan Madu Alisya
Bab 153. Bulan Madu  Alisya Segera Mas Darry menerjang pintu kamar tanpa permisi. Dokter Danu terkejut, dan lebih terkejut lagi, saat melihat tubuh Diva tergeletak di lantai. Aroma racun serangga menguar, menyerang cuping hidung.  Gadis itu masih terdengar merintih, dengan mulut mengeluarkan buih. Mas Darry mengangkat tubuh sekarat itu menuju mobil,  dengan sigap langsung kularikan menuju rumah sakit terdekat. Dokter Danu masih melongo, hingga Dokter yang menyelamatkan Diva keluar dari ruang UGD, dia masih saja terlihat seperti orang linglung. “Untunglah, segera   kalian bawa   ke sini.  Racunnya belum sempat merusak organ-organ di dalam perut. Alhamdulilah, nyawanya masih  bisa kita selamatkan,” tutur Dokter itu  menenangkan hati kami. Dokter Danu terlihat lega, langsung menyerbu masuk. “Terima kasih, Dok,” ucapku lalu menarik
Read more
Bab 154. Ibu Pasienku, Apakah Dia Embun?
Bab 154. Ibu Pasienku, Apakah Dia Embun? POV Dokter Danu ====“Maaf, Dok. Pasien sepertinya tak dapat ditolong lagi.” “Jangan putus asa! Pasang alat bantu napas, cepat!” “Tapi, Dok. Tubuhnya sudah dingin. Sepertinya pasien sudah meninggal saat dalam perjalanan tadi.” “Ambil alat pacu jantung!” “Ini, Dok!” “Alhamdulillah.” “Dokter Danu memang hebat! Sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin bila sudah di tangannya.” “Alhamdulillah. Pasang infus, segera!” “Baik, Dok!” ===== Lima belas menit, aku menangani pasien itu. Setelah kupastikan semua sudah terpasang, cairan obat juga sudah masuk melalui selang infus, aku melang
Read more
Bab 155. Layla dan Embun?
Bab 155. Layla dan Embun? Dua orang anak kecil yang tergolek di kursi panjang itu mencuri perhatianku. Mereka adalah anak-anak wanita yang mirip Embun tadi. Sepertinya adik mereka sudah dipindahkan dari UGD   ke ruang rawat inap. Tetapi, kenapa mereka malah tidur  di situ? Anak-anak kurang bagus berlama-lama di rumah sakit ini. Takutnya mereka yang sehat, malah gampang tertular penyakit.  Baru saja aku hendak mendekat, Embun kedua itu kulihat kulihat keluar dari ruang 325. Di tangannya sebuah kain tipis yang masih dilipat, lalu dibuka dan diselimutkannya di badan anak-anaknya. Ini tidak benar. Anak-anak itu harus kusuruh pulang. “Selamat malam, Bu!” sapaku mengagetkannya. “Oh, Dokter? Selamat malam!” jawabnya terlihat gugup. “Anak Ibu sudah masuk ruang rawat, sepertinya?” “Iya, Dok. Kodisin
Read more
Bab 156. Kucoba Memahmi Rasa Yang Menyiksa Batin Dian
Bab 156.  Kucoba Memahmi  Rasa  Yang Menyiksa batin Dian POV Dr Danu ======== “Turun, Sayang ini rumah Om!” titahku setelah menghentikan mobil di halaman rumah. Kedua bocah itu langsung turun, kumasukkan mobil ke dalam garasi. “Ayo, masuk!” ucapku lagi. Wajah polos mereka terlihat takut-takut. Begitu kikuk saat kupaksa melangkah ke dalam rumah. Diyah memegangi tangan adiknya, seolah khawatir akan dipisahkan, atau mungkin dia takut diculik. Entahlah. Ekspresi mereka membuat hatiku pedih. “Kenapa, Sayang?” tanyaku mengelus kepala sang kakak. “Eh, anu, Om. Kami gak pernah masuk rumah kayak gini. Di kampung kami ada rumah yang paling besar dan  bagus, rumahnya juragan lembu. Tapi, kami gak pernah boleh masuk. Ayah ngelarang kami main di dekat situ. Ada centengnya, jahat.” &ld
Read more
Bab 157. Sentuhan Dian
Bab 157. Sentuhan  Dian “Hallo, Dian … maaf, aku mengganggu, ya?” sapaku pelan. “Kamu!” Spontan gadis itu berbalik. Menatapku tak percaya dengan mata mengerjab. Berulang kali dia mengucek mata cantiknya. Jejak air mata terlihat jelas di pipi  yang basah itu. “Hey! Gitu amat cara liatnya? Seperti liat hantu, aja?” godaku seraya meletakkan  bokong di pinggir ranjang. “Kamu Dokter Danu? Ini beneran, kamu?” gumamnya seperti masih tak percaya. “Iya, ini aku.” “Kok, bisa?” “Ya, bisa, dong!” “Ma maksudku, kok, Dokter ada di sini?” “Mau ngobatin kamu. Kamu lagi sakit, kan?” “Siapa yang kasih tahu?” “Mamamu. Dia yang ne
Read more
Bab 158. Hampir Diperkosa
Bab 158. Hampir Diperkosa POV Layla Dokter Danu, dia begitu baik. Terima kasih Tuhan, Engkau telah mempertemukan aku dengan orang baik di kota besar ini. Dia tidak hanya menyelamatkan nyawa Ikbal anak bungsuku, tetapi juga memberi tempat bernaung untuk  Diyah dan Irfan. Semoga  anak-anak tidak membuat masalah di rumah Dokter itu. Bang, Doni. Semoga kau tenang di alam sana, ya! Aku berjanji, akan selalu menjaga anak-anak kita. Tapi, kenapa, kau begitu cepat meninggalkan kami, Bang? Masih terbayang peristiwa malam itu. Awal mula penderitaan ini mulai mendera. **Flashback “Bang! Bang Doni! Abang udah pulang?”  tanyaku saat mendengar ada suara mencurigakan dari arah  dapur.  Aku terjaga karenanya.  Kurasakan sekeliling  gelap gulita, lampu listrik padam. Entah  padam menyeluruh atau di rumahku saja? Sebe
Read more
Bab 159. Masa Lalu Layla
Bab 159. Masa Lalu Layla “Kenapa kau mencari masalah dengan Hendro! Kau akan membusuk di penjara, Don! Ayahnya orang kuat, orang hebat, punya  uang banyak! Hendro anak lelakinya satu-satunya, Don!” teriak Bang Roni penuh sesal. “Dia hendak memperkosa  istriku, Bang. Aku khilap, istriku adalah kehormatanku. Jika istriku diganggu orang, sama saja dia menginjak-injak harga diriku.” Bang Doni membela diri. “Hampir? Artinya belum, kan?  Tapi, apa yang kau lakukan ini! Kenapa kau selesaikan dengan cara seperti ini?” “Aku khilap. Aku akan bertanggung jawab!” lirih Bang Doni pasrah.  Pak Kades datang berbarengan dengan  Juragan Sanusi beserta anggotanya. Pukulan dan terjangan mendarat di tubuh suamiku. Aku, Bang Roni dan Pak Kades berusaha menghalangi dan menenangkan Juragan Sanusi. Untung Polisi segera  datang
Read more
Bab 160. Diusir Kakak Ipar
Bab 160.  Diusir Kakak Ipar “Kamu memang ganjen! Kamu pikir aku gak tahu, suamiku sering lirik-lirikkan sama   kamu! Iya, aku akui kamu memang cantik, Layla! Semua laki-laki di kampung ini tertarik sama kamu. Anak gadis saja kalah dengan kecantikanmu. Tapi,  para lelaki  itu gak akan tergoda kalau kau tidak duluan menggodanya!” “Aku gak ada menggoda siapapun, Kak!” “Kini baru kau  sadari, kan? Ternyata memiliki wajah cantik dan tubuh indah sempuna itu tidak selamanya menguntungkan!”  Kak Ambar menoyor kepalaku. “Apa maksud, Kakak?” sergahku. “Kau buktinya! Liat, suamimu gak pernah bisa hidup tenang, karena wajah dan tubuh seksimu itu! Bagaimana bisa tenang, setiap detik ada aja laki-laki  di kampung ini yang  jelalatan matanya nengokin parasmu. Eh, tapi enggak salah laki-lakinya, di
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status