Semua Bab Ketika Istriku Minta Talak: Bab 171 - Bab 180
206 Bab
Bab 171. Sandiwara ini Demi Embun
Bab 171. Sandiwara ini Demi Embun “Hay Irfan! Hallo Kakak cantik!” sapaku lagi pada kedua bocah itu. “Om tahu nama saya?” si laki-laki terlihat semringah.  Aku tahu namanya Irfan, karena tadi dia menyebut  demikian. “Tahu, dong. Cuma si kakak lupa, apa ya, kata Tante Embun tadi namanya?” pancingku melirik ibunya. Wanita itu langsung mendongah. Bangkit perlahan, menatapku tajam. “Saya Diyah, Om. Tante Embun ya, yang nyuruh jemput kita di sini?”  Si perempuan mengulurkan tangan. Diikuti oleh Irfan Kusambut dengan hangat, seraya mengelus kepala mereka dengan penuh kasih sayang.  Entah mengapa, perasaanku mengatakan mereka adalah keluargaku juga, sama seperti Raya putri kandung istriku. “Maaf, untuk apa  Anda ke sini?” Embun berdaster terdengar sangat ketus. 
Baca selengkapnya
Bab 172. Bayi Yang Aku Buang Dulu
Bab 172. Bayi Yang Aku Buang Dulu POV Ramlan==== Sudah empat hari aku menghilang. Kututup semua akses agar orang luar tak bisa menghubungi aku. Rasa takut  ini melebihi segalanya. Rasa takut pada Embun, itu yang paling utama.  Entah seperti apa marahnya dia saat ini. Aku pikir menghindar dulu sambil mencari alasan yang paling tepat untuk kusampaikan saat bertemu. Tetapi hasilnya nihil. Tak ada ide apapun yang melintas di otakku. Semua ini gara-gara Jajak. Mantan supir beca mesin itu telah mengacaukan segalanya. Untuk apa dia nekat mengirim foto itu kepada Embun. Aku terlambat datang di pernikahan itu, aku tak sempat mencegatnya. Padahal sebelumnya aku sudah mewanti-wanti agar jangan bongkar rahasia dulu, sebelum menemukan bayi malang itu. “Bapak waktu itu berjanji akan menitipkan sebentar saja di panti itu, kenapa Bapak gak mengambilnya lagi?” tanyanya  Seminggu seb
Baca selengkapnya
Bab 173. Danu Menguak Rahasia
Bab 173. Danu Menguak Rahasia “Ini, foto siapa?” suara lirih itu mengejutkanku. Suaranya saja mampu mengiris hatiku. Rasa berdosa mencekik. Entah mengapa aku merasa sangat yakin, dialah bayi yang aku buang dulu. “Maaf, Kak Layla. Mungkin Kakak tidak mengenali foto itu. Tetapi mungkin Kakak bisa menjelaskan pada kami, siapa Kakak sebenarnya!” Darry mulai berbicara. Dan kalau dia sudah berbicara, maka selesailah semua. Aku tak bisa menghindar lagi. Layla hanya membisu. “Om Ramlan, bisakah Om jelaskan sesuatu?” Darry beralih menatapku. “Egh, begini,   Om …  gak tahu apa-apa soal ini, sungguh!” ucapku  tergagap. “Jangan  berdusta! Anak buah saya sudah menemukan keberadaan lelaki yang bernama Jajak. Saya tak perlu panggil dia ke sini, bukan?” Aku tercek
Baca selengkapnya
Bab 174. Ikatan Batin Layla Dan Embun
Bab 174. Ikatan Batin Layla Dan Embun  Entah mengapa,  hati kecilku tak menerima, saat dia mengatakan Embun tertidur di jalanan, setelah kelelahan dalam tangisnya. Hatiku begitu terenyuh. Adik yang belum sempat  kulimpahi kasih sayang seorang kakak itu bahkan pernah nekat bunuh diri, begitu pengakuan suaminya. Aku tidak mau hal itu terjadi padanya, aku tak mau dia kenapa-napa. Aku harus jelaskan padanya, bahwa aku bukan kakaknya, agar dia bisa melepas kepergiannku. Tanpa ragu aku meminta Darry membawaku ke rumahnya. Setelah Embun tenang, aku akan  langsung pergi lagi, begitu rencanaku. Tetapi, rencanaku gagal. Seorang lelaki yang mengaku bersalah karena telah  menelantarkan diriku membuka fakta baru. Ternyata aku bukan disingkirkan oleh Mama dan Papa sebagaimana dugaanku semula. Aku justru disingkirkan oleh lelaki itu. Dia, yang kata Embun adalah sepupu jauh Mama. Apa
Baca selengkapnya
Bab 175. Bala Bantuan Untuk Layla
Bab 175. Bala Bantuan  Untuk Layla Aku terkejut, ucapan Embun begitu tegas.  Kulihat Darry langsung menelpon seseorang, Om Ramlan juga menelepon seseorang. “Pak Robert,  datang segera ke rumah Embun! Penting!” Begitu perintah Om Ramlan yang kudengar. “Empat personil, merapat ke rumah induk!” begitu perintah Darry di telponnya. Aku hanya termangu. “Duduk, Kak! Kita tunggu kedatangan mereka, ya!” Embun memapahku kembali duduk di sofa. Aku malah kebingungan. Apa maksud mereka? “Dokter Danu, terima kasih, ya!” Embun mengangguk pada Dokter tampan itu. “Iya, Bu Embun. Saya juga kaget awalnya. Bik Las Menelpon saya, katanya   Bu Embun ketiduran di jalan sepulang dari rumah saya. Saya dimintanya menyusul Ibu. Rupanya Ibu udah duluan tiba di sini. Untuk memastikan, saya
Baca selengkapnya
Bab 176. Mas Darry Cemburu
Bab 176. Mas Darry Cemburu “Embun, kamu begitu baik.” “Kakak yakin, ya! Sekarang ceritakan semua, agar meraka paham masalah yang sebenarnya! Mau, kan?” bujukku lagi. “Aku, aku hampir diperkosa malam itu ….” Semua tersentak kaget.  Napasku bahkan tetiba sesak. Tapi, aku  harus tetap tenang, agar kakakku bisa bicara dengan gamlang. “Terus?” ucapku menguatkan. “Bang Doni menusuknya. Laki-laki itu bernama Hendro, putra kandung juragan Sanusi. Abang kandung ibu angkatku. Bang Doni di penjara, padahal Hendro tidak meninggal. Mereka meminta tebusan, rumah dan ladang milik kami diambil alih. Janjinya, Bang Doni tak akan di tuntut. Nyatanya, suami Kakak di tahan juga, hingga beberapa bulan. Dan saat dia dibebaskan, baru beberapa langkah dari gerbang lapas, dia ditusuk seseorang. Bang Doni meninggal
Baca selengkapnya
Bab 177. Tatapan Mesum Juragan Sanusi
Bab 177. Tatapan Mesum Juragan Sanusi “Ok, silahkan turun!” ucap Mas Darry ketika mobil sudah memasuki halaman yang begitu luas dari sebuah rumah. Tampak peternakan  luas tak jauh di belakang rumah itu.  Rumah itu tampak berbeda dari yang lainnya.  Paling besar dan terlihat mewah. Mobil besar yang mengiringi kami juga sudah  berhenti.  “Ayo, Kak!” bujukku mengguncang lengan Kak Layla. “Untuk apa kita ke sini?” lirihnya tiba-tiba. “Kita jumpai Juragan Sanusi, Kak. Bukankah Kakak ingin meminta kembali semua hak Kakak yang sudah dia rampas?” tanya Mas Darry lembut. “Aku nunggu di sini aja. Aku gak sanggup bertemu dengan manusia busuk itu.” “Baiklah. Tunggu di sini, ya! Biar saya dan  Embun turun.” Kak Layla mengangguk. M
Baca selengkapnya
Bab 178. Pembalasan Dari Layla
Bab 178. Pembalasan Dari Layla “Perempuan yang telah kau hancurkan harga dirinya, kau rebut semua miliknya, kau hina dia sebagai keturunan pelacur, kau tuduh dia seorang pelacur, dia adalah bosku! Kau mau minta keringanan bukan, minta keringanan padanya! Cepat! Sebelum anggotaku mengobrak abrik tempat ini!” teriak Mas Darry lagi. “Layla? Layla adalah Bos Anda?” “Ya, kenapa?  Kau tak percaya!” “Bagaimana bisa? Apakah dia telah merayu bos besar Anda dengan tubuhnya?” PLak! Sebuah tamparan  mendarat di pipinya. Tamparan dari tanganku. Lelaki itu terkejut. “Layla? Kau?”  ringisnya mengusap pipinya yang memerah. “Aku Layla!” Kami  semua terperangah. Kak Layla berjalan anggun menghampiri kami. Bibirnya mengulas s
Baca selengkapnya
Bab 179. Tatapan Takjub Warga Kampung
Bab 179. Tatapan Takjub  Warga Kampung Darry langsung menghadap kepala desa, mereka berbincang serius. Para warga menatapku dan Embun bergantian, dengan mulut menganga dan mata membola. Mungkin mereka ikut bersyukur, kalau aku telah menemukan keluargaku. Tidak, tidak mungkin seperti itu. Yang benar adalah, pasti mereka  tidak menyangka ternyata aku   bisa bangkit juga,  mereka  pasti mengumpat. Perempuan yang mereka hinakan tiada jeda, kini tampil bak putri raja. “Layla? Layla yang mana?” Lastri belum berhenti berteriak, diguncangnya  bahu Embun, lalu beralih kepadaku. Bang Roni dan istrinya berbuat yang sama.  Menatap lekat wajah  Embun, lalu menghampiriku. Embun terlihat begitu tenang. Tak ada riak emosi di wajahnya sedikitpun. “Yang ini Layla! Ya, yang  ini! Aku hapal sekali, karena aku yang telah membesarkann
Baca selengkapnya
Bab 180. Pembunuh Suamiku Ternyata Mereka
Bab 180. Pembunuh Suamiku Ternyata Mereka “Ini yang namanya Hendro?” Embun berbisik. Lelaki itu semakin dekat.  Kuedarkan pandangan ke sekitar.  Bram, pimpinan anggota Darry telah pergi. Truk itu meninggalkan kami. Pasti Bram  dan Darry tidak sadar,  kalau bahaya yang sebenarnya adalah lelaki yang kini menatapku tajam. Inilah sosok yang sesungguhnya paling kutakuti. Terlintas kembali di benak, bagaimana dia menjatuhkan tubuhku di gulita malam itu. Masih terasa sakit dan perih, saat mulut dan hidung mengeluarkan darah segar kena tamparannya, karena berusaha melawan. Apa  lagi saat tubuh besar itu mulai menindih tubuhku, kakinya mengunci setiap gerakanku, dan telapak tangan besar itu membekap mulutku. Masih terbayang, saat lantai rumah tergenang cairan berwarna merah, darah yang muncrat dari perutnya, akibat tusukan belati Bang Doni. Trauma itu mampu menghancurkan keberanian yang sesaat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status