All Chapters of Istri Tawanan CEO: Chapter 31 - Chapter 40
662 Chapters
Pertengkaran di Depan Lift
Aria berjalan tergesa-gesa di lorong hotel menjauh dari aula pesta pertunangan Melissa dan Kevin.Dia berhenti di depan lift dan menekan tombol menunggu lift terbuka.“Aria!”Sosok pria tampan berlari menghampirinya.Aria menoleh dengan ragu-ragu melihat pria itu.Kevin? Apa yang dia inginkan?Kevin berhenti di sebelahnya dengan napas terengah-engah dan menatap gadis di depanya.“Aria, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ikut aku!” Dia meraih tangan Aria agak kasar.Aria meringis kesakitan akibat cengkeramannya. Dia menarik tangannya dari genggaman Kevin dengan sikap defensif, mata menatapnya dengan mata membelalak agak cemas.Dia agak trauma perlakuan kasar Kevin saat menyeretnya keluar dari kamar rawat Melissa tempo hari.“Apa yang kamu inginkan? Jika ada yang ingin kamu bicarakan, katakan saja di sini.”Kevin sesaat tertegun melihat sikap defensif Aria dan tatapan c
Read more
Tidak ingin Jadi Orang ketiga
“Kalian ....” Sebuah suara dingin nan mengancam menarik perhatian ketiga orang itu.Ketiga orang itu mengalihkan pandangan dengan cepat sosok pria yang sedari tadi diam di dalam lift.Dario menyilangkan tangan di depan dada dengan ekspresi dingin. Aura dinginnya tampak mengintimidasi menatap ketiga orang di depan lift.“Mau sampai kapan kalian akan bertengkar di depan lift. Apa kalian tidak melihat orang-orang sedang melihat,” cibirnya mengingatkan mereka dengan dingin.Aria baru sadar, tidak hanya ada mereka di situ, tatapan beberapa orang di lift sebelah menatap mereka, menatap mereka kening berkerut tampak terganggu.“Maaf.” Aria bergumam pelan sambil meringis.Hanna cemberut menatap Kevin kesal, dia segera mengalihkan pandangannya pada Aria. Raut wajahnya berubah cemas Aria.“Aria, apa kamu akan pulang? Ayo pulang bersama, Dario akan mengantar kita. Jangan sampai seorang bajingan tak bermo
Read more
Perasaan Rentan saat Demam
“Hmph-! Le ... lepaskan ...!” Aria meronta panik mencoba mendorong pria itu.Namun tangannya ditangkap dan ditekan di atas kepalanya, sementara pria itu terus menciumnya. Tubuhnya menekan Aria ke dinding erat seolah dia ingin menyatukan tubuh mereka.Aria merasakan bibirnya sakit karena ciuman kasar pria itu.Aria memejamkan matanya erat, merasa panik dan ingin menangis menghadapi pelecehan dari orang yang tak dikenal.“Buka matamu, ”desis pria itu melepaskan bibir Aria.Aria tersentak mendengar suara yang familier itu dan membuka matanya.“Tu ... Tuan Clark, mengapa kamu ada di sini?” Dia menatapnya pria itu dengan tatapan bingung. Dia sejenak lupa mendorongnya.Mengapa Dario ada di sini? Bukankah dia pulang bersama Hanna?Tubuh Dario masih menekan tubuhnya ke dingin, dia menatap Aria tajam.Dalam cahaya lampu kamar hotel, dia dapat melihat mata Aria yang memerah dan sembab menatapnya
Read more
Benda Keras dan Panas di tangannya
“Ka-kamu ... kenapa kamu ada di kamarku! Jangan masuk!” Dia menatap dengan ngeri Dario yang memasuki kamarnya dengan nampan di tangannya.Dario tidak mengenakan setelan kerja seperti biasa. Dia mengenakan pakaian santai berubah sweater hitam dan celana kain.“Melihatmu bisa berteriak, tampaknya demammu sudah reda,” komentar pria itu dengan suara membosankan dan duduk di samping ranjang Aria.“Apa yang kamu lakukan di kamarku! Pergi dari kamarku!” Aria berteriak cemas.Dia spontan menutup mulutnya dan menatap ke pintu kamarnya yang terbuka, seolah takut Hanna akan mendengarnya.“Apa yang kamu lakukan di kamarku? Apa kamu tidak takut Hanna akan melihatmu masuk di kamarku,” desinya dengan suara pelan, memelototi Dario.Wajah pria itu acuh tak acuh. Seolah tidak mendengarnya, dia mengulurkan tangannya hendak menyentuh dahinya.Aria mundur menghindari tangannya.“Apa yang kamu la
Read more
Tenanglah, Aku akan melakukannya dengan Lembut
Jantung Aria bergemuruh menatap pria di atas tubuhnya. Wajahnya semakin merah dan gelisah tidak tahu harus melakukan apa.“Tu-tuan Clark ....” dia mengulurkan tangannya ingin mendorong pria itu.Dario menangkap tangannya dan menggenggamnya di dadanya. Aria dapat merasakan degup jantung pria itu bergemuruh sama sepertinya.Sorot pria itu menatapnya intens membuat jantung berdegup semakin kencang. Dia tidak mendorong pria itu menyingkir dari tubuhnya. “Tuan Clark .....” Wajah Aria semakin merah.Mungkin karena demam menurunkan kewaspadaannya. Aria seolah lupa pria di atasnya adalah kekasih sahabatnya.Dario membungkuk mencumbu leher jenjang gadis itu. Cumbuannya naik ke telinga gadis, “Panggil aku Dario ....” bisiknya dengan suara serak di telinga gadis itu sambil mengulum daun telinga sensual.Tubuh Aria merinding merasakan sensasi kesemutan menyebar ke sekujur. Tubuh Aria gelisah. Dia bergerak
Read more
Otaknya Pasti Tergoreng Demam
Cahaya matahari masuk melalui tirai jendela menerangi kamar itu. Di lantai berserakan beberapa potong pakaian pria dan wanita menumpuk di bawah tempat tidur. Di atas tempat tidur sepasang pria dan wanita saling berpelukan tanpa sehelai benang pun selain selimut yang menutupi tubuh mereka. Aria yang pertama bangun. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya sambil mengerang. Dia merasakan tubuhnya seolah remuk. Aria menggerutu sambil membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan yang tertidur nyenyak. Tubuh mereka terjerat di bawah selimut membuatnya merasakan suhu tubuh pria itu. Aria terpesona. Wajah pria itu sangat tampan. Ketikan dia mengingat apa yang mereka lakukan semalam, wajahnya memerah dan jantungnya berdebar tidak wajar. Aria meraba dadanya di mana jantung berdebar. Apa ini? Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti pada pria lain selain Kevin. Mangkinkah dia mulai menyukai Dario? Aria mera
Read more
Hanna tetap Tinggal di Paris
“Kenapa kamu tidak bilang akan pergi ke Paris,” ujar Aria mengaduk-aduk susu cokelat di meja makan dengan ponsel di telinganya, berbicara dengan Hanna.“Maaf ya, Pamanku mendesakku ke Paris karena ada masalah keluarga. Maaf ya sudah ninggalin kamu, padahal kamu lagi sakit.” Hanna merasa bersalah karena meninggalkan Aria yang demam tinggi saat itu dan pergi terburu-buru ke Paris setelah ditelepon pamannya.Sekarang sudah dua hari dia baru menghubungi Aria.“Tidak apa-apa, itu bukan salahmu. Masalah keluargamu lebih mendesak,” desah Aria lesu.“Suaramu terdengar lesu, kamu masih sakit?”“Ya, agak sedikit mendingan.”“Benar-benar maaf ya. Jika masalah keluargaku di Paris tidak mendesak, aku tidak akan ninggalin kamu saat itu,” ujar Hanna masih merasa bersalah.Aria tersenyum pahit. Dia yang seharusnya minta maaf karena sudah tidur dengan pacarnya saat Hanna pergi.
Read more
Dario Bersikap Dingin
Tidak mudah mendapat pekerjaan dengan gaji besar yang ditawar Dario Clark. Apalagi jika dia berhenti, Aria harus membayar uang muka gaji yang sudah diterima. Itu bukan jumlah yang kecil.Aria menghela napas lesu berdiri dari kursinya dan kembali ke kamarnya. Dia masih merasa sedikit pusing.....Keesokan paginya. Aria berangkat ke perusahaan pagi-pagi. Dia berdiri di depan pintu masuk perusahaan sambil mengintip ke lobi memandang gugup karyawan yang berlalu lalang.Orang-orang di perusahaan sudah mengenalnya sebagai sekretaris Dario.Apa yang dipikirkan mereka jika dia kembali lagi ke perusahaan setelah berhenti kerja. Mereka selalu mencari-cari gosip di seputar kantor CEO.Jika ada berita tentang Aria berhenti kerja, mereka pasti sudah dengar.Namun tidak ada karyawan yang memperhatikannya. Aria menarik napas dalam-dalam gugup sebelum berjalan masuk ke perusahaan.Saat dia melewati meja resepsionis, wanita yang berjaga di meja
Read more
Moon Club
“Jangan, aku baik-baik saja ko—“ Aria ingin menolak. Namun sebuah suara dingin menginterupsi mereka. “Tampaknya kalian punya banyak waktu luang.” Haris dan Aria dengan cepat menoleh melihat Dario keluar dari kantornya. Mata gelap Dario menatap tangan Haris di kepala Aria dengan tatapan berbahaya.    Aria sontak berdiri dan membungkuk hormat di depan Dario gugup. Tangan Haris di kepalanya terlepas saat dia berdiri. “Selamat malam Tuan Clark. Apa ada yang perlu saya bantu.” Dario meliriknya, sorot matanya acuh tak acuh. Namun sorot matanya masih menyimpan kemarahan yang tidak bisa dijelaskan. “Tuan Clark, apa Anda sudah mau pulang?” Haris menghadap Dario dengan hormat melihatnya mengenakan mantel. “Apa saya perlu saya siapkan mobil untuk mengantar Anda?” “Tidak, aku masih pertemuan dengan Tuan Albert. Siapkan mobil untuk menuju ke Moon Club.” “Baik Tuan, tunggu saya membereskan meja say—“
Read more
Tamu VIIP
Aria langsung mendongak menatap heran.“Aku tidak berani melakukan itu. Wanita itu yang memberikan nomor kontaknya padaku, bukan aku yang meminta,” jawabnya sambil menundukkan kepalanya. Keningnya berkerut.Jika dia sampai mengirim seorang wanita ke tempat tidur Dario, Hanna pasti akan membunuhnya. Mengapa dia harus mencari masalah.Dario mendengus, tidak mengatakan apa-apa. Dia menyilangkan tangannya di depan dada tanpa mengucapkan sepatah kata pun sampai mereka tiba di lantai tujuan.Dario keluar dari lift diikuti Aria dengan kikuk di belakangnya. Tak lama kemudian mereka berhenti di salah satu kamar VIIP.Ruangan VIIP itu sangat luas dan mewah. Pencahayaan lampu di ruangan itu agak remang-remang.Saat Aria memasuki ruangan itu, dia melihat sudah ada beberapa pria di dalam ruangan baik tua dan muda dengan ditemani banyak wanita cantik dan seksi.Di lihat dari pakaian mewah mereka, Aria menebak mereka rekan bisnis Dario d
Read more
PREV
123456
...
67
DMCA.com Protection Status