Lahat ng Kabanata ng Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Kabanata 41 - Kabanata 50
395 Kabanata
41 Menjenguk Ibu
Part 41Mobil yang membawa keluarga Riswan mulai memasuki perbatasan menuju ke desa Cisauk. Sebuah gapura besar bertuliskan nama desa tersebut menyambut siapa saja yang memasuki wilayah tersebut.50 meter memasuki wilayah desa, mobil Riswan menepi sejenak di sisi jalan yang tidak jauh dari sebuah warung sembako sederhana berukuran kecil di mana terlihat ada beberapa orang sedang berkumpul. Toni mulai turun dari mobil bermaksud untuk mendekati para warga yang sedang berkumpul di situ."Assalamualaikum.""Waalaikum salam." Hampir berbarengan semua warga yang berkumpul tersebut membalas salam dari Toni."Permisi bapak-bapak, ibu-ibu, numpang bertanya, ada yang tahu di mana rumah Ibu Saanih?" tanya Toni. Sejenak warga yang sedang berkumpul saling berpandangan, dan salah satu dari ibu-ibu yang ada di situ lantas memberi tahu, hampir semua yang ada di situ berpakaian cukup pantas dan rapih, seperti habis selesai berkunjung ke suatu tempat."Oh itu
Magbasa pa
42. Masuk Perangkap Lintah Darat
Part 42Pagi menjelang siang di hari yang sama. Selepas mendapatkan uang, hasil dari menggadaikan sertifikat tanah sekaligus rumah milik bapak, di tengah perjalanan. Tepatnya di ladang tebu milik warga, Amran menghentikan kendaraan motornya, dan mengajak adik bungsunya Samsiah untuk turun."Kok berhenti di sini, Kang?""Iya, kita pisahin uang untuk kita berdua di sini saja. Takutnya jika di rumah, Ela bisa tahu.""Ya sudah, terserah Akang saja."Amran lantas mengajak adiknya itu untuk masuk lebih ke dalam ladang tebu, dan Samsiah lantas mengeluarkan bungkusan uang berwarna cokelat yang berisi uang 60 juta dari dalam tasnya.Amran lantas mengambil uang tersebut, berniat memisahkan uang yang sepuluh juta untuk dia bagi dua bersama Samsiah tanpa sepengetahuan adiknya yang satu lagi, Ela.Mendadak dari kerimbunan batang tebu. Tiga orang memakai topeng menyergap mereka, dengan bersenjata tajam, berupa clurit dan parang, langsu
Magbasa pa
43. Dikuasai Amarah
Part 43Kang Amran, kita kena jebak, Kang," keluh Samsiah. "Nanti bagaimana cara kita bayarnya," keluhnya lagi."Biar akang over alih mobil truck akang aja," ujar Amran pasrah. Nengsih istri dari Amran tiba-tiba datang menghampiri."Motor Akang hilang ya, Kang!"Amran diam saja tidak menjawab, Ela dan Samsiah pun ikut bungkam."Nengsih nanya, Kang! Motor Akang beneran hilang!" Amran masih bungkam."Si Asih cerita, mendengar si Ela bilang jika motor punya kita hilang. Benar apa nggak Kang!" teriaknya semakin melengking."Benar Teh Nengsih, motor Kang Amran memang hilang, kena begal." Ela akhirnya yang menjelaskan."Akang gimana sih! Udah lagi susah begini segala motor dibikin hilang!""Bukan hilang Nengsih, tapi dibegal! Kamu mau akang mati dibacok karena pertahanin motor!" Amran menjelaskan dengan suara yang jauh lebih keras. Nengsih terdiam.Tidak beberapa lama, Tohir kembali dengan membawa motor dan sudah bergan
Magbasa pa
44. Apa Yang Ditabur Itu Yang Dituai
PART 32Tohir seperti tersadar dengan apa yang dilakukannya. Tubuhnya bergetar hebat, golok yang berada di genggaman tangannya lantas terlepas. Matanya nanar menatap jasad Kardi yang separuh tubuhnya masuk ke dalam Empang piaraannya sendiri.Kakinya mundur beberapa langkah, raut wajahnya mulai terlihat panik, sebelum akhirnya berbalik badan dan berlari cepat seperti dikejar rasa ketakutan dengan beberapa kali terperosok, lalu meninggalkan lokasi Empang milik sang lintah darat Kardi dengan terburu-buru.Cipratan darah Kardi mengenai pakaian yang dikenakan Tohir, sedikit pada wajah dan lengan tangannya. Menghidupkan motornya, lalu berlalu cepat meninggalkan lokasi pembunuhan.Sepanjang jalan menuju rumah, Tohir dicekam rasa ketakutan. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya masih gemetar. Pikirannya kalut. Bagaimana nanti nasib anak dan istrinya Ela, penyesalan perlahan menyesap ke dalam hatinya. Merutuk diri, merasa bodoh karena sudah bersikap gegabah.Sesamp
Magbasa pa
45. Miras Oplosan
Part 45Tubuh-tubuh para pemabok itu bergelimpangan di tanah, tidak ada satu pun dari mereka sanggup berteriak untuk meminta ataupun mencari pertolongan. Rasa seperti terbakar yang dirasakan pada dada dan perut, membuat mereka hanya bisa merintih kesakitan. Baru berhenti merintih, saat mereka tidak sanggup untuk bernapas lagi. Minuman keras itu sanggup menghanguskan jantung mereka, hingga membuatnya berhenti berdetak.Mereka mati dengan cara yang menyedihkan. Bergelimpangan dengan pakaian penuh dengan kotoran tanah dan muntahan mereka sendiri. Mata melotot, mulut terbuka, dan wajah memerah seperti terkena panas membakar.Mang Sukri, pria paruh baya berbadan kurus dengan separuh rambut sudah memutih, adalah penjaga dan pemilik warung kopi tersebut. Menjelang sore, Sukri berniat untuk menutup warung dagangannya, dan saat hendak pulang, dia lalu teringat, jika masih tertinggal beberapa gelas kopi yang tadi dipesan oleh anak-anak muda yang biasa kumpul-kumpul di bel
Magbasa pa
46. Skandal Main Belakang
Part 46"Gak apa-apa, Kang, Samsiah nggak marah, justru malah senang Kang Mursan memperhatikan Samsiah." Sembari tersenyum malu-malu. Samsiah sudah seperti merencanakan jika Mursan akan dia jadikan sebagai sumber penghidupannya. Mursan yang mendengar Samsiah memujinya seperti itu jadi semakin bertambah senang.Apa yang harus ditangisi, Kang. Sifat suami pemabok seperti itu sering mencuri dan menyusahkan. Samsiah malah senang dia tidak ada," ucap Samsiah tajam, yang ditujukan kepada  almarhum suaminya. Mursan yang mendengar jawaban seperti itu, semakin merasakan senang."Berarti sama dengan akang, Yah. Akang pun senang si Robby ikut tewas, saat masih hidup bisanya hanya menyusahkan saja, itu akibat terlalu dimanjakan si Rohani.""Berarti hati kita sama, Kang," ucap Samsiah, mulai memberi tanda-tanda pancingan buat Mursan, dan ayah tiri dari almarhum Robby itu cukup bisa membaca kode-kode yang Samsiah ucapkan, dan Mursan mulai senyum-senyum sendiri.
Magbasa pa
47. Menjadi Korban Sindikat
Part 47Di depan teras rumahnya, ditemani dengan segelas kopi dan separuh bungkus rokok kretek, Amran terlihat sedang asyik mendengarkan kicau burung piaraannya. Kepul asap rokok terus saja keluar dari mulut dan hidungnya, sedang ada pikiran yang mengganggunya.Beberapa kali terbatuk-batuk, tetapi tidak membuatnya ingin membuang rokok yang terus diisapnya. Malah dia kembali menyalahkan sebatang rokok baru saat rokok yang dimiliknya mulai terasa panas di mulutnya.Dia bingung tentang surat sertifikat tanah yang sekarang masih ada di rumah almarhum Kardi. Bagaimana cara dia mendapatkan kembali surat-surat penting tersebut. Kemungkinannya sangat kecil jika istrinya almarhum Kardi mau menyerahkannya begitu saja, karena yang dia dengar, Sutini nama istrinya Kardi pun berprofesi sama dengan suaminya, lintah darat."Kang Amran!" teriakan Nengsih dari dalam rumah mengagetkannya. Perempuan itu semenjak Amran tidak lagi menjadi penampung sampah pabrik semakin cerew
Magbasa pa
48. Terusir Dari Rumah
PART 48Amran benar-benar dibuat resah di saat waktu mulai memasuki senja. Seharusnya siang tadi kendaraan truck yang dia sewakan sudah dikembalikan oleh Samsul dan Yusup sebagai pihak penyewa, sedangkan ini belum ada tanda-tanda mobil itu akan dipulangkan. Bahkan, saat dia mencoba untuk menghubungi nomor yang sudah dia catat dalam buku sewa, nomor handphone tersebut sama sekali tidak bisa dihubungi, jawabannya selalu di luar jangkauan area, firasatnya mulai merasa tidak enak.Jika benar mobil truck yang dia sewakan dibawa lari oleh Samsul dan Yusup, berarti dalam dua Minggu terakhir ini saja dia sudah kehilangan dua barang berharga miliknya, motor dan mobil. Hidupnya benar-benar merasa sedang apes.Tidak beberapa lama, Nengsih istrinya yang sedari pagi pergi baru saja kembali entah dari mana, membawa beberapa kantong belanjaan di kiri dan kanannya. Amran pun memang sengaja ingin menunggu istrinya, kesal dia karena saat pergi, Nengsih tidak menyiapkan makanan ap
Magbasa pa
49. Menjenguk Bapak
PART 49Mata Juragan Hasyim menatap tajam wajah Risma, putrinya, yang berbeda ibu dengan saudara-saudaranya yang lain. Yang selalu dia perlakukan berbeda karena kekesalannya atas kepergian ibu kandung Risma, Saanih yang meninggalkan dirinya tanpa ijin dan pemberitahuan terhadapnya saat memutuskan pergi menjadi TKW.Paras wajah Risma yang memang mirip sekali dengan mantan istri keduanya itu, membuat Juragan Hasyim selalu mengingat rasa sakit hati yang dia rasakan saat ditinggal pergi Saanih begitu saja.Yah, Risma memang selama ini dia perlakukan berbeda. Sangat berbeda, Hasyim pun dalam hati mengakuinya."Assalamualaikum, Pak. Maafkan Risma jika baru sempat datang," ucapnya pelan. Risma masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk, belum berani mendekat. Tidak ingin terlalu sakit jika nanti kehadirannya ditolak sang Bapak.Juragan Hasyim yang masih sulit untuk berucap lantas menangis. Air mata mulai membasahi pipi tuanya yang sudah penuh dengan gurata
Magbasa pa
50. Tidak Diketemukan
Part 50Riswan dan Risma sedang dalam perjalanan pulang kembali menuju rumah, setelah sebelumnya mereka sempatkan untuk makan dan mampir sejenak di restoran cepat saji yang tidak jauh dari tempat bapaknya dirawat.Mobil yang dikendarai Riswan mulai masuk halaman rumah emak. Terlihat sepi dan lengang, sekeliling rumah emak pun terlihat tidak ada yang lalu lalang.Risma lantas membuka pintu utama rumah tersebut, dengan ditemani suami dan anak-anaknya, Risma pun segera masuk dan langsung menuju kamar utama. Kamar tidur Emak dan bapak.Risma langsung menuju bufet tempat tidur tempat emak menyimpan sertifikat rumah. Sementara Riswan dengan Yuli dan Neti duduk di karpet lantai ruang tamu.Dua pintu kaca bufet yang diperiksa oleh Risma, dia belum juga menemukan surat-surat yang dimaksud oleh emak. Sampai Risma membuka-buka bawah bantal dan kasur, tetap tidak dia temukan."Bang, Bang Riswan!?" panggil Risma pada suaminya."Iya, Sayang," jawab
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
40
DMCA.com Protection Status