Semua Bab Suami Miskinku Ternyata Konglomerat: Bab 61 - Bab 70
395 Bab
61. Menjenguk Bapak
Part 61Seperti pagi biasanya di Desa Cibungah, rumah di atas bukit milik Riswan dan Risma terlihat masih terselimuti kabut tipis. Sinar sang Surya masih terhalangi oleh pegunungan yang sedikit terlihat gelap dari arah desa beriklim sejuk ini.Risma mengantar Riswan sang suami tercinta menuju halaman depan rumah mereka yang luas, dengan rumput-rumput hijau nan terawat juga lampu-lampu taman yang masih dibiarkan menyala. Dingin dan hening, embun masih membasahi rumput dan dedaunan, ada uap asap hangat yang keluar dari mulut dan hidung. Tempat yang sehat, indah dan langka, suasana alam yang tidak akan ditemukan di perkotaan."Hari ini jadi mau jenguk bapak dan emak, Neng?" tanya Riswan, sesaat lagi ingin masuk ke dalam kendaraan yang akan mengantarkannya ke bandara."Insya Allah jadi Abang. Boleh, 'kan, Bang?""Tentu saja boleh, Sayang. Hati-hati tapi yah.""Iya, Abang sayang," ucap Risma, sembari mencium tangan suami dengan penuh takjim, dan
Baca selengkapnya
62. Ikhlas Melepaskan
62Emak Sawiyah dan Risma terdiam tak bergerak di sisi ranjang perawatan, tanpa bersuara. Hanya memperhatikan tubuh Juragan Hasyim yang terbujur kaku. Mereka lalu dikejutkan dengan kedatangan dokter dan beberapa perawat yang begitu terburu-buru.Dokter pria separuh baya yang memang khusus memberikan pengobatan kepada Juragan Hasyim langsung memeriksa kondisi suami dari Emak Sawiyah tersebut, terlihat beberapa tindakan medis ikut dilakukan, yang emak Sawiyah dan Risma tidak paham dan masih terdiam memperhatikan.Genangan air bening sudah nampak di kedua mata Risma dan Emak Sawiyah. Jemari tangan Risma lantas menggenggam jemari tangan perempuan tua yang sudah merawatnya sedari kecil itu untuk memberikan kekuatan, saling menggenggam tanpa bicara.Dokter Ikhsan, dokter paruh baya itu menghentikan tindakan medis, menghela napas dalam, menggeleng-gelengkan kepalanya tanda menyerah."Innalilahi wainnailaihi rodziunn." Beberapa orang suster yang mendamping
Baca selengkapnya
63. Kemurkaan Darman
Kendaraan yang membawa Bude Ajeng baru saja sampai di depan rumah induk. Rumah yang terlihat sepi dan senyap karena lumayan lama tidak ditempati, dari semenjak Juragan Hasyim menjalani pengobatan di rumah sakit.Mereka segera berbagi tugas, sang sopir pribadi Risma yang bernama Firman segera menemui kepala desa, sementara Bude Ajeng menemui salah satu anak Juragan Hasyim, dan satu orang pekerja yang lainnya merapihkan rumah milik keluarga besar Risma.Bude Ajeng segera ke rumah Samsiah, yang terletak di samping rumah induk berjarak hanya 10 meter, pintu rumah sedang dalam keadaan terkunci dari dalam."Assalamualaikum," ucap Bude Ajeng, sembari mengetuk-ngetuk pintu rumah. Tidak terdengar jawaban. Kembali Bude Ajeng mengucap salam berulang-ulang, tangannya terus saja mengetuk pintu. Tetap tidak ada jawaban.Bude Ajeng terus saja mengetuk, sembari mengintip ke dalam rumah dari cela hordeng yang sedikit terbuka. Terlihat sekilas seorang pria sedang terburu-b
Baca selengkapnya
64. Teror Debt Colector
Setelah tujuh hari tahlilan kematian Juragan Hasyim, Emak Sawiyah kembali tinggal di rumah Risma. Sementara Darman bersama keluarga kembali pulang ke Jakarta terlebih dahulu, selepas tiga hari wafatnya sang bapak.Rumah besar itu kembali dibiarkan kosong tak berpenghuni.Siang yang redup, karena matahari terhalang awan gelap dengan angin yang bertiup cukup kencang.Tiga orang berwajah sangar datang menyambangi rumah besar milik almarhum Juragan Hasyim. Orang-orang suruhan dari istri rentenir Kardi yang sudah mati dibunuh oleh Tohir.Dengan gaya yang arogan, salah seorang dari mereka berteriak-teriak tepat di depan rumah besar tersebut, sembari mengetuk-ngetuk pintu dengan sangat keras."Amran! Amran!" Berkali-kali nama Amran yang mereka panggil, karena mereka tidak tahu jika Amran tidak bertempat tinggal di situ."Amran! Keluar Amran!" Tidak ada kesan keramahan dari cara mereka memanggil, disusul dengan ketukan keras di pintu ber
Baca selengkapnya
65. Aib di Desa Cibungah
SUAMI YANG DIHINAKAN TERNYATA KAYA 7 TURUNANAib Desa CibungahPART 53Suasana hening dan sepi selepas adzan Isya sudah menjadi kebiasaan di Desa Cibungah ini, dari setelah waktu Maghrib tidak ada lagi aktivitas yang dilakukan di luar rumah. Anak-anak sudah tidak ada lagi yang berkeliaran, mereka semua menghabiskan waktu di dalam rumah saja hingga sampai pagi nanti.Begitupun orang-orang tuanya, selepas salat berjamaah di musholla Kobong milik Ustaz Arief, mereka pun langsung beristirahat dan berdiam diri, hanya terlihat beberapa orang di balai desa tempat biasa pak kades berbincang dengan beberapa orang warga.Jam sembilan malam, selepas menonton acara di televisi, Rohani mengajak suaminya Mursan untuk beristirahat di dalam kamar, sebuah waktu rutin yang terjadwal. Dua anak mereka sudah masuk ke kamar masing-masing.Rohani memang yang memegang penuh kuasa di rumah ini. Dia yang mengangkat derajat Mursan, yang tadinya
Baca selengkapnya
66. Sidang Warga
Part 54Rohani sekarang terlihat kalap, bukan menyerang suaminya Mursan, tetapi mencakar dan menjambak rambut Samsiah yang belum sempat berpakaian. Menarik dan menyeret-nyeret rambut panjang itu ketepian ranjang tidur. Samsiah melolong menjerit kesakitan, sembari berusaha menutupi tubuhnya yang polos. "Dasar perempuan binal! Kegatelan!" Segala umpatan dan caci maki terus terlontar dari mulut Rohani. Marah dan geram kepada Samsiah yang dia anggap merebut dan menggoda Mursan.Mursan yang mencoba menolong pun dihajar dan dipukul oleh Wawan, saudara sepupu Rohani, juga Karta. Walaupun Rohani berteriak mencegah, sepertinya dia masih tidak rela Mursan diperlakukan seperti itu, tetapi dengan Samsiah dia berbuat semaunya.Pak kades Sukardi mendiamkan agar mereka mendapatkan hukuman dari yang merasa menjadi korban perbuatan Mursan dan Samsiah, lalu kemudian mulai memisahkan. Darah terlihat dari sudut bibir Mursan, sementara Samsiah rambutnya
Baca selengkapnya
67. Hukuman Yang Dijatuhkan
"Rajam sampai mati." "Sepertinya hukuman seperti itu tidak bisa kita terapkan Ustaz, bisa-bisa kita semua ditangkap polisi dan masuk bui," ucap Pak Sukardi, kades Desa Cibungah."Pak kades benar, dan saya hanya menjelaskan apa yang tadi bapak tanyakan," jelas Ustaz Arief.Jadi kira-kira hukuman apa yang pantas diberikan kepada mereka berdua?" tanya pak kades, yang masih kebingungan karena ini adalah peristiwa pertama yang terjadi di desa ini."Dengar tuh Kang Mursan! Samsiah itu hanya ingin duitnya Akang, dia nggak cinta sama Akang!" ucap Rohani mengingatkan suaminya dengan nada cukup keras. Mursan diam saja, tidak menjawab ucapan istrinya."Saya mencintai Kang Mursan," sergah Samsiah cepat, dan Mursan langsung menoleh ke arah Samsiah, semua yang hadir pun melihat ke arah Samsiah."Dasar perempuan gatel! Tadi kau bilang hanya ingin duitnya saja!" bentak Rohani, emosinya mulai naik lagi. Matanya melotot tajam."Awalnya memang beg
Baca selengkapnya
68. Menikah Resmi
Samsiah mulai menangis, meratapi nasibnya. Dia bingung harus melakukan apa, ditambah lagi Samsiah sudah menandatangani surat perjanjian jika dirinya tidak bisa menuntut apa pun terhadap Mursan."Mungkin hanya masuk angin saja, Yah," ucap Ela, bermaksud menenangkan hati adiknya tersebut. Samsiah tidak menjawab, dia masih terus saja menangis."Kamu sudah berapa lama tidak dapat haid?" tanya Ela, berjongkok di samping Samsiah yang masih terduduk di lantai kamar mandi."Hampir enam Minggu, Teh," jawab Samsiah, sembari mengusap air matanya. Ela sekarang yang terdiam mendengar jawaban adiknya tersebut, dahulu pun dia merasakan mual-mual seperti itu dan diusia kehamilan yang hampir sama dengan yang Samsiah rasakan."Mungkin hanya haid kamu yang tidak teratur," ucap Ela lagi, kembali menenangkan hati Samsiah."Sepertinya ngga, Teh. Biasanya tiga Minggu yang lalu seharusnya dapat haid." Samsiah mulai memukul-mukul perutnya, sepertinya dia memang tidak siap
Baca selengkapnya
69. Preman Bayaran
SUAMI YANG DIHINAKAN TERNYATA KAYA 7 TURUNANPreman BayaranPART 57Daniel dan Nathan yang keduanya juga adalah saudara sepupu Riswan jatuh terjerembab di lantai luar ruang resepsi Risma dan Riswan diselenggarakan. Para wartawan yang memang banyak meliput pesta resepsi itu langsung mengerubungi mereka, ingin mengetahui asal muasal penyebab kedua pria muda ini berlaku rusuh.Daniel dan juga Nathan menatap Toni dengan pandangan marah dan emosi, alkohol yang berasal dari minuman keras yang mereka tenggak di luar pesta, sepertinya sudah menguasai mereka berdua." Bangsat kau jongos! Tidak usah sok ikut campur dengan urusan kami!" sentak Nathan dengan penuh amarah, sembari berusaha bangkit dari lantai dengan sedikit terhuyung."Heii! Kuli! Mau cari mati Lo!" Daniel kali ini yang bicara membentak, sembari menunjuk-nunjuk ke wajah Toni. Beberapa rekan kerja Toni yang juga bodyguard Riswan yang terlihat emosi sempat ingin men
Baca selengkapnya
70. Pergi Entah Kemana
 Riswan benar-benar dibuat panik dengan musibah yang menimpa Toni, karena berusaha melindungi dan menjaga dia dan keluarganya, juga salah satu orang yang paling dia percaya dan loyal terhadapnya. "Bagaimana dengan yang lain, ada yang cidera juga?" tanya Riswan lagi kepada salah seorang anak buahnya. "Alhamdulillah tidak ada, Pak." Ferdi, nama orang yang berbicara dengan Riswan tersebut lantas menunduk, wajahnya berubah menjadi sedih. "Bang Toni pun terkena sabetan parang karena ingin melindungi saya. Ya Allah, saya benar-benar merasa bersalah jika terjadi sesuatu terhadapnya," ucap Ferdi lagi, matanya mulai berkaca-kaca. Riswan lantas menepuk-nepuk bahu Ferdi, begitu pun dengan rekan-rekan kerjanya yang lain, mencoba ingin menghiburnya. "Semua yang terjadi sudah suratan takdir dari Yang Kuasa, kita hanya bisa berpasrah dan berdoa, minta yang terbaik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
40
DMCA.com Protection Status