All Chapters of Karma Sang Penggoda: Chapter 51 - Chapter 60
175 Chapters
Bab 51 - Pov Yasir.
Mata Mang Karim menyipit lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yasir ... Yasir," gumamnya lalu bangkit dari kursi.Aku tersenyum kaku, kulihat Sintia terkekeh kecil sambil menutup bibirnya dengan satu tangan."Ayo Dek, sudah siang. Nanti telat," ajakku sambil merapihkan tumpukan piring dan menaruhnya diwastafel.Setelah mengantar Sintia pergi sekolah, motor langsung menuju rumah, Fiona. Sebelumnya aku berhenti dahulu untuk membeli sesuatu. Sepanjang perjalanan aku bersiul riang, entah demi apa aku seperti ini."Paman ..." sapaku riang, Paman menggangguk kepala. Tanpa disuruh aku langsung duduk disampingnya.Paman menatap heran, kubalas dengan senyum manis yang kupunya. Aku seperti bayi yang baru saja terlahir, hariku terasa lebih bersemangat saat ini.Paman menampilkan wajah sangarnya, mungkin dia tidak suka dengan sikap sok akrabku ini. Namun sekali lagi, kubalas tatapan sangar itu dengan senyuman. Walau wajah Paman
Read more
Bab 52 - Meyakinkan Paman.
Malam terasa sunyi, kupandangi ponsel dengan nomer kontak bernama, Non Fio. Ingin sekali mengirim pesan, dan mengabari bahwa aku harus pergi menjalankan tugas dan memperdalam ilmu kedokteran di Negeri seberang.Namun aku tak punya nyali, deretan kalimat yang sudah susah payah terangkai dilayar pipih, kembali kuhapus begitu saja."Yas ..." pintu kamar terbuka sedikit, kepala Ibu menyembul dibaliknya.Aku menghela nafas, menaruh gawai di atas nakas. Lalu menegapkan badan dikursi samping ranjang depan jendela."Iya Buk?" balasku sambil tersenyum ramah kearahnya.Ibu menatapku sendu, sorotnya seolah menyampaikan permohonan maaf. Ibu merasa bersalah, dengan keputusan yang dibuat, Aryani."Maafkan Ibu Yas ... Ibu tak menyangka akan berakhir seperti ini," ucapnya dengan suara tersendat. Perlahan Ibu melangkah mendekat dan duduk disisi ranjang.Aku tersenyum simpul, lalu mengeratkan jemariku ditangannya. "Yasir tid
Read more
Bab 53 - Gass keun ...
Motor berhenti diperkarangan rumah, Paman langsung turun dan berdiri tegak lalu mengedarkan pandang kesetiap sudut halaman."Masuk, Paman." titahku sambil berjalan kecil memasuki rumah. Diikuti oleh Paman dibelakangku."Asalamuallaikum ..." salamku sambil membuka pintu, yang terbuka setengah.Suara Bik Titi terdengar dari dalam, berlari kecil menyambut kedatanganku."Eh ... Mas Yasir," ucapnya dengan senyum."Bik, siapkan makanan untuk tamu special saya." ucapku sambil mengedipkan sebelah mata, lalu melirik Paman.Bik Titi nampak melongok kebelakangku, saat mendapati sosok Paman, Bik Titi nampak membulatkan mata."Masak yang enak, Bik." ucapku mengagetkannya."Eh iya .., iya Mas." sahutnya gagap lalu berjalan tergesa menuju dapur."Silahkan duduk, Paman."Paman mengangguk tegas lalu menghempaskan bobot diatas sofa. Pandangannya menyapu setiap sudut rumah ini, hingga terhenti
Read more
Bab 54 - Lancar
"Hah?"Bibir Fiona terlihat menganga, sorotnya menatapku tak percaya. Dia tertawa kecil sesaat, lalu memandangku tajam."Maksudmu?" ucapnya dengan mimik serius."Iya," kepalaku mengangguk tegas. "Saya ingin kamu menjadi bagian dalam hidup saya."Fiona masih bergeming, jemarinya manaut satu sama lain."Saya tahu ini bukan sesuatu yang mudah bagi kamu, kita akan saling mengenal dalam waktu tiga bulan. Jika Non tidak yakin, Non bisa mengembalikan cincin itu pada saya. Jika Non yakin, Insha Alloh saya akan segera menghallalkan, Non Fiona." jelasku dengan tenang, walau jantung berdetak tak beraturan.Mata Fiona berkedip-kedip, dia mengatup bibirnya sambil menatapi cincin yang berteger diatas meja. Jika perempuan lain akan menangis dan terharu, expresi Fiona malah sebaliknya. Dia terlihat bersusah payah menutupi binar bahagianya, walau rona wajahnya tak menutupi dia sedang senang saat ini."Bagaimana?" tanyaku de
Read more
Bab 55 - Fiona sangat menawan.
Pov Fiona.Dasar konyol ....Yasir, Yasir ... mengapa kamu begitu menggemaskan.Melamarku, tidak ada romantis-romantisnya. Memasang cincin pun salah sasaran. Kurasa dia sudah cukup berumur, apa aku adalah wanita pertama yang membuatnya berdebar?Hmm ... kurasa tidak?Ahh!!Mengingat itu pipiku langsung menghangat dibuatnya. Aku bahkan belum tahu tentang hidupnya, latar belakangnya dan juga pekerjaannya.Kenapa bisa dengan mudahnya aku memakai cincin ini?Apa iya ... aku tidak masalah bersuamikan supir? Sepertinya aku harus mencari tahu dulu, tiga bulan aku rasa cukup untuk mengenalnya dan mengambil keputusan.Kupandangi cincin yang terlihat sederhana ini dijemari manisku. Bibirku terkulum sendiri, mengingat Yasir dengan wajah berserinya.Hhhh.***ofd.Pagi sekali mata sudah terbuka, meregangkan seluruh otot lalu melangkah menuju toilet. Kepala masih ter
Read more
Bab 56- Teringat Masa Lalu.
Aku tergagap sesaat, mata kembali fokus pada gambar yang menempel di dinding.Aku meringis saat melihatnya memajukan bibir dan menaik turunkan alis tebalnya.Mengapa sekarang, Yasir jadi sok manis ya? Tapi dia memang manis sih."Hei ... Pak Dokter, dicariin malah mojok disini." laki-laki yang sempat menggoda, Yasir berjalan mendekat dan menepuk pundaknya."Kenapa?" tanya Yasir."Ayo kita jalan, sudah siang ini." terangnya sambil kembali menepuk pundak lalu berlalu setelah menganggukan kepala padaku."Yukk ..." ajak Yasir.Aku tersenyum dan mengekori langkahnya dari belakang."Yas, Ridwan sama kamu ya." ucap Pak Karim."Iya Mang, Ibu sama siapa Mang. Sekalian bareng saja disini," ucap Yasir seraya celingukan mencari sosok Ibundanya."Non Fiona, silahkan Non." Pak Karim menyapa ramah."Nah ... ini dia pengantinnya," Pak Karim melebarkan tangan lalu menepuk pundak, R
Read more
Bab 57 - Bertemu Ayah.
Yasir menatap bingung, langkahnya perlahan datang mendekat kearah kami."Dokter ..." sapa riang gadis kecil itu."Hai cantik, sama siapa?" tanya Yasir, matanya melirikku, lalu melihat kearah Mas Daniel."Dok ..." sapa, Mas Daniel."Iya, Pak Daniel." balas Yasir dengan senyum ramah."Ada keperluan apa disini?" Mas Daniel bertanya, namun sorotnya dipenuhi kekhawatiran."Saya mau jemput, Fiona." jawab Yasir, sambil tersenyum kearahku."Oh ..." balas Mas Daniel, wajahnya semakin tak nyaman."Sudah siap?" tanya, Yasir padaku.Aku mengangguk pasti, lalu berjalan mendekatinya. Menatap matanya dalam, memamerkan senyum termanis lalu mengamit lengannya.Yasir, nampak sedikit terkejut dengan tingkahku yang sedikit agresif ini. Namun sedetik kemudian dia tersenyum lembut padaku."Perkenalkan, ini calon suami saya." ucapku dengan senyum yang teramat merekah dihadapan, Mas Dani
Read more
Bab 58 - Memohon Restu.
Mata Ayah masih menghadap Yasir, sorotnya tajam seolah menembus isi hati pujaanku. Kulihat Yasir hanya tersenyum, sesekali dia menundukan pandangannya. Ketara sekali Yasir terlihat sangat gugup, aku tahu betul bagaimana posisinya saat ini."Fiona," suara Ayah menyebut namaku, namun pandangannya masih tertuju pada, Yasir."Iya Ayah?" sahutku cepat."Apa yang membuatmu yakin dengan laki-laki yang ada didepanmu ini?" tanyanya dengan sorot tajam menatapku. Lalu kembali menelisik, Yasir."Dia bisa membuat Fiona lebih baik dari sebelumnya." jawabku mantap. Mataku menatap Yasir dengan lekat, senyum tipis menghiasi bibirnya saat aku menyelesaikan kalimat."Lebih baik?" Ayah nampak berfikir."Ya ... Yasir bisa membuat Fio berhenti memikiran rasa sakit, dan dia bisa membuat Fio kembali bersemangat." ucapku mengingat akhir-akhir ini setelah melewati hari dengannya."Hanya itu?" tanya Ayah dengan sinis."Ya
Read more
Bab 59 - sorot Anitta
Sepanjang perjalanan kerumah, bibirku selalu tersenyum. Hati terasa ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran. Aku menoleh pada Yasir, memandanginya yang sedang fokus menatap jalan."Biasa saja dong lihatnya," ucapnya tanpa menoleh.Aku tertawa geli, lalu melempar pandang keluar jendela. Tangan Yasir tiba-tiba ada dikepala lalu mengacak-acak rambutku dengan gemas."Ish ... berantakan tahu," cebikku, namun suka.Yasir terkekeh lalu kembali fokus pada jalan.Ah ... kamu manis sekali sih Mas, berantakin aku secepatnya dong Mas. Ish!"Ehm ... senyum-senyum saja dari tadi, sudah tak sabar yah aku hallalkan?" godanya sambil menjawil pipiku, membuat wajah memanas. Kembali aku melempar pandang, menyembunyikan wajah yang sudah seperti kepiting saus padang ini. Setelah mengantarku sampai rumah, Yasir langsung memutar mobil. Seminggu kedepan Yasir kerja malam, dia ingin memejamkan matanya terlebih dahulu.
Read more
Bab 60 - Menikah.
Aku terpaku ditempat, mengamati gerakan Yasir saat menelisik gaun yang menurutku sangat biasa itu. Yasir menoleh, lalu memasang senyum diwajahnya."Aku terserah kamu saja Fi ... pakai apapun kamu pasti cantik." ucapnya dengan anggukan kepala."Begitukah?""Yap!" sahutnya seraya tersenyum.Aku menganggukan kepala, lalu kembali mengagumi kebaya dan gaun yang indah nan mempesonan ini. "Aish ... cantik-cantik sekali kalian." ucap kagum, sambil menyentuh patung manekin yang memakai gaun pengantin."Untuk ijab qobul, aku memakai yang ini saja ya. Bagaimana menurutmu?" ucapku sambil memamerkan kebaya cantik didepannya.Yasir berjalan mendekat, kemudian memperhatikan kebaya yang aku pilih."Maaf ... aku rasa dibagian ini terlalu rendah." ucapnya seraya menunjuk bagian atas kebaya."Bukankah tadi, kamu bilang terserah aku. Dan aku rasa gaun ini yang paling cantik," ucapku sambil mencocokan kebaya berwarna
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status