Semua Bab Karma Sang Penggoda: Bab 71 - Bab 80
175 Bab
Bab 71 - Bayangan Masa Lalu
"Sudah sana panggil Fiona, kita masak sama-sama, biar lebih akrab dan dia tidak canggung ada dirumah ini." lanjutnya sambil bangkit dari duduk, meninggalkan aku dengan rasa penasaran yang mengganjal dihati. Tercenung sendiri, mata beralih pada bingkai besar foto keluarga kami. Senyum tipis diwajah Ayah, terlihat muram dimataku. Pasti ... ada sesuatu yang disembunyikan oleh, Ibu. Aku bahkan baru tahu, fakta yang selama ini tersimpan rapi tanpa celah. Saat itu .., ketika aku sedang mencoba jas untuk acara pernikahan. Ibu menatapku sendu, dengan air mata yang menganak sungai. Kukira itu adalah suatu hal yang wajar, mengingat keinginan Ibu, untuk aku menikah sudah ada didepan mata. "Yas ..." lirih suara Ibu, ada rasa ragu saat dia ingin melontar kata. "Kenapa, Bu?" tanyaku sambil berjalan mendekatiny
Baca selengkapnya
Bagian 72 - Tersangka
Fiona membuka jendela kamar, angin malam langsung berhembus menerpa wajah cantiknya. Rambut hitam panjangnya dia biarkan terurai, terpaan angin membuat rambutnya menari-nari diudara.Sungguh, satu ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.Dari tatapan mata bening itu terlihat kosong, seolah menerawang jauh, entah apa yang tengah difikirkan oleh pemilik hatiku ini. Ingin bertanya, namun lidah ini begitu kelu. Untuk pertama kali dalam kebersamaan kami, aku melihatnya seperti ini."Sayang ..." ragu, aku bersuara.Fiona menoleh, dan melempar senyum termanisnya."Apa ada yang mengganggu, fikiranmu?" ucapku hati-hati.Fiona mendesah lelah, dan menggelengkan kepalanya."Kamu tidak nyaman tinggal disini?" lagi aku bertanya."Nyaman." ucapnya. "Ibumu, sungguh baik padaku. Aku sangat diperhatikan," Fiona bicara dengan tatapan yang entah kemana."Apa lagi Putri, dia sangat menghormatiku." sambungnya.
Baca selengkapnya
Bab 73 - Foto masalalu
Sepanjang perjalanan, tangan halus Fiona menggenggam jemariku, seolah memberikan aku ketenangan dan kekuatan. Jujur saja, aku sedikit gemetar mengingat kejadian itu. Entah apa motif dari pelaku, entah dia ingin merampokku atau bisa jadi ingin membunuhku.Dengan hati yang berdebar aku dan Fiona menuruni mobil, melangkah lebar mengikuti langkah dua Polisi tadi."Silahkan, Pak." Polisi dengan kumis tebal dan perut sedikit maju, menunjuk kursi didepan meja, yang penuh dengan berkas dan satu buah laptop."Agak jauh dari lokasi kejadian. Didepan pabrik terdapat cctv yang menangkap wajah tersangka tengah menembak pistol keudara saat warga berusaha mengejar pelaku. Ini dia Pak, mungkin Pak Yasir mengenal orang ini." Polisi mendekatkan layar 14inci didepanku, terlihat walau tidak terlalu jelas wajah penjahat yang sudah menyerangku."Plat mobil itu palsu, jadi kami tidak bisa melacaknya." jelas polisi, saat mempertegas gambar nomer plat mobil.
Baca selengkapnya
Bab 74 - Tabir.
Pov Ibu.Rasa cemas mendera jiwa, memikirkan nasib pernikahan Yasir.Untuk yang kedua kalinya dia gagal urusan percintaan. Dari cinta yang dia perjuangkan kandas ditengah jalan, hingga perjodohan yang batal begitu saja.Rasa bersalah kian menjadi, mengingat aku yang memaksanya untuk segera menikah dengan pilihanku. Harapku, semoga Yasir segera menemukan jodohnya.Akhir-akhir ini, aku perhatikan Yasir sering sekali pergi kerumah Mamang nya. Aku merasa ada hal besar yang dia sembunyikan. Setelah Yasir melajukan mobil ketempat kerja, aku memutuskan untuk kerumah Karim dan mencari informasi mengenai anak suamiku itu.Sudah cukup lama aku tak menyambangi rumah Adik iparku, banyak sekali perubahan menuju rumahnya. Termasuk jalan yang sudah teraspal rapih yang sebelumnya banyak lubang dan batu besar.Mobil berhenti dihalaman rumah berpagar bambu, cukup sederhana namun terlihat asri dan nyaman dipandang mata.
Baca selengkapnya
Bab 75 - Terungkap.
Sesak ....Dada bergemuruh dan ingin marah pada diri sendiri.Ragaku beranjak, membuka setiap laci yang ada dilemari. Mengeluarkan semua benda dengan hati yang berkecamuk, sampai manik menemukan benda yang aku cari.Album foto, dengan sampul yang sudah pudar warnanya. Satu demi satu kutoleh semua gambar yang ada didalamnya. Tangan berhenti tergerak, saat menemukan gambar aku dan Fiona dimasa lalu.Lagi ... air mataku meluncur bebas, tubuhku bergetar dengan bahu yang terguncang hebat. Kupandangi wajah lamaku yang begitu mirip dengan anak perempuanku itu. Hati menjerit, mengingat masalalu yang begitu berkubang dosa kenistaan.Yah ... dahulu, aku memang sehina itu.Hah ... kurasa, aku tidak pantas dipanggil Ibu olehnya. Ibu nama yang tega, meninggalkan anaknya demi pergi bersama selingkuhnya. Namun, apakah aku bersalah jika ingin bahagia dengan pilihanku sendiri? Meski jalan yang aku tempuh, memang tidak bisa dibenarkan.
Baca selengkapnya
Bab 76 - Curiga.
Pov Yasir.Belakangan ini aku mendapati tingkah aneh saat melihat Ibu, dia benar-benar kaget saat aku melihat gambar didalam foto. Aku pun tak kalah terkejut saat melihat foto itu. Gambarnya sungguh mirip dengan Fiona, tidak mungkin aku salah.Lalu jika ini memang sesuai dugaanku, dari mana Ibu mendapat foto ini. Aku yakin betul, gadis kecil didalam gambar ini adalah istriku. Fiona.Wajah Ibu semakin tegang saat melihat kedatangan Fiona. Isrtiku bahkan sangat perhatian, membawa susu nutrisi tulang untuk Ibu.Fiona menyunggingkan senyum manisnya, langkahnya semakin dekat menuju tempatku berdiri.Aku menoleh pada Ibu, yang wajahnya semakin terlihat pucat pasi. Ibu menggeleng lemah, sorotnya memancar harap padaku."Mas ..." sapa Fiona, langkahnya mendekati ranjang lalu menaruh gelas diatas nakas."Diminum Ibu, mumpung masih hangat." ucap Fiona pada Ibu."I-ya ... makasih, Fi." sahut Ibu, suaran
Baca selengkapnya
Bab 77 - Pov Yasir.
Pov Yasir.Perlahan jemari meraih album yang sampulnya sudah memudar. Menarik nafas lalu menghelanya dari mulut. Entahlah, ada rasa berdebar saat aku menyentuh album foto ini. Karna dari setiap banyaknya album, baru kali ini aku melihat yang sekusam ini sampulnya.Lembar demi lembar aku amati gambar didalamnya. Semua nampak biasa saja, tidak ada yang aneh. Hanya berisi foto jadul keluarga, gambar masa kecil aku dan Ridwan pun ada disini. Semua terlihat normal.Kutoleh wajah Ibu yang memandang lurus keluar jendela. Tak ada gairah disorot matanya, entah apa yang Ibu fikirkan. Aku kembali menekuni gambar, sampai bagian terakhir tidak ada yang mencurigakan.Eh ... apa ini.Alisku menaut dengan keras.Bukankah ini Fiona kecil, dia sedang dipeluk dengan seorang perempuan. Aku berfikir keras, sesekali mataku menelisik sosok yang ada disamping Fiona itu."Bukankah ini, Ibu ..." gumamku. Aku masih hapal betul wajah
Baca selengkapnya
Bab 78 - Pengakuan
"Gimana, Mas?" tanya Fiona setelah terdiam cukup lama."Ya ... temui saja, siapa tahu ada masalah penting," jawabku setenang mungkin.Biar bagaimana pun, Daniel itu masalalu Fiona. Tentu saja aku tidak nyaman dia datang menemui istriku."Suruh masuk kesini, atau diluar Mas?" Fiona bertanya lagi.Aku terdiam, menimbang ucapannya."Permisi ..." suara laki-laki terdengar dari luar. Aku dan Fiona refleks menoleh kesumber suara. Terlihat Daniel sudah ada di belakang Firman, mengangkat sebelah tangannya dengan senyum canggung."Eh ..." Fiona menatapku, rautnya jelas sekali merasa tak nyaman melihat kehadiran Daniel yang tiba-tiba. Aku mengangguk kearahnya, meyakinkan semua akan baik-baik saja."Masuk, Pak." ucapku pada Daniel.Daniel menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam ruangan.Fiona kembali duduk di kursinya, sedang aku dan Daniel duduk disofa dengan suasana yang cukup canggung.
Baca selengkapnya
Bab 79 - Ketahuan.
Suasana hening menyelimuti kami. Fiona terlihat lelah, tubuhnya bersandar di punggung jok mobil. Sesekali dia mengurut keningnya sendiri."Kenapa Fi?" tanyaku, menghapus sunyi. Fiona tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya."Mas ....""Iya sayang?" sahutku lembut."Besok kita pulang ke rumahku ya, Ayah mau pulang ke Desa." terang Fiona."Iya sayang, besok kita pulang." balasku sambil menggenggam tangannya. Fiona tersenyum tipis, dan menggeretkan jemarinya di tanganku.Sesampainya dirumah sudah ada Ibu dan Ridwan diruang televisi. Mereka tengah asik berbincang-bincang."Eh baru pulang, Yas?" sapa Ibu."Iya Bu ..." sahutku."Kak?" sapa Ridwan, sambil menganggukkan kepala pada Fiona."Eh iya, Wan. Putri mana?" tanya Fiona."Lagi dikamar, ngerjain tugas." jawab Ridwan. Fiona menganggukkan kepalanya.Setahuku, Putri memang masih melanjutkan studinya.
Baca selengkapnya
Bab 80- Pasrah.
"Mas ... aku tidak ingin memaksamu, namun kamu tahu sendirikan. Aku paling tidak suka dibohongi!" Fiona semakin curiga."Jangan sampai aku mencari tahu sendiri, dan pada akhirnya aku kecewa padamu. Aku yakin, hanya perempuan itu yang menyimpan foto ini." sambung Fiona dengan tegas, sorotnya masih saja menghujamku. Membuat aku semakin salah tingkah.Aku menaruh gambar diatas nakas, lalu meremas tangan yang mulai berasa dingin. Aku bingung harus berkata apa. Tatapan Fiona semakin mengintimidasi, baru kali ini aku melihatnya seserius ini.Apa aku harus berterus terang? Bagaimana nasib, Ibu. Fiona pasti membencinya."Mas. .. semua ini ada hubungannya dengan perempuan itu, bukan?" Fiona menudingku."Kamu mengenalnya?" lagi Fiona bertanya."Ada hubungan apa kamu sama perempuan itu?" cecarnya tak sabar.Fiona bahkan memanggil Ibu dengan sebutan perempuan itu. Sungguh tragis sekali.Bismillah ....
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status