All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 291 - Chapter 300
326 Chapters
KAMI BERTUNANGAN!!!
POV PARALIOSasha cantik malam ini. Andai aku bisa mengatakan hal itu padanya begitu keluar dari ruang tengah. Gaun yang kupilihkan sangat pas untuknya. Tidak ketat dan itu cukup aman untuk bayi kami. Tapi, mengapa ia selalu menundukkan kepala mulai awal acara hingga aku berbicara panjang lebar tentang permohonan maaf dan restu yang kuminta dari kedua orang tua kami?'Apa Sasha nggak senang? Apa dia nggak bahagia sama lamaranku? Apa dia masih marah sama aku?' Batinku. "Sha?" Panggilku.Dan ini kali pertama ia menatapku lalu pandangannya kembali menunduk."Aku datang ngelamar kamu. Aku minta maaf untuk semua salahku di masa lalu. Di depan keluarga kita, aku janji bakal jadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Lalu kita besarin anak kita bersama."Bukannya menjawab, Sasha hanya mengangguk sekali tanpa menatapku. Sebenarnya, itu membuat semua yang hadir menjadi bertanya-tanya. Ada apa lagi dengan Sasha? "Drey, lo kenapa?" Anjar berbisik lembut padanya. "Lo harusnya seneng P
Read more
Aku takut ditinggalkan kembali
Sepanjang perjalanan menuju rumah Kian, aku hanya berdiam diri sambil duduk di bangku mobil. Mataku sesekali memejam karena terasa aneh duduk bersebelahan dengan Rado yang sedari tadi tidak berbicara apapun. Hanya Kian dan Alfonso yang berbicara lirih membahas tentang usaha yang mereka berdua jalankan. Aku hanya ingin segera sampai rumah Kian karena di kehamilan delapan bulan ini membuatku tidak nyaman bepergian jauh. Beruntung Tante menyuruh sopir berhenti di sebuah mini market. Tanpa meminta bantuan siapapun pun dengan gaun yang masih kukenakan, aku menggeser pelan tubuh sambil memapah perut karena hendak ke kamar kecil. "Sha, gue bantu." "Makasih, Al." Tangannya menyentuh kedua lenganku begitu akan turun dari mobil yang sedikit tinggi ini. "Lo mau buang air?" Aku mengangguk tegas. Karena usia kehamilan yang sudah besar ini membuatku sering ke toilet. "Ayo, gue anter." Aku sedikit bingung dengan kebaikan Alfonso yang hanya mendapat tatapan datar nan dingin dari Kian. Ji
Read more
Syok terapi dari Rado
"Pagi, Sha. Nyenyak tidurnya?" Aku mengangguk kikuk pasalnya baru terbangun ketika matahari sudah tidak malu-malu menampakkan sinarnya. Ah... payah sekali aku ini. Baru hari pertama tinggal di rumah Ibunya Kian tapi justru memberi kesan buruk seperti perempuan tidak doyan pekerjaan rumah. "Maaf, Tante. Aku bangunnya kesiangan." Ucapku dengan perasaan bersalah. Beliau yang baru saja mengaduk segelas susu dengan satu orang asisten rumah tangga yang sedang memasak, tersenyum ke arahku. "Bagus itu." Mendengar beliau tidak mempermasalahkan jam bangun tidurku yang kelewat siang, aku merasa makin tidak enak. "Berarti Kian sukses desain kamarnya habis-habisan demi kamu. Dia ganti semua yang ada di kamarnya demi kenyamanan kamu. Malah dia bilang kalau kamu nggak kesiangan berarti dia gagal bikin kamu nyaman." Astaga... aku makin tidak enak. "Soalnya, waktu kamu opname, Kian dikasih tahu sama dokter yang periksa kalau kamu sering insomnia padahal lagi hamil. Akhirnya dia bertekad bikin k
Read more
Satu perhatian kecil yang besar
"Gimana caranya, Tante?" "Kamu coba sapa dia tiap hari. Tapi jangan sakit hati sama setiap ucapannya yang selalu menusuk hati. Kalau sama orang baru yang kebetulan dia kurang suka, Rado pasti ngomongnya nyelekit, Sha." Aku mengangguk paham sembari mengingat kejadian beberapa bulan lalu saat dia menemuiku di kota. "Dia juga sedikit lebih ketus. Nggak terbuka. Dan nggak pandai bersosialisasi." Tante mengangguk. "Kunci biar Rado luluh itu sebenarnya mudah, jangan terlalu nunjukin perasaan sayangmu ke Kian. Buat dia ngerasa seolah-olah kamu cuek sama kehadiran Kian jadi dia nggak merasa tersaingi sama siapapun." "Jadi itu alasan kenapa semalam Kian baru berani nganter aku ke kamar setelah Rado sama Tante?" Tante mengangguk. "Sampai kamu dititipin ke Alfonso waktu kita mampir turun ke mini market semalam. Rado senang karena Kian seolah-olah nikahin kamu demi anak kalian, bukan karena cintanya ke kamu. Sebenarnya ini adalah bagian dari drama yang Kian buat demi mengakurkan kamu sama R
Read more
Tawar menawar dengan Rado
"Senyum katamu?" Aku mengangguk dengan tetap memberikan satu senyum terbaik. "Hanya sebuah senyum, lalu kamu boleh masuk." "Siapa kamu nyuruh aku senyum heh?!" Sebenarnya aku lumayan takut menghadapi Rado yang tidak kukenal seperti apa perangainya. Aku takut jika ia merasa tertekan lalu melakukan hal yang membahayakanku dan janinku. "Aku... kakakmu lah, Do. Masak teman sekolah kamu sih?" Nada bicaraku kubuat seriang mungkin meski jantungku berdegub tidak karuan. "Kakak?" Dia mendengus tidak habis pikir lalu berdecih. "Cih... sok akrab!" "Rado... Rado... sebutan kakak itu apa selalu ditujukan sama saudara yang lebih tua? Nggak kan?! Sebutan kakak itu juga bisa diberikan sama orang yang baru dikenal. Kamu ih kurang piknik." "Urusanku! Sekarang kamu minggir!" "Aku jalan kesini tuh pake perjuangan loh. Hamil delapan bulan tuh berat dipakai jalan, lalu bukain kamu pintu tapi kamu kasih raut jutek. Ya aku nggak terimalah. Aku mau dikasih senyum seenggaknya." "Nggak ada! Minggir!" B
Read more
Bagai air dan minyak
"Rado, sarapan dulu yuk?" Hari ini aku sengaja menyapa Rado di kamarnya sekaligus memberitahu jika sarapan sudah siap disajikan. "Nggak usah sok baik." Ucapnya seraya membetulkan dasi seragamnya. "Mau aku bantu pasangkan?" "Jangan berani-berani dekati aku!" Dia berucap dengan nada awas nan tegas. Jika sudah begini aku tidak boleh melewati batas atau Rado bisa lebih marah padaku. Kebaikan yang belakangan ini kutunjukkan tidak membuahkan hasil sama sekali. Justru Rado terlihat makin tidak suka dan marah padaku. "Gimana, Sha?" Tanya Tante yang mendapatiku kembali ke dapur dengan wajah tanpa senyuman. "Rado kok susah dilunakin hatinya ya, Tan?" "Maaf ya, Sha. Tante yakin, Rado bakal luluh lihat kebaikan kamu tiap hari. Ini masih jalan beberapa hari aja, kan?!" Aku mengangguk lalu duduk di kursi meja makan, dan tidak lama kemudian Rado bergabung dengan penampilannya yang sudah segar dan tampan. "Ini susumu, Do." Aku mengangsurkan segelas susu coklat hangatnya. Dia meneriman
Read more
USG yang tidak membahagiakan
"Sha?" "Iya, Tante." Aku yang tengah memainkan game di ponsel sedikit terkejut karena tepukan halus di pundakku. Ternyata Tante memasuki kamar Kian tanpa kusadari. "Kian bilang mau ajak kamu USG." "Sekarang?" Tanyaku memastikan. "Iya, dia udah bikin janji sama dokter kandungan." Bagaimana aku tidak terheran-heran jika yang membuat janji bertemu dokter kandungan adalah Kian. Bukannya aku. "Jangan bengong. Dulu waktu Amanda hamil, Kian yang daftarin juga. Sekarang kamu yang hamil, dia juga yang daftarin." "I... iya, Tante." "Kian bilang, ada taksi online yang udah dia pesan buat kamu. Nanti kamu diturunin di gapura perumahan. Kondisinya nggak memungkinkan kalau kamu naik mobil Kian di depan rumah. Rado bisa ngamuk-ngamuk." Seulas senyum kusuguhkan karena aku tahu Tante sebenarnya tidak enak hati padaku, tapi bagaimana lagi. Sudah sepantasnya, aku yang 'waras' mengalah. "Taksinya sebentar lagi datang, Kian juga udah siap-siap berangkat." "Kok Kian nggak bilang sendiri ke aku,
Read more
Hanya ada dua pilihan
"Sha, mau makan apa?" Kian bertanya ketika kami perjalanan pulang ke rumah setelah USG. "Kian, boleh aku tanya?" "Apa?" Kali ini dia tidak lagi menggenggam tanganku seperti yang dia lakukan ketika berangkat ke klinik kandungan. Sungguh aku seperti hanya ditarik ulur olehnya. "Kenapa tadi kamu lebih banyak diem? Ada yang salah sama USG-nya?" Kian segera menepikan mobilnya ketika aku bertanya demikian. Rupanya ini adalah pembahasan yang cukup menyentil perasaannya. "Kamu perhatiin aku?" Aku mengangguk pelan tanpa melihat wajahnya. "Kamu mikir apa kalau boleh tahu?" "Aku seneng kamu akhirnya perhatian sama aku." Aku menoleh lalu mendapatinya sedang menatapku dengan senyum bahagianya. "Maksudnya?" "Aku sengaja pura-pura sedih biar aku tahu kamu perhatiin aku apa nggak." Siapa yang tidak kesal mendapati jawaban seperti itu? Reflek tanganku memukuli lengannya berulang kali hingga Kian tertawa terbahak-bahak sedang aku terus meluapkan amarah dan kekesalanku karena dikerjai oleh
Read more
PAMIT!
Tidak ada perubahan. Hubunganku dengan Rado justru makin memanas. Bahkan dengan terang-terangan di suatu sarapan, dia memakiku dengan kesal karena bersikap sok manis padanya. Padahal aku hanya menyiapkan susu coklat kesukaannya. "Jangan buatin aku susu coklat sama tangan burikmu itu!" Setelah menyiramkan susu coklat itu ke wajahku, dia membanting gelas kaca itu tepat di sisi kiri kakiku. Betapa tidak bergetar tubuhku karena diperlakukan dengan tidak baik oleh Rado. "Cukup Rado!" "Kenapa?! Mama mau ngaduin ini ke Mas Kian? Aduin aja! Atau aku bakal buat dia nangis darah!" Lalu pada suatu hari, ia mengunci pintu rumah ketika aku sedang menyiram tanaman di pagi hari. Kebetulan Tante sedang keluar dan jadilah aku menunggu di teras rumah hingga Tante datang siang hari. Padahal aku sangat lapar dan belum meminum vitamin dari dokter. Dan ujungnya dua hari yang lalu, ketika Rado mengambil semua pakaianku di jemuran lalu memasukkannya ke keranjang sampah. Kemudian mengikat ujung wadah
Read more
Maju dari perkiraan
Saat berjalan dengan membawa tas jinjing berisi pakaian saja, tiba-tiba kandunganku yang sudah mendekati hari perkiraan lahir bereaksi lain. Aku masih ingat jika perkiraan lahirnya masih minggu depan. Pikirku ini hanya kram biasa karena stres yang sedang kualami. Sedikit tertatih, aku memaksa terus berjalan pelan menuju sebuah pos penjagaan kompleks perumahan yang kosong. Syukurlah aku bisa mendudukkan diri disana sambil mengatur nafas dan hati yang carut marut. "Ya Tuhan, kuatkan aku. Aku mohon. Beri aku kekuatan menjalani ini bersama anakku." Ingin rasanya aku menangis tapi itu percuma karena aku tidak mau menoleh ke belakang meski Kian, Tante, bahkan kedua orang tuaku meneriakiku untuk kembali. Semua luka itu, aku lelah merasakannya. "Apa gue minta tolong Alfonso ya?" Gumamku dengan ringisan di bibir. Astaga, perutku mulai terasa sangat aneh dan jujur saja aku takut melahirkan saat perjalanan menuju kos Amelia. "Sakitnya kok begini ya? Aduh..." Kekhawatiranku makin menjad
Read more
PREV
1
...
282930313233
DMCA.com Protection Status