Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 281 - Bab 290
326 Bab
Keinginan dan Permintaan maaf
"Syarat yang gue minta bukan sesuatu yang besar untuk lo, Kian. Tapi ini besar buat gue.""Katakan. Apa yang kamu minta?" Ucapnya tanpa melepas tangan kiriku yang ia genggam dengan kedua tangannya. "Gue minta satu dari cabang toko aquascape lo jadi milik gue sepenuhnya. Lo nggak bakalan miskin cuma karena kehilangan satu toko itu buat gue. Calon istri lo."Kian, dia memiliki banyak toko cabang aquascape dan distro yang dijalankan bersama si tajir Alfonso. Aku tahu bagaimana uletnya seorang Alfonso mengatur keuangan dan menjalanlan bisnis agar tidak macet di tengah jalan. Dia putra seorang pebisnis dan darah itu mengalir dalam tubuhnya. Aku tidak heran jika Kian bisa semapan ini karena ia pandai menginvestasikan hartanya bersama Alfonso yang ulet."Gue nggak mau nggak punya uang kalau lo ninggalin gue sama anak gue. Karena lo udah ambil karir gue. Sampai sekarang gue masih belum percaya lo baik-baik ke gue, Kian. Gue masih takut, suatu saat ketika gue lemah lo buang gue.""Dan soal ja
Baca selengkapnya
Halangan baru
POV PARALIOAku lega hari ini Sasha telah diperbolehkan pulang. Kata dokter ia harus banyak istirahat dan tidak boleh beraktivitas terlalu berat apalagi stres.Semua pakaian yang akan dibawa pulang ia sendiri yang memasukkan. Katanya ia tidak mau menerima bantuanku yang dirasa memiliki maksud lain."Astaga Sha, aku serius ikhlas bantuin kamu.""Bagi gue nggak. Lo tetep kayak bunglon."Dan apa yang harus kulakukan selain menuruti kemauannya? Aku tidak mau ia tidak nyaman bersamaku."Aku cuma pengen kamu nggak capek biar anak kita tetep sehat.""Lo pikir gue jompo?!""Aku cuma mau bantuin, Sha.""Gue bilang nggak ya nggak! Lo punya telinga nggak sih?!"Baiklah jika nada bicara ibu hamil mulai meninggi, mungkin itu artinya aku harus mengalah. Dan kini jadilah aku menjadi penonton ketika ia membereskan baju-bajunya sendiri.Dia berubah menjadi Sasha yang mandiri, ketus, dan keras kepala. Wajar, karena aku sendiri yang membuatnya berubah seperti ini. Dan kini aku menyesal membuatnya beruba
Baca selengkapnya
Mengabaikan Rado
POV PARALIO Sepulang dari menonton film kesukaan Rado di bioskop, aku dan Mama melancarkan aksi untuk mengajaknya berbincang penuh kepengertian. Aku dan Mama sama-sama khawatir jika Rado tiba-tiba menolak kehadiran Sasha diantara kami. Bagi penderita attachment disorder seperti Rado, rasa ketidakpercayaan yang timbul pada orang lain sangatlah besar. Ia menganggap orang lain tidak layak dipercaya dan hanya membawa masalah dalam kehidupan keluarga kami. “Rado, sini dulu. Mas sama Mama mau bicara penting.” Sebelumnya aku telah memberi tahu Mama jika Rado sempat mengukir nama ‘Sasha’ dengan indah di sebuah kertas. Tapi ukiran indah itu berakhir menyedihkan ketika Rado memberinya warna merah darah dan gambar pisau menghunus di tengahnya. Jujur, aku takut Rado berbuat hal yang tidak kuinginkan seperti sedia kala. Berani menyakiti diri sendiri demi membuatku memilihnya dan meninggalkan tujuan awalku. Tapi masalahnya, Sasha dan anak kami adalah nyawa keduaku. Tanpa mereka aku tidak yakin
Baca selengkapnya
Berhasil kah?
POV PARALIO "Mama tahu kan, Sasha dan calon anak kami udah jadi bagian penting dalam hidupku. Tanpa mereka aku kosong, Ma. Tapi aku juga nggak bisa abai sama Rado. Dia adikku, saudaraku." "Mama minta maaf. Karena pertengkaran Mama dan Papamu, Rado jadi korban." "Lalu gambar nama Sasha yang diukir Rado, itu artinya apa?" "Deketin dia. Rayu dia sampai mau cerita. Cuma itu satu-satunya cara, Kian." Dan setelah malam itu aku benar-benar berusaha mendekati Rado dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Dia terus menjaga jarak denganku karena jawabannya tetap sama. Dia menolak kehadiran Sasha di rumah ini bahkan dalam susunan kartu keluarga kami. Akibat gangguan kelekatan itu, Rado tidak memiliki seorang teman. Meski Mama telah mengajaknya ke panti asuhan berkali-kali, nyatanya trauma yang terpatri cukup dalam ingatan Rado membuatnya tidak bisa berperilaku seperti pemuda pada umumnya. Dan kini di sebuah sore, aku baru saja datang dari kota. Tubuhku cukup lelah setelah digempur
Baca selengkapnya
Perasaan Rado untuk Sasha
POV PARALIO "Yang ini lebih bagus, Kian." "Aku suka warna peach, Ma. Sasha nggak cocok pake baju warna biru." "Kalau yang ini nanti perutnya nggak keliahatan buncit." "Yang peach aja, Ma. Buncit juga nggak masalah kan dia emang hamil." "Hah... ya udah lah. Mama capek ngasih kamu saran." Kini aku dan Mama sedang berada di salah satu butik ternama dengan agenda memilihkan gaun yang cantik untuk Sasha kenakan di malam pertunangan kami. Rencananya siang ini juga aku akan mengirimkan gaun ini ke alamat rumah orang tuanya. Kemungkinan esok lusa sudah sampai. Sekalian aku membeli baju batik untuk acara melamarnya. "Gimana Rado? Udah kamu bujuk?" Kini kami sudah di dalam mobil, perjalan ke kantor pos untuk mengirim gaun yang telah dibungkus rapi oleh penjualnya. "Udah, tapi dia nggak mau jawab mau nerima Sasha apa nggak." "Rado itu nggak bisa dipaksa. Semua butuh proses. Semakin kamu paksa, semakin dia nggak suka sama Sasha." "Ya, aku bakal rayu pelan-pelan." "Sasha? Dia udah
Baca selengkapnya
Bayangan Malam Pertama Rado
POV PARALIO"Ma, bisa bicara bentar?"Aku sengaja menunggu Mama di ruang tengah usai percakapannya dengan Rado. Bahkan aku menunggu hingga Rado sudah terlelap. Aku tidak mau ia mendengar obrolanku bersama Mama. "Kok belum tidur? Emang kamu nggak ngantuk?"Biasanya jam segini aku sudah tidur karena esok pagi harus kembali ke kota ketika hari masih petang. Mama duduk di sebelahku lalu menatap lekat wajahku. "Penting banget sampai kamu nggak bisa bilang ada apa?"Aku masih merangkai kata yang tepat sebelum menanyakan hal ini pada Mama. Lebih tepatnya aku tidak mau beliau tersinggung. "Ini soal Rado dan ... Sasha.""Kenapa emangnya?" "Maaf kalau aku nggak sengaja denger pembicaraan kalian di belakang tadi."Mama terkejut? Tentu saja tidak. Beliau begitu santai seperti sudah menduga hal ini akan terbongkar. "Oh... bagus kalau kamu denger. Mama jadi bisa sekalian jelasin semuanya.""Apa maksudnya, Ma? Kenapa Mama nyuruh Rado nikahin Sasha? Ada aku, Ma. Aku yang bakal tanggung jawab. Mi
Baca selengkapnya
Aku menunggu jawaban
POV PARALIO Kepalaku terasa ingin pecah. Memikirkan Sasha, Rado, dan pekerjaan. Hari ini bestek terpaksa harus kutangguhkan karena belum selesai. Entah pergi kemana konsentrasiku hingga aku tidak bisa bekerja dengan profesional. "Ada masalah apa sampai Pak Lio nggak bisa selesaikan deadline tepat waktu?" Pak Rudy, atasanku bertanya. "Maafkan saya, Pak. Saya akan selesaikan pengerjaannya dua hari lagi." "Jangan sampai meleset, atau customer marah-marah ke kantor. Nanti Pak Lio sendiri yang jelek namanya." Setelah memaksa otakku untuk bekerja cepat dan tepat dengan mengabaikan Sasha yang masih saja tidak mau membalas pesan atau telfonku, akhirnya aku menyerah. Kupikir aku terlalu memaksakan kehendak padanya padahal ia tidak menginginkannya. Juga, masalah tentang Rado. Aku biarkan adikku itu marah karena tidak jadi menikahi Sasha. Toh dia masih terlalu bau kencur untuk menikahi wanita hamil yang bukan darah dagingnya. Memangnya, Sasha dan anakku akan diberi makan apa? Rumah ta
Baca selengkapnya
Menebak isi hatimu
POV PARALIO "Gue pilih ... " Aku memasang wajah skeptis karena sudah pasti Sasha akan menjawab nama selain aku. Tapi kalau boleh jujur, aku sangat cemburu andai itu terjadi. "Siapa, Sha?" Tanya Alfonso. Aku berinisiatif menutup kedua telinga saja dari pada mendengar jawaban Sasha. Tapi Alfonso kembali menendang kakiku karena sifat payahku. "Kian." Seketika aku memasang wajah siaga dengan hati penuh kebahagiaan. Ibarat bunga setaman yang awalnya layu seketika bermekaran begitu indah. "Kian?" Tanya Alfonso memastikan. "Iya." "Kok Kian sih, Sha?!" Sungguh ingin kujitak kepala Alfonso karena berkata demikian. Kini giliran aku mendekat ke arah ponsel Alfonso karena ingin mendengar penjelasan Sasha lebih lanjut. "Ya harus gimana lagi? Kemanapun gue pergi dia pasti bakal nemuin gue. Sejauh apapun gue berusaha lepas darinya, pasti dia bikin ulah yang bikin gue balik deket lagi sama dia. Kadang gue heran, kenapa dia begitu beruntung sedang gue mesti ketiban apesnya." Dengan ce
Baca selengkapnya
Isi hatiku menjelang pertunangan
"Nggak Alfonso, nggak Kian, mereka sama-sama sia ---" Anjar langsung memasukkan potongan kue ke dalam mulutku. Kemudian dia tertawa seperti tidak melakukan kesalahan apapun. "Lo pikir gue kamb ---" Lagi, Anjar menutup mulutku dengan kue yang lain. "Lo kenapa sih, Njar?" "Lo yang kenapa, Drey? Dari tadi bawaannya pengen marah mulu sama Pak Lio. Inget kek ntar malam mau tunangan. Lagian ya orang hamil tuh harus banyak diemnya dari pada ngumpatnya. Biar anak lo nggak nakal setelah lahir." Nasehat Anjar ada benarnya dan aku menyesal. Beruntung sebelum kata-kata penuh umpatan itu terlontar Anjar sigap memasukkan potongan kue itu ke dalam mulutku. "Iya, kamu bener." "Lagian kenapa lo ambil pusing soal Pak Lio yang emang lagi sama Alfonso waktu telfon-telfonan? Kali aja dia kangen lo. Pengen tahu isi hati lo." "Gue menjauh juga karena dia, kalau dia nyadar sih." "Pak Lio sadar, Drey. Nih ya gue kasih tahu, selama ngantor dia balik ke mode sebelum ada lo. Diem dan nyeremin. Waktu a
Baca selengkapnya
Bukan pertunangan impian
Satu tas besar telah terisi beberapa pasang pakaian rumahan dan beberapa pakaian untuk keluar rumah. Amelia dan Anjar membantuku mengemasinya dengan memberi beragam nasehat yang menguatkan. Tetap saja senyumku tidak bisa terkembang kalau ingat sebentar lagi aku seperti akan masuk mulut harimau. Prsangka burukku pada Kian tidak lekang oleh waktu sama sekali. Seorang penatas rias baru saja datang ketika aku baru selesai mandi. Bagaimanapun kata Mama, aku harus cantik karena ini hari pertunanganku. Yeah, pertunangan dengan kondisi sudah hamil delapan bulan. Menyedihkan! "Sebenernya gue setuju diboyong Kian ke rumah Mamanya karena nggak tega sama Mama dan Ayah kalau tetangga sampai tahu gue hamil tapi belum nikah." "Wajar tetangga lo kepo, ini bukan kota gede. Orangnya nggak individualis." Ucap Amelia. "Udah, Drey. Semangat. Jangan sedih apa lagi nangis, tukang riasnya udah pulang. Nggak lucu make up lo luntur. Palingan bentar lagi Pak Lio sampai." Kali ini Anjar yang berbicara. A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
33
DMCA.com Protection Status