All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 31 - Chapter 40
326 Chapters
Pencuri hatiku
-Kamu bukan lah cinta pertamaku, tapi kamu yang membuat segalanya dalam hidupku berjalan dengan seimbang.- Audrey Belakangan ini Affar sering mengajakku pulang bersama ketika jam kantor telah usai. Imbasnya, aku harus sembunyi-sembunyi ketika akan menghampiri mobilnya yang terparkir tidak jauh dari kantor. Beginilah nasib backstreet loves. Aku tidak siap jika menjadi bahan gunjingan di kantor atau mendapat surat mutasi. Hubungan yang awalanya minim sentuhan fisik kini berubah sedikit 'nakal'. Sebenarnya hatiku menolak bersentuhan terlalu berlebihan dengan Affar. Namun sepertinya setan telah membutakan bisikan hatiku untuk lebih menjaga diri. Hebat sekali setan menenggelamkanku dalam linangan dosa. Sampai tidak menyadarinya. Sentuhan hangay itu harusnya kudapatkan dari seorang lelaki bergelar suami. Tapi aku mendapatkannya terlalu awal bersama orang yang keliru. Pergaulan dan kebodohanku menjadi awal dari kemalangan selanjutnya. "Meluk kamu bikin aku relax." Bisiknya. "Say
Read more
Menjadi bahan gunjingan
Kini, baik aku dan Affar sama-sama sudah nyaman satu sama lain. Kami selalu membicarakan hal-hal lucu mengundang gelak tawa demi mengusir sepanengnya otak karena beban kerja. Hubungan kami pun menjadi lebih akrab dengan berbagi sentuhan fisik yang seharusnya tidak boleh. Namun aku melanggarnya karena tergoda bujuk rayu setan. Bahkan demi menyenangkan hatiku, Affar rela memberiku beragam barang-barang mahal yang tidak mungkin kubeli dengan gaji satu atau dua bulan. Seperti tas, sepatu, setelan kerja, make up, dan rentetannya yang sanggup membuatku tersanjung setinggi tingginya. Dan hari ini Affar malah menyuruhku untuk mulai rajin perawatan ke salah satu skincare ternama milik sahabatnya. Tentu saja, Affar yang membiayai ini semua. Memiliki kekasih seperti Affar membuatku merasa melayang dan diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi aku tetap harus sadar diri agar tidak menjadi orang yang sombong. "Harus banget ya?" "Emang kamu nggak mau tampil cantik? Buat aku?" Kami sedang terh
Read more
Hadiah terbaik
Sikap teman-teman kos yang mulai cuek dan tidak suka dengan gaya hidupku yang baru pun kuabaikan saja. Toh aku tidak mengganggu hidup mereka sama sekali atau membutuhkan bantuan mereka. Lebih baik memfokuskan diri untuk mencintai dan menyenangkan Affar sebisaku. Dia lebih utama dari pada mendengar ucapan orang tentang diriku yang tidak akan ada habisnya. Hanya bisa membuat lelah batin. Apapun yang dilakukan seseorang tidak akan pernah benar dihadapan banyak orang. Itu adalah kenyataan! Dua hari ini aku bertemu Affar ketika kami berpapasan di lobby. Mungkin memang inilah yang dinamakan jodoh. Tatapannya setiap berpapasan denganku sangat berbeda. Seolah aku ini benar-benar spesial untuknya. "Morning." Ucapnya lirih ketika kami berpapasan di lobby. Ia berjalan sendiri, tanpa sekretaris atau staff kepercayaan yang biasa mengekorinya bak ular sanca. Dia berjalan dengan berwibawa menuju lift direksi. Bahkan aku tidak mengalihkan pandangan ini sedikit pun dari punggung tegapnya yang
Read more
Don't say love me
-Yang menjadikan hubungan ini indah adalah caramu memahami keadaan hubungan kita.- Audrey Affar mengambil perhiasan kecil nan berkilau itu dari kotak beludru merah. Aku hanya memandangnya takjub dengan perasaan amat sangat berbungah. Siapa yang tidak bahagia dihadiahi perhiasan secantik ini oleh pasangan terkasih. Yang bisa kutebak hanyalah bahwa harga perhiasan ini amatlah tidak murah. "You like it?" Tanyanya setelah melingkarkan perhiasan mewah itu di leherku. Aku meraba kalung yang terbuat dari emas putih ini dengan gandul berupa huruf A yang dikelilingi permata kasar yang indah. Saking indahnya mungkin wanita lain akan merasa iri karena melihatnya. Sudah pernah kukatakan bukan, jika Affar adalah pria dewasa yang sangat hangat dan tidak kaku. Ia sangat mengerti bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik dan sudah seharusnya aku bersyukur sedalam-dalamnya karena menjadi bagian penting dalam hidupnya. Walau hubungan kami seperti seorang raja dan calon selir barunya, siapa y
Read more
Aku, Affar, dan istrinya
-Semua hanya tinggal menunggu waktu. Begitu juga dengan pembalasan yang seharusnya didapatkan.- Audrey "Halo selamat siang dengan Audrey bagian keuangan." "Ini gue Mas Tyo. Yuk ke aula. Kita prepare duluan." "Oke mas." Mas Tyo menghubungiku untuk melaporkan rincian keuangan mega proyek jalan tol selama dua bulan ini. Setelah mengambil semua dokumen keuangan penting mega proyek, aku bergegas menuju aula. Bila membahas proyek ini, itu artinya Affar juga berada disana untuk mengecek semua kendala selama tim bekerja dan hal baru apa saja yang perlu diperhatikan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jalannya rapat nanti ketika mata kami bertemu. Ah... membayangkan senyum manisnya saja membuatku tidak fokus apa lagi menatap wibawa dan kebersahajaannya saat memimpin rapat. Affar sangat sempurna di mata gadis belia sepertiku. Sebenarnya laporan keuangan jalan tol ini dikerjakan olehku dan Nina, kami satu tim. Tapi karena satu hal, Nina tidak bisa hadir dan Mas Fajar yang menggantik
Read more
Sensitif karena usia
"Makan kamu aja boleh?" Siapa yang tidak mengerti arti lain dari bahasa itu. Sejak Affar melarangku untuk jatuh cinta lebih dulu selama kami menyelami pribadi masing-masing, ada semacam sekat dinding penghalang yang membuatku selalu berjarak dengannya. Berusaha merobohkannya sekuat tenaga namun tetao saja aku tidak merasa lepas saat bersamanya. Sebenarnya aku cukup khawatir jika sekat ini akan membuatku nampak tidak tulus mencintai Affar lalu ia pun ikut merasakannya lalu berimbas pada hubungan kami. Aku memukul pundak Affar karena masih sempat-sempatnya mengatakan hal intim di tengah lelah yang mendera tubuhnya. Mungkin memang begitulah gaya lepas Affar saat bersamaku. "Terserah kamu aja. Bilang sama Samsul biar dia nggak nyupir tanpa arah." Perintahnya lalu meletakkan kepalanya di pundakku. Aku memilih tempat makan yang pas untuk golongan manusia elit seperti Affar. Aku tidak mau dicap perempuan 'nggak modal' hanya karena tidak bisa membelikan Affar makan malam berkelas. "I
Read more
Diterbangkan, lalu dijatuhkan
"Aku bayar dulu ya." Ujarku lalu berdiri setelah makan malam kami tandas. Affar menahan tanganku. "Nggak ada ceritanya aku dibayarin kamu baby. Aku laki-laki bertanggung jawab." Affar membuka dompet mahalnya yang menampilkan deretan kartu debit, kredit, dan kartu penting lainnya yang hanya membuat kaum sederhana sepertiku melongo. Dia berasal dari keluarga kaya berpendidikan yang menjunjung tinggi harga diri dan martabat. "Kan aku yang traktir Far. Nggak apa-apa lah. Kayak sama siapa aja." "Nggak ada. Nggak ada ceritanya aku dibayarin cewek." Affar menyerahkan kartu kredit gold-nya padaku. "Pin-nya tanggal lahir kamu." Imbuhnya. Aku tergelak memandangi kartu kuning mengkilap itu. Pasti isinya juga sangat menyilaukan mata, hati, dan telinga. Dan lebih romantisnya, Affar mengubah pin-nya sesuai tanggal lahirku adalah sebuah perubahan hubungan yang membuatku yakin jika suatu saat nanti Affar akan mencintaiku. Walau tempo hari ia sempat tidak mengijinkan aku mencintainya. "Far ak
Read more
Siapa perempuan itu?
Perbincangan bersama Amelia beberapa hari lalu hanya kuanggap sebagai kekhawatiran semu. Wajar dia bersikap demikian mengingat jam terbang berpacarannya yang lebih tinggi dariku dan kami telah bersahabat lama. Tidak ada istilah sahabat sejati menikung kecuali dia hanya berpura-pura baik lalu menusuk dari belakang. Sejauh ini Amelia tulus bersahabat denganku tanpa berusaha mengambil kekasihku. Penilaiannya tentang perilaku Affar bisa diterima oleh logika. Tapi selama beberapa hari aku mengamatinya, Affar tidak menunjukkan gelagat aneh yang seakan-akan ingin memanfaatkanku. Bahkan dia tetap hangat dan penuh kedewasaan setiap memperlakukanku. Selalu mengirim pesan sayang dan perhatian. Akhirnya keraguanku menguap digantikan dengan keyakinan bahwa hubungan kami pasti berakhir bahagia di pelaminan. Aaah... Membayangkannya saja membuatku terlena dan senyum-senyum sendiri. Ada satu hal yang kutekankan pada Affar setelah makan malam kemarin. Bahwa aku tidak mau memasuki mobilnya lagi
Read more
Aku sayang kamu
Aku termenung dengan beragam pertanyaan tentang suara perempuan yang sempat terdengar saat kami dalam sambungan telfon. Perempuan mana yang tidak panas hatinya mendengar kekasihnya bersama wanita lain? Hanya bisa menerka tanpa bisa memastikan siapa perempuan itu tadi. Mau bertanya pun pada siapa? Tidak ada orang dekat Affar yang kukenal. Bodoh, aku hanya tahu sisi Affar yang manja dan lepas saat bersamaku. Bukan siapa sosok Affar yang sesungguhnya. Intensitas pertemuan kami yang tidak terjalin setiap hari tidak serta merta membuatku mengenal Affar dan ia yang tidak mengijinkanku mengenal dirinya lebih jauh. Saat bertemu, kami hanya membahas hal-hal menyenangkan agar tercipta rasa nyaman dan bahagia seperti yang ia harapkan. Lalu bagaimana dengan perasaanku? It means I know him nothing. Aku tidak tahu dimana rumahnya. Siapa istrinya dan bagaimana wajahnya. Apa masalah utama yang melanda bahtera rumah tangga mereka. Hingga bagaimana sosok keluarga besar Affar. Aku beralih menat
Read more
Senyum untuk Paralio
Setelah membayar sate, aku bergegas kembali ke mobil. Namun alangkah terkejutnya ketika mendapati Affar seperti ingin muntah dengan raut menahan yang tidak seperti biasa. Memaksa Affar memakan sate kambing bukanlah hal tepat ketika sedang sakit. Mungkin lebih baik membelikannya obat. Beruntung ada toko peracangan di seberang mobil Affar. Lalu aku membeli permen dan minuman manis untuk meredakan mualnya. Yang membuatku simpatik adalah bagaimana bisa ia menjaga diri dengan baik jika siapapun yang tinggal bersamanya di rumah tidak ikut menjaganya. Ah ... aku lupa, jika wanita yang bersamanya di rumah ikut menjaga Affar bukankah itu berbahaya untuk posisiku? Bila ada yg lebih perhatian bukankah Affar akan lari ke arahnya lalu melupakan aku? Oh tidak, lebih baik begini saja. Biar aku yang selalu ada untuknya dari pada wanita manapun itu. Setelah lebih baik ia menyandarkan diri dengan melirikku lemas. Ia ingin protes tapi lebih sayang dengan tenaganya. "Permisi, Pak, tujuan kita se
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status