All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 81 - Chapter 90
326 Chapters
Terima kasih pak
Untuk kesekian kalinya, aku melakukan kesalahan di depan Pak Lio secara tidak sengaja seperti awal masuk kerja. Kini dengan bodohnya aku mengulangi kesalahan yang sama."M...maksud saya tikus Alfonso pak."Pak Lio berlalu masuk ke dalam mobil dengan wajah datarnya, lalu aku mengikutinya setelah pagar tertutup dengan benar. Sepanjang perjalanan menuju mall, kami hanya ditemani audio mobil yang mengalunkan lagu-lagu Bahasa Inggris yang tidak banyak kukenal. Hanya satu yang familiar di telingaku, lagu milik Adele yang berjudul Set Fire.Pak Lio seperti biasa, fokus ke depan tanpa mengajakku berbicara. Pun aku tidak mengajaknya berbicara. Kami sama-sama terjebak dalam diam dan itu lebih baik. 'Maafin gue Njar, bukan maksud mau nikung lo dari belakang.' Batinku.Karena kenyataannya aku tidak bermaksud mengambil Pak Lio dari sisinya karena yang membawaku ke dalam pusara ini adalah Alfonso dan kekonyolannya. Jadi Alfonso lah yang patut disalahkan."Di parkiran berapa?" Tanyanya begitu mobil
Read more
83. Kenyataan tak terungkap
Aku merasa Anjar makin halu beberapa hari ini. Dia kerap memamerkan cerita cerita tentang kedekatannya dengan Pak Asmen alias Pak Lio. Setahuku, Pak Lio bukanlah lelaki gampangan yang mudah didekati karyawan kantor. Mungkin karena dia pernah merasakan pedihnya perceraian yang membuatnya lebih pilih-pilih soal pasangan hidup. Tidak hanya aku saja, beberapa rekan kerja lain juga tidak nyaman dengan cerita Anjar. Tapi mengapa Anjar melakukan ini? Apa dia tidak ingin disaingi oleh siapapun? Atau ingin memukul mundur siapapun perempuan yang berusaha mendekati Pak Lio?"Drey, bener nggak sih Anjar punya something sama Pak Asmen?" Tanya Nani saat kami makan siang berdua."Pak Lio maksudnya?"Dia mengang
Read more
84. Lelah jiwa raga
Setelah Pak Lio berangsur membaik dan bisa beraktivitas di kantor, ia tidak pernah lagi menghubungiku untuk meminta bantuan. Aku pun juga tidak menawarkan bantuan karena sudah tahu apa jawabannya.Entah mengapa ia demikian padahal aku berhutang nyawa dan jasa padanya. Tujuanku hanya satu, ingin membalas budi baiknya tanpa ada maksud yang lain. Tapi jika Pak Lio menolak aku juga tidak masalah, toh aku tidak akan bertambah sibuk dan memiliki waktu lebih banyak untuk diri sendiri. "Halo, dengan Audrey bagian keuangan." Ucapku sengau karena flu yang mendera. "Ini saya Pak Lio. Nanti jam sebelas kita ke lokasi proyek Grand Suite. Kamu siapkan seperti biasanya.""I.....iya pak."
Read more
85. Fobia perusak suasana
Seminggu kemudian...Alfonso mendadak menelfon, mengundangku ke acara anniversary pernikahan kedua orangtuanya. Aku enggan hadir karena tidak mengenal siapapun di sana. Aku sudah menolak tapi ia tetap memaksaku datang."Ayolah Audrey. Ada big surprise tengah malam nanti.""Gimana ya Al? Gue nggak bisa kayaknya.""Atau gue suruh sopir njemput Lo?""Eng..... enggak usah. Gue bisa datang sendiri." Spontanku."Naaah gitu dong. Lo udah janji datang lho ya?!""Al, gue -----"
Read more
86. Kedekatan pertama kami
Pak Lio berjalan lebih dulu, meninggalkanku yang hanya bisa berjalan tertatih dengan nafas memburu. Tanganku menekan tengah dada untuk membujuknya agar tidak seperti ini agar asupan oksigen menuju otak bisa membuatku lebih konsentrasi dan langkahku lebih tegap. Tapi nyatanya, fobia gelap ini merenggut jiwaku. Sedang tubuhku membutuhkan sandaran yang bisa membuatku kembali berani melawannya. Namun karena aku seorang diri, maka jalan terbaik adalah membiarkan fobia ini puas menguasaiku setelah itu aku akan melawannya sekuat tenaga. "Audrey, harusnya kamu ikuti saya bukan jongkok disini."Aku menengadahkan wajah yang sempat kututup dengan kedua telapak tangan, berharap Pak Lio mengerti fobia yang kurasakan bukannya menggerutuiku.
Read more
87. Apakah aku miliknya?
Rekan-rekan kerja banyak yang memutuskan menonton konser salah satu penyanyi internasional yang tengah naik daun, Ed Sheeran. Demi melihat sang idola, banyak yang rela merogoh saku dalam dalam untuk membeli tiket kelas VIP.Sedang aku memilih menghemat keuangan setelah Affar tidak lagi menyokong kehidupan tersierku. Ah, aku kembali ke wujud asal karena seyogyanya apa yang pernah kunikmati bersama Affar hanyalah ilusi yang melenakan.Bahagianya para rekan kerja yang akan menonton konser, bahkan ada yang rela pulang tengah malam dan esoknya menguap di kantor demi acara yang hanya akan diadakan sekali dalam beberapa tahun ke depan. Itu pun jika pihak Ed Sheeran masih melihat ada banyak peluang menguntungkan di Indonesia. Sebuah pesan beruntun membuyarkan anganku yang
Read more
88. Penuh perhatian hangat
"She is mine! Go!"Syukurlah, pria itu langsung pergi.Pak Lio berdiri di belakangku yang notabene ia jauh lebih tinggi dariku."Lihat ke depan Audrey. Gue akan jaga lo dari belakang." Ucapnya dekat telingaku sambil memegang kedua pundakku dari belakang.Jika diperlakukan seperti ini, aku hanya bisa mengangguk gugup dan berdebar. Bagaimanapun Pak Lio adalah sosok atasan tampan menawan penuh daya pikat di setiap sudut tubuhnya.Suasana berubah romantis saat lagu "Perfect" mengalun merdu dari bibir Ed Sheeran. Mereka yang berdiri dengan pasangan pun seakan merasa terbuai dengan saling berpelukan dengan menirukan lagu. Tidak mau kalah dengan yang memiliki
Read more
89. Jatuh cinta lagi
"Cieeee... Kasih perhatian terus. Pepet aja." Erick langsung mendapat jitakan dari Alfonso."Hai Audrey!!"Aku mendongak tapi pandangan Alfonso jatuh pada titik yang lain."Audrey?" Gumam Erick, Robert, dan Pak Lio."Haaaaii!!"Seorang perempuan datang dengan gaya cantiknya menghampiri kami. Mereka berpelukan secara bergantian."Kalian lihat konser kok nggak kabarin sih?""Lo aja pulangnya mendadak." Jawab Alfonso."Sorry." Jawabnya dengan puppy eyes.
Read more
90. Aku harus pergi
 "Barbeque party? Lo demen amat sih diundang Alfonso?" Tanya Amelia ketika aku tengah bersiap siap.  Tadi siang Alfonso menghubungiku jika ia mengundangku ke acara barbeque party bersama anggota club-nya. Awalnya aku enggan datang tapi dia kembali memohon untuk datang demi meramaikan acara.  "Gue diundang ya gue dateng. Gimana kalau lo ikut gue Mel?" Amelia menggeleng. "Nggak ah Drey, nggak ada yang kenal." Aku kembali mencari dress terbaik.  "Gue curiga sama Alfonso." Ucapnya sambil menggosok dagu. "Curiga apaan?"
Read more
91. Mendadak perhatian
Semalam, sesampainya di kos aku langsung masuk ke dalam selimut tanpa berganti baju. Rasa takut yang teramat masih membayangi dan tidak ada cara selain berhibernasi semalaman. Sampai aku tidak menghiraukan ponsel atau ketukan dari Amelia. Alasannya karena aku terlalu takut.               Pak Lio AsmenLo dimana?-panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab--panggilan tidak terjawab-Sasha?!!
Read more
PREV
1
...
7891011
...
33
DMCA.com Protection Status