Semua Bab WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri: Bab 21 - Bab 30
64 Bab
Tentang dulu
"Fahri!" akupun terperanjat ketika laki-laki itu adalah Fahri. Mantan karyawanku dulu sekaligus teman sekolah. Dia dulu kakak kelasku. "Loh! Kalian sudah saling kenal?" tanya Bang Ridho. "Iya, dulu aku mantan karyawannya," jawab Fahri tanpa malu. Kali ini justru aku yang tertunduk. Mungkin ada rasa segan karena dulu aku memecatnya hanya karena alasan sepele. "Oh, ya ... Apa kita jadi ketempat saudaramu itu?" Fahri bertanya pada Bang Ridho dan mengacuhkanku sekarang. "Tak perlu, tak perlu karena sekarang dia ada di sini!" "Oh, begitu, mana wanita itu, aku penasaran padanya. Bagaimana bisa suaminya main belakang sampai separah itu! Apa mungkin wanita itu banyak kekurangannya?"  Seketika raut wajahku memerah, sungguh aku malu sekali. Kenapa Bang Ridho menceritakan masalahku pada orang lain. Aku menatap tajam pada Bang Ridho, dia gelagapan tak bisa menghenti
Baca selengkapnya
Sambang Pesantren
Aku merutuki diri, kenapa Aira sampai hati membantah perkataanku hanya untuk bisa bersama adik tirinya. Apakah aku akan kehilangan Aira? Sungguh aku tak mampu membayangkan jika itu terjadi. "Sudahlah! Biarkan Aira di sini, toh aku juga Ayahnya dan ini rumah neneknya. Jangan egois kamu, Nun!" ucap Mas Wisnu meremas hatiku. Aku yakin dia melakukan ini ada maunya. "Maumu apa, Mas?" aku mengusap air mata yang dari tadi sudah mengenang di pelupuk mata. Mas Wisnu tersenyum penuh kelicikan, sudah kuduga kalau dia menginginkan sesuatu dariku. Haruskah aku turuti kemauannya. Aku pulang tanpa Aira, rasanya sedih sekali Aira menolak untuk ikut pulang, sepanjang perjalanan aku terus meneteskan air mata.  "Pak! Kita ke Pesantren Darul ulum, ya!"  "Baik, Non."  Aku putuskan untuk mampir ke Pon-Pes milik Fahri. Kebetulan memang jalannya s
Baca selengkapnya
Menuruti keinginan
"Percayalah, itu solusi terbaik, tak ada yang lebih berharga dari anak. Kasian Aira, dia hanya korban dari semua ini jangan buat dia menjadi tumbal yang kejam atas semua perbuatan Papanya yang tak bertangung jawab." itulah kata Fahri yang tengah benar-benar aku fikirkan. Memang banyak benarnya tapi, aku masih sedikit ragu, bukan apa cuma bagaimana kalau kukasih hati terus minta jantung.~~~~"Mas, antar Aira pulang, kita bicarakan semuanya. Bawa Lastri juga Ibu!" kutelfon Mas Wisnu untuk datang kerumah. Aku ingin secepatnya selesai."Apakah kamu sudah menentukan pilihan, Nun?!" tanya Mas Wisnu."Datang sajalah, nanti kita bicarakan disini!" kupertegas saja, aku yakin Mas Wisnu pasti sudah tahu bahwa keputusanku berpihak padanya. Menguntungkannya dan merasa berhasil meminta apa yang ia mau.Kuakhiri panggilannya, menghela nafas berlahan kemudian memilih duduk pada kursi ruang tamu."Non, ngga papa?" tanya Bik Uni yang melihat aku tengah memijit kening."Ngga papa, Bik. Aku baik-baik s
Baca selengkapnya
Resmi bercerai
"Bang, jadi antar aku kesidang terakhir kan?" kutelfon Bang Ridho pagi ini."Jadi dong, untuk adekku satu ini kenapa tidak?""Ya sudah, aku tunggu abang jemput!""Yaelah, manja bener ini yang sebentar lagi jadi janda!" "Apaan si, Bang? Ngledek aja. Udah buruan aku sudah siap!""Iya ... Iya ... Sabar Nona cantik."Aku tersenyum kemudian mematikan panggilan telfonnya. Aku masih berdiri mematung didepan cermin, melihat penampilan baruku yang lebih baik. Gamis lebar warna pink terjurai membalut tubuhku. Juga kupadukan dengan kerudung syar'i yang senada.'Ternyata terlihat cantik tak perlu dengan memamerkan bentuk tubuh.' aku bergumam mengangumi penampilanku kali ini.Tlakson berbunyi, itu pasti Bang Ridho. Dia enggan turun makanya lebih memilih mentlakson. Bikin telingga penging aja!"Ayo, Bang!" aku segera masuk kemobil, duduk tepat disamping kemudi.Bang Ridho bukannya menjawab atau melajukan mobilnya justru dia menatapku dengan pandangan aneh."Bang!" teriakku kali ini langsung menga
Baca selengkapnya
Dilema
Sialnya Bang Ridho mendengar hingga seketika menghentikan laju kendaraannya. Ah, aku jadi salah tingkah."Kenapa mau pergi saja? Padahal belum masuk!" Fahri mendekat dengan nafas ngos-ngosan."Noh, si JB yang nyuruh buat balik aja. Katanya kamu lagi ada tamu jadi ngga enak buat bertamu."Aku mendelik pada Bang Ridho, kenapa ia panggil aku dengan sebutan JB. Uh ... Kalau saja tak didepan Fahri, sudah aku lancarkan lagi cubitan pada pingangnya.Fahri terlihat mengkerutkan kening tapi setelah itu ia kembali normal, mungkin sedang berfikir apa itu JB."Jangan sungkan masuk saja, biar aku kenalkan pada mereka!" Fahri berucap. Namun entah kenapa aku benar-benar tak ingin bertemu dengan perempuan itu."Ya sudah, aku parkir dulu. Turun duluan noh si JB. Aku parkir mobil!" kembali Bang Ridho membuat aku kesal setengah mati.Aku turun dibukakan pintu oleh Fahri, dengan lembut aku merapikan gamisku yang sempat kusut terduduki, Fahri terdiam, menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala, aku ben
Baca selengkapnya
Lamaran
PoV RidhoAku benar-benar kasian dengan Ainun, dia adik sepupuku satu-satunya yang dekat denganku. Ia anak dari adik Ibuku. Perangainya lembut dan juga sangat optimis dalam menekuni sesuatu. Terbukti selama tujuh tahun membangun usaha rumah makan, ia berhasil mengembangkan puluan cabang yang tersebar di Jabodetabek bahkan kabarnya sudah merambah sampai ke Bandung.Sayangnya, suaminya --Wisnu--sangat berbanding terbalik kelakuannya. Dia laki-laki pas-pasan yang suka tebar pesona pada setiap wanita. Ingin rasanya aku bicara pada Ainun, tapi ... Apa mungkin percaya jika aku katakan tanpa dia lihat sendiri?Beruntung tak lama, Ainun tiba-tiba menelfon. Bilang jika aku untuk memergoki Wisnu yang tengah makan siang bersama sekretarisku. Sejak saat itu, aku dukung penuh ia untuk bercerai, terlebih setelah Wina terbongkar ternyata banyak wanita lain yang juga korban dari Wisnu, bahkan sudah sampai menikah dan punya anak.Kasian Ainun. Kepercayaannya ia nodai hingga menimbulkan trauma bahkan s
Baca selengkapnya
Tak ada habisnya
"Ayu hamil oleh Pak Wisnu, Bu."Apa! Aku membelalakan mata, benar-benar Mas Wisnu itu PK penjahat kel@min! Sungguh tak tau malu banget Mas Wisnu. Bisa-bisanya makan adik iparnya juga sampai hamil. Uh ... Dasar laki-laki ngga bisa lihat yang bening sedikit."Wah ... Mas Wisnu benar-benar biadab! Untung sekarang dia bukan lagi suamiku. Kalau masih sudah kujadikan ulekan itu burungnya!" Soni terkekeh."Ibu bisa ngelucu juga." Ngelucu, dia bilang aku sedang ngelucu? Yang benar saja!"Lah ini serius, aku ngga sedang ngelucu, Son!""Hee ... Maaf, Bu. Habis ibu lucu sih masa itunya Pak Wisnu di jadikan ulekan, kalau ngga lagi tegang ngga bisa dong, Bu!"Iya juga ya? Ah ... Soni bikin pikiranku beterbangan kemana-mana."Hahaha ... Iya juga. Ya sudah ngga usah bayangin kemana-mana! Sebentar aku ganti baju, kita langsung kerumah makan!""Baik, Bu."Soni memang pelayan yang setia, sikapnya yang jujur itulah yang membuat aku suka padanya. Jarang orang di kasih kepercayaan, bisa memegangnya deng
Baca selengkapnya
Mencari gaun pengantin
"Sungguh, Bang? Kok rasanya aku tak percaya ya ... Abang sama Ning Ria!" aku memasang wajah mengejek."Terserah kamu, Nun. Kalau ngga percaya juga ngga papa. Sebenarnya aku kesini juga mau ngajak kamu menenin dia milih baju pengantin. Tapi sepertinya ...." Bang Ridho mengantung ucapannya. Ia ternyata sensitif banget kalau tentang rasa."Hee ... Maaf! Aku sebenarnya cuma penasaran bagaimana sebenarnya awal mula Abang sama Ning Ria, diejek dikit aja udah wafer lu, Bang!""Baper kali!" "Ya itu maksudnya, aku sengaja biar Abang benerin. Eh, tadi apa? Abang mau ajak aku buat pilih baju pengantin?""Iya, makanya aku kesini, emang kamu pikir aku kesini hanya untuk numpang makan saja!"Aku nyengir kuda, memang ngga biasanya Bang Ridho begini kalau ngga ada yang penting."Kamu mau aku pilihkan tempat diseiner baju pengantin?" tanyaku."Bukan, kalau tempat itu aku serahkan sama calon istriku, karena pasti ia lebih tahu.""Terus?""Ya ... Sengaja aku ajak kamu biar tak timbul fitnah. Ngga enak
Baca selengkapnya
Menyindir
[Aku sengaja pilih gaun yang mahal, biar bangkrut sekalian, sungguh aku tak ingin menikah dengannya.][Wah ... Kamu, Ri. Kenapa di terima kalau sebenarnya tak mau!][Entahlah, pokonya aku ingin buat dia menyesal telah memilihku! Akan aku permalukan dia karena telah lancang melamarku tanpa meminta izin terlebih dahulu.]WA yang sempat kubaca dari gawai Ning Ria membuatku terkejut. Ternyata dia ... Ah! Wanita cantik tapi ternyata busuk hati.Aku tak akan biarkan ini semua terjadi, kasian Bang Ridho, namun kalau Ning Ria berfikir Bang Ridho akan mundur karena permintaan mahalnya, itu semua tak akan terjadi. Akan aku pastikan kalaupun Ning Ria meminta istana, Bang Ridho akan sanggup memenuhi, hingga Ning Ria sendirilah yang akan malu.Tak lama Ning Ria kembali datang untuk mengambil HP, mungkin tadi reflek dan gugup ketika seorang pelayan memanggilnya."Maaf, Mbak. Aku masuk lagi!" pamitnya kembali yang aku jawab hanya dengan senyuman. Biarlah aku pura-pura tak tahu jika dia berniat untuk
Baca selengkapnya
Keputusan
PoV FahriSudah beberapa kali aku salat istiharah, namun entah kenapa, dalam mimpi yang kutemui bukan Ning Ria. Mungkinkah ini petunjuk jika dia bukan yang terbaik untukku? Lantas siapa wanita yang hadir dalam mimpiku, gadis berkerudung ungu yang selalu kulihat hanya punggungnya saja. Aku sangat yakin dia bukan Ning Ria, atau ... Ah! Mana mungkin?"Maaf, Dek. Sepertinya aku belum bisa untuk melamarmu!" kutelfon Ning Ria, yang langsung menanyakan kapan kedatanganku untuk melamarnya."Kenapa, Ustad? Apa alasannya?" tanyanya, sungguh aku tak tega mengatakannya."Karena saya sudah coba untuk melakukan salat istiharah, namun nyatanya Adek tak pernah hadir ..."Belum selesai aku berkata, sudah kudengar isakan kecil. Sungguh aku makin kalut dibuatnya."Bukankah yang Adek lakukan juga sama? Saya tak datang dalam mimpimu, Dek! Mungkin akan datang jodoh terbaik untukmu, Dek."Terdiam, hening ... Tak ada suara apapun yang terdengar. Sungguh aku dilema, walau memang aku belum terlalu menaruh hati
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status