All Chapters of Terjebak Cinta Saudara: Chapter 71 - Chapter 80
155 Chapters
Egois
“Mama Ivi.”Angel—kakak Kenan, pagi itu datang mengunjungi kediaman Evangeline untuk menjenguk Kalandra. Meski Angelica adalah putri dari mendiang adik Devan, tapi gadis yang tumbuh bergelimang kasih sayang itu memanggil Evangeline dan Devan dengan sebutan mama dan Papa, serta menganggap Kalandra adalah adiknya sendiri seperti Kenan.“Ica, kamu sudah pulang. Kata mamamu kamu pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.” Evangeline terlihat senang melihat gadis itu, lantas memberikan pelukan untuk Angel.“Baru semalam pulang, lalu mendengar kabar tentang Kalandra, hingga pagi ini memutuskan ke sini sebelum ke kantor,” ucap Angel menjelaskan.“Di mana Al?” tanya Angel kemudian.“Dia di kamarnya, naiklah jika ingin bertemu,” jawab Evangeline.Angel menganggukkan kepala, kemudian minta izin untuk melihat kondisi Kalandra.Angel mengetuk pintu, kemudian membuka dan melongok ke dalam. Dia melihat Kalandra yang berdiri di dekat pintu balkon, kaki pemuda itu tampaknya sudah sembuh.“Al, boleh aku
Read more
Keputusan terbaik
“Man, apa kamu pikir apa yang aku lakukan sudah benar?” tanya Kenan ke Amanda.Entah kenapa hari itu dirinya merasa gelisah, hingga akhirnya mengajak Amanda bicara berdua setelah praktek untuk bisa sekadar melegakan hatinya,Kenan sendiri mulai nyaman dengan keberadaan Amanda karena keduanya adalah tim yang membantu Naraya agar bisa mandiri. Sikap perhatian Amanda dan juga kesabaran gadis itu, membuat Kenan senang berada di sisi Amanda.“Aku tahu Anda melakukan semua ini demi Naraya, tapi mungkin kita sebenarnya tidak memahami perasaannya, dengan menuruti pemintaannya. Padahal kita tahu kalau sebenarnya dia sangat menderita dengan keputusan yang dibuat,” ujar Amanda panjang lebar.Kenan menatap Amanda, melihat sekali lagi sikap dewasa dari gadis di hadapannya itu. Dia lantas mengingat bagaimana Naraya selama beberapa hari ini, gadis itu terlihat tenang dan bahagia, tapi sebenarnya menderita. Kenan sering melihat Naraya melamun, tak
Read more
Membohongi
Kalandra tiba-tiba berlari keluar dari kamar dengan terburu-buru. Dia hanya mengenakan kemeja berwarna navy dan ponsel juga kunci mobil di tangan.“Al, kamu mau ke mana?” tanya Evangeline ketika melihat putranya menuruni anak tangga dengan cepat.“Aku harus memperbaiki sesuatu, Ma.” Tanpa berhenti, Kalandra menjawab pertanyaan sang mama sambil setengah berlari keluar dari rumah.Evangeline panik melihat putranya pergi, sedangkan baru saja sembuh setelah masa pemulihan pasca kecelakaan.“Al! Kamu mau ke mana?” Evangeline mengejar, tapi terlambat karena Kalandra sudah mengemudikan mobil meninggalkan halaman rumah.Wanita itu cemas, kenapa setelah mendapatkan panggilan dari Kenan, putranya pergi dari rumah dengan terburu-buru. Dia pun memilih pergi ke kamar Kalandra, mengambil ponselnya untuk menanyakan apa yang dibicarakan Kenan kepada Kalandra.**Kalandra melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan trauma atau keselamatannya, karena saat ini yang ada di pikirannya bis
Read more
Kembali bersama
“Apa tidak apa-apa seperti ini? Bagaimana jika Naraya menunggu kita pulang?”Kenan dan Amanda sudah selesai bertugas di rumah sakit, tapi mereka tidak langsung pulang dan memilih pergi ke kafe.“Kalandra saat ini pasti sudah sampai di sana, jika kita pulang, aku takutnya mengganggu mereka,” ujar Kenan, sebelum kemudian menyesap kopi yang dipesannya.Amanda terdiam kemudian mengangguk paham. Dia salut kepada Kenan yang mampu melawan ego demi kebahagiaan orang lain. Kenan adalah sosok sempurna yang didamba para gadis.“Kenapa kamu melamun?” tanya Kenan karena Amanda terus menatapnya.Amanda tersadar dari lamunan, lantas tersenyum canggung dan memilih menyesap kopi miliknya.**Kalandra sampai di kota tempat tinggal Naraya saat sore hari. Begitu sampai di alamat Apartemen yang Kenan kirimkan lewat pesan chat, Kalandra berlarian menuju lift hingga keluar dari lift karena ingin segera bertemu dengan Nara
Read more
Dikira depresi
Kalandra sesekali mengecup pucuk kepala Naraya. Mereka kini duduk di sofa dan Kalandra memeluk Naraya dari belakang, seolah tidak ingin melepas karena takut kehilangan.“Maaf jika aku egois hingga akhirnya membuatmu seperti ini, Ra.” Kalandra kembali mencium pucuk kepala Naraya setelah mengucapkan kalimat itu.“Jangan membahas itu lagi, Al. Aku benar-benar sudah tidak mempermasalahkan, ini yang aku takutkan darimu. Aku tidak ingin menjadi bebanmu karena rasa bersalah itu,” ujar Naraya sambil merasakan pelukan hangat pemuda itu.Kalandra akhirnya tidak membahas lagi masalah itu, tapi pikirannya juga masih terbayang-bayang saat Kenan mencium Naraya.“Tapi, bagaimana bisa kamu berciuman dengan Kenan agar membuatku salah paham?” tanya Kalandra penasaran dan juga cemburu.Naraya tersenyum mendengar pertanyaan Kalandra. Dia bangun dari pelukan pemuda itu, menyentuh lengan Kalandra dan meraba hingga ke wajah pemuda itu.Kalandra terus menatap, kini ada rasa menyesal karena Naraya tidak bisa
Read more
Berbaikan
Uap panas yang masih mengepul di udara, menggeliti hidung yang menghidu aroma khas dari minuman berwarna hitam itu.“Kopi.” Kenan menyodorkan secangkir kopi ke Kalandra.Kenan menghampiri Kalandra yang berdiri di balkon, kakak sepupunya itu baru saja selesai menerima panggilan.“Terima kasih,” ucap Kalandra sambil menerima cangkir kopi yang diberikan Kenan.Keduanya berdiri menatap hamparan kota yang bermandikan cahaya. Sesekali meniup uap panas yang masih mengepul, lantas menyesap kopi hitam pekat itu.Tidak ada pembahasan di antara keduanya. Mungkin karena mereka terlalu lama saling mendiamkan dan tidak pernah bertegur sapa.“Terima kasih,” ucap Kalandra tanpa menatap Kenan.“Kamu sudah mengucapkannya tadi,” balas Kenan, kemudian kembali menyesap kopinya.Kalandra tersenyum getir, menebak apakah Kenan benar-benar tidak tahu untuk apa dirinya berterima kasih, atau hanya berpura-pura tidak tahu untuk memancingnya bicara lebih banyak.“Kamu pasti tahu untuk apa aku berterima kasih, jad
Read more
Akan menerima
“Aku akan mencarikan donor mata untukmu.”Setelah kembali bersama, Kalandra mengajak kembali Naraya ke apartemen yang disewanya.Naraya tersenyum mendengar ucapan Kalandra, tangannya meraba hingga kemudian menggenggam telapak tangan kekasihnya itu.“Maaf, jadi harus merepotkanmu dengan kondisiku,” ucap Naraya. Dia merasa sudah menjadi beban banyak orang.Kalandra menggenggam erat tangan Naraya, mengangkat dan mendekatkan ke bibir, sebelum kemudian mengecup punggung tangan dengan lembut.“Jangan meminta maaf atau berterima kasih. Kamu lupa jika aku sudah melamarmu dan berjanji akan menikahimu? Bagaimanapun kondisimu, aku akan menerimanya,” ujar Kalandra. Dia lantas menatap jari manis Naraya yang masih memakai cincin pemberiannya.Naraya mengangguk-angguk, saat ini dirinya ingin sekali bisa melihat bagaimana senyum kekasihnya itu. Naraya mengulurkan tangan, menyentuh kedua pipi Kalandra, lantas meraba hidung, mata, dan bibir pemuda itu.“Aku sangat ingin melihat senyummu, tapi sayangnya
Read more
Mencari Naraya
Sofi gelisah karena Naraya tidak ada kabar, bahkan sekadar mengunjunginya pun tidak saat di rumah sakit maupun sekarang saat sudah di rumah.Wanita itu takut jika sampai Naraya melupakan dan lepas dari tangannya. Dia sampai saat ini tidak sadar jika telah egois dan selama ini membuat Naraya menderita.“Aku tidak bisa diam saja jika Naraya mengabaikan dan melupakanku,” gumam Sofi dengan rasa takut.Wanita itu akhirnya memilih pergi dari rumah, hendak mencari Naraya di apartemen tempat Kalandra tinggal.Sofi pergi ke apartemen tempat Naraya tinggal menggunakan bis. Dia berjalan menggunakan bantuan tongkat, melangkah dengan perlahan menuju gedung tinggi itu.“Maaf, apa saya bisa minta nomor unit Kalandra?” tanya Sofi saat berada di depan bagian resepsionis.“Boleh saya tahu, Anda siapanya?” tanya resepsionis yang tidak langsung memberikan jawaban.Sofi memutar otak, dirinya harus bisa mendapatkan nomor unit apartemen Kalandra tanpa dicurigai.“Jadi gini, anak saya bekerja di unit itu seb
Read more
Hanya dimanfaatkan
Naraya sangat terkejut mendengar suara Sofi, hingga dia mencengkram erat kemeja yang dikenakan Kalandra. Entah kenapa takut jika Sofi memaksanya ikut.“Na, apa yang terjadi denganmu?” tanya Sofi sambil mengulurkan tangan ingin menyentuh Naraya.Kalandra langsung menepis tangan Sofi, tidak akan membiarkan wanita yang tidak pernah menyayangi dan hanya memanfaatkan Naraya saja itu, menyentuh atau membujuk Naraya untuk ikut.“Lebih baik kamu pergi dari sini. Anira sudah tenang tinggal bersamaku, jadi jangan pernah mengganggunya lagi,” ujar Kalandra sambil mengusir Sofi.“Tapi aku ibunya!” Sofi tidak terima karena diusir.Naraya merapatkan tubuh ke Kalandra, seolah meminta perlindungan pemuda itu.“Kamu ibunya tapi hanya memanfaatkannya saja! Kamu pikir aku tidak tahu dengan semua yang kamu lakukan kepadanya selama ini? Kamu hanya memanfaatkannya atas dasar rasa bersalahnya! Kamu hanya ingin dia berada di sampingmu, tanpa mau mengerti penderitaannya. Kamu menjadikannya budak, bukan anak!”
Read more
Permainan Nayla 21+
“Bagaimana?” tanya Nayla begitu menjelaskan penawaran yang diinginkan.Hardi terlihat berpikir, hingga rasa kesalnya terhadap Naraya yang menolaknya, membuat pria itu mengangguk dan menerima penawaran Nayla.Nayla tersenyum miring, kini rencananya membuat Naraya jatuh tinggal satu langkah lagi.Tanpa Nayla sadar, Hardi sudah mendekat ke arahnya, kemudian merengkuh pinggang Nayla tanpa permisi.Nayla terkejut dan saat itu dirinya sudah dalam pelukan Hardi, pria tua yang haus akan buaian dan sentuhan gadis muda.“Sebelum aku melakukan kesepakatan kita, kamu harus melayaniku, bagaimana?” Hardi bicara sambil mengapit dagu Nayla.“Brengsek, dia memang begitu licik dan selalu memanfaatkan kesempatan. Tapi, aku juga bisa mendapatkan uang banyak darinya,” gumam Nayla dalam hati.Wanita itu memainkan jari di dada Hardi, sebelum kemudian sedikit mendongakkan wajah hingga begitu dekat dengan pria itu.“Asal Anda membayarku dengan layak, maka aku akan memuaskan Anda. Bahkan kalau perlu berulang-u
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status