All Chapters of Pesona sang Biduan: Chapter 21 - Chapter 30
63 Chapters
Tiara dan Frida mencari informasi
"Ada masalah apa sih di cafe tempatmu bekerja?"Karena desakan dari Frida, akhirnya Tiara buka mulut, lalu menceritakan semua kejadian yang di alaminya di cafe, pembicaraannya dengan pak Gilbert sampai dengan fitnah yang di alaminya sehingga membuatnya dalam posisi sulit.Frida yang mendengarnya melongo, begitu rumit 'kah situasi di cafe d'Arts yang sebesar itu."Baik Tiara, kalau itu yang menjadi masalah kamu sekarang maka, jalan keluarnya adalah mencari tahu terlebih dulu siapa penebar fitnah ke kamu."Mendengar apa yang di katakan Frida membuat Tiara merasakan sedikit kelegaan dalam hatinya, sepertinya perkataan sahabatnya itu ada baiknya juga."Frida, bantu aku ya, cari tahu siapa mereka?""Iya, tenang saja, aku 'kan sahabat kamu, aku pasti bantu kok."Tiara dan Frida beralih ke sebuah diskotik, mereka urung kerumah Frida yang awalnya adalah rencana Tiara untuk mengulik informasi tentang Erick dan Gilbert dari mamanya Frida.
Read more
Tiara dan cafe d'Arts. l
Setelah mendapatkan sedikit pembuka informasi tentang Gilbert, pencarian informasi selanjutnya Tiara dan Frida adalah Erick.Namun sebelum melanjutkan pencarian informasinya, kali ini Tiara harus menghadapi masalahnya di cafe, masalah isu atas dirinya yang menghasut rekan kerjanya melakukan demo kepada manajemen cafe."Frida, rencana kita tunda dulu ya, aku harus memberi jawaban dan pembuktian dulu kepada Erick dan Gilbert.""Jawaban apa, pembuktian apa?, Tiara!" memangnya kamu ada masalah apa di cafe?""Saya di tuduh menghasut karyawan-karyawan di cafe untuk melakukan demo menentang manajemen cafe.""Serius Ra?" tanya Frida seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan Tiara."Iya, aku serius, tapi kamu jangan khawatir, aku enggak apa-apa 'kok, saya tidak bersalah, saya tidak melakukan itu semua, dan akan menjawab semua tuduhan itu."Tiara sudah beberapa hari tidak ke cafe bernyanyi di karenakan ia mendapatkan skors atas tuduhan itu, sambil men
Read more
Pertemuan Tiara dan Erick. I
"Frida besok aku mau ketemu sama pak Erik, jadi bagaimana 'nih dengan penyelidikan kita," tanya Tiara melalui pesan singkat kepada Frida."Mencari informasi terkait Erick saya rasa tidak perlu," jawab Frida tampak yakin"Lah kenapa?, Frida maksud kamu kita tidak butuh informasi tentang Erick?" tanya Tiara penasaran dengan Frida."Sekarang, kamu sampaikan kepada dia yang sebenarnya, dia orangnya baik 'kok, semalam Mama berbicara banyak tentang Erick.""Oh ya!?" Tiara nampak tertarik dengan apa yang diceritakan Frida."Kata Mama, Erick dan keluarganya tidak mungkin melakukan hal semacam itu, ingin mengambil alih kepemilikan cafe dengan sepihak, kalaupun ia melakukannya hal itu wajar saja, mengingat kepemilikannya atas cafe d'Arts sebanyak tujuh puluh persen.""Dan yang perlu kamu tahu keluarganya punya banyak perusahaan bukan hanya cafe itu, melepas kepemilikan cafe, tidak sedikitpun mengurangi harta keluarga mereka.""Jadi Frida?" tany
Read more
Menguak kebenaran
Suasana tegang masih menyelimuti wajah Tiara, namun tidak demikian dengan Erick ia membawanya terlihat santai saja. "Tiara kalau kamu tidak melakukan hal itu, jawabanmu nantinya tidak akan mempengaruhi posisi kamu di cafe, percaya sama aku," ucap Erick meyakinkan Tiara. Tiara masih terdiam menunduk, tidak berani menatap Erick di hadapannya, kemudian dengan sedikit terbata-bata ia memberikan jawabannya. "Bapak harus percaya dengan saya kalau saya tidak pernah melakukan itu, saya bekerja di cafe bernyanyi setelah itu saya langsung pulang kerumah, saya tidak ada waktu untuk hal semacam itu," jawab Tiara meyakinkan Erick. "Apakah jawaban kamu bisa saya percaya?" tanya Erick melirik ke arah Tiara dengan tatapan yang seperti meminta sebuah kejujuran. "Iya pak, saya sudah berkata jujur, dan tidak melakukan apa yang di tuduhkan." Erick tampak mengernyitkan keningnya ia mencoba berpikir dan menelaah atas apa yang dikatakan Tiara. "Tiara
Read more
Tiara yang di rindukan
Dalam perjalanan pulang Erick memikirkan bagaimana ia harus menyelamatkan posisi Tiara di cafe perasaannya ia tetap memilih Tiara yang bernyanyi di sana. Pembicaraannya dengan Gilbert di cafe tadi menunjukkan bahwa Gilbert ingin menyingkirkan Tiara dari cafe itu, dan ada hal yang menarik perhatiannya disana, mungkin saja Gilbert di balik semua masalah ini begitu yang ada di benak Erick Tanpa sadar mobilnya sudah memasuki kawasan rumah elit, di mana rumahnya berada, ia sudah janji kepada ibunya akan pulang malam ini. Setelah pulang dari luar negeri ia jarang berada di rumahnya apalagi saat menggantikan posisi ibunya di cafe, ia lebih memilih untuk tinggal di salah satu kamar di sebuah hotel milik mereka. "Maaf Bu, saya agak terlambat tadi saat pulang pak Gilbert mencegatku untuk berbicara sebentar," kata Erick sambil memeluk Nyonya Smith, ibunya. "Mungkin ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan mu, sampaikan salam ibu kepada Gilbert kala
Read more
Penyemangat hati
Suasana menjadi hening, tak ada suara yang keluar dari mulut Tiara begitupun Dewi, kemudian Bu Ratri keluar dari dapur membawa sebuah minuman dan kue buatannya. Sambil meletakkan di meja "Kenapa semua pada diam, ayok di minum dan ini kue buatan ibu sendiri ayo di coba." Bu Ratri kembali ke belakang setelah menyuguhkan minuman dan kue-kue. "Maaf ya Tiara kalau mba sudah menyinggung perasaan kamu," ucap Dewi kemudian membuka percakapan mereka lagi. Tiara masih terdiam bingung, dari mana, siapa yang menyebar berita itu sampai Dewi pun mengetahuinya. "Tidak mba, ... mba tidak menyinggung perasaan saya sama sekali, saya hanya tak habis pikir ...." Tiara terdiam sebentar, seperti sedang sedang berpikir, lalu kemudian melanjutkan, "Tapi mba sampai tahu masalahku di cafe, mba tahu dari mana?, aku penasaran 'loh mba," tambah Tiara. Tanpa pikir panjang Dewi segera menceritakan, ia menyampaikan dari mana ia mengetahui masalah itu. Bahwa Gilbert pernah mengunjungi Erwin untuk bekerja sam
Read more
Seorang penggemar
Jam sepuluh pagi terlihat karyawan yang mendapat shift pagi sudah terlihat sibuk, ada yang mengangkut sampah membersihkan kaca mengepel lantai dan pekerjaan di cafe lainnya. Ada situasi berbeda yang sungguh kontras dengan keadaan itu, di salah satu sudut ruangan di cafe seorang pria paruh baya tengah duduk bersandar di sebuah kursi empuk dengan secangkir coffelatte di mejanya. Ia sepertinya sedang berbicara dengan seseorang di telpon. "Hari ini kita bisa bertemu 'kan?, kamu sudah siapkan biduanmu yang akan kamu tempatkan di cafe ini?" ucapnya dengan teman bicaranya. "Saya selalu siap untuk anda pak!, dan mengenai biduan itu sudah saya atur jangan khawatir begitu di butuhkan mereka akan segera saya suruh ke cafe." "Baik tunggu aku di tempat biasa kita bertemu sekitar setengah jam lagi, dan jangan lupa siapkan satu biduanmu untukku."ucap laki-laki itu terkikih. "Hahaha siap pak, saya sungguh telah tahu apa yang bapak sukai." Gilb
Read more
Geliat kamar 104
Nyonya Smith memasuki ruang makan menggandeng tangan Tiara, sungguh dekat perasaan orang tua itu dengan Tiara meskipun baru dua kali mereka bertemu. Dalam rasa bahagianya hari itu, sesuatu mengganjal di benak Tiara, tetapi ia tidak berani menyakan hal itu kepada Nyonya Smith apalagi Erick. Rumah ini begitu besar 'nan mewah tapi tampak sepi selain beberapa orang asisten rumah tangganya, hanya ada Erick dan Nyonya Smith saja. "Ayo makan yang banyak, jangan malu-malu ibu justru sangat senang dengan kedatangan tamu seperti ini," ucap Nyonya Smith dengan senyumnya yang tampak selalu telihat ramah. "Iya Bu terima kasih," jawab Tiara. Hari itu ia bagaikan mendapat durian runtuh, Tiara sungguh merasa nyaman bertemu dengan seseorang yang amat menghargainya, menerima dirinya dengan baik walaupun ia hanyalah karyawannya. Erick yang mulanya ia anggap pemuda yang sombong dan tidak punya sopan santun ternyata salah, Tiara sungguh menikmati pertemuan
Read more
Mulai perhatian
Erick dan Tiara masih berada di lobi hotel merkuri, Erick masih menunggu Tiara mengingat pembicaraannya dengan Gilbert waktu itu. Setelah beberapa lama menyusun dalam ingatannya Tiara pun mulai bercerita, "Pak Gilbert pernah mengantar saya pulang, Nyonya Smith saat itu datang ke cafe, dia mengajak saya mendukungnya untuk mengambil hak kepemilikan cafe d'Arts." "Ia juga menjanjikan akan memberi saya posisi di cafe jika ia berhasil," tambah Tiara lagi. "Dan kamu menyetujuinya?," sela Erick memotong bicaranya. "Tidak, ... saya belum memberinya jawaban sampai saat saya di tuduh memberi pengaruhi ke teman-teman di cafe." Apa yang di katakan oleh Tiara, membuat Erick semakin yakin dengan dugaannya semula, bahwa Gilbert ada di balik semua masalah yang terjadi di cafe. "Tiara, ... Gilbert mungkin kecewa dengan penolakan kamu sehingga ia menyuruh seseorang untuk menebar fitnah agar kamu tidak lagi bisa bernyanyi di sana," Tiara hanya te
Read more
Gadis misterius, terungkap!.
Udara panas hari ini tidak terasa sedikitpun bagi mereka yang sedang menjalankan aktifitas dan pekerjaannya di dalam ruangan. Di cafe, di dalam ruangan yang terasa sejuk dengan pendingin udara, Erick sedang membuka beberapa berkas dari laptopnya, ia sedang mencari nama beberapa karyawan yang sudah menjadi kaki tangan Gilbert dan di tandainya satu-persatu. "Coba kamu cek apa semua sudah sesuai dengan orang-orang yang sudah kamu pastikan mereka di bawah pengaruh Gilbert sesuai laporan kamu?" tanya Erick kepada Lucy yang kemudian membenarkannya. "Apa tidak sebaiknya bapak melaporkan saja orang-orang ini kepada pihak berwajib?" Kata Lucy memberinya masukan. "Melaporkan mereka atas apa Lucy?" "Yah itu, ... atas kelakuan mereka pak, mereka telah merencanakan aksi bersama-sama merebut kepemilikan cafe, ibaratnya?, ... kudeta!, ... iya itu, ... dan itu artinya mereka tidak menghargai bapak sebagai pemilik dari cafe ini." "Tidak Lucy, mereka ha
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status