Semua Bab MISTERY DAGING 15O KG: Bab 11 - Bab 20
45 Bab
11. KEBERANIAN SI PELAKOR
 “Nena!” Radit mencoba menolong adiknya. Terdengar juga teriakan dari ibu mertuaku yang terlihat mengkhawatirkan putri bungsunya.Darah kental mengalir dari sudut bibir adik kesayangan Radit. Apalagi pipinya juga terbentur tiang tenda. Tentunya membuat lukanya semakin sakit. Aku tersenyum sinis dan menatapnya puas.“Pergi kamu dari sini!” Si Pelakor mendorong tubuhku dengan keras. Karena aku tidak siap hingga membuatku terjatuh.Shiit. Aku melepas jas yang kupakai dan melempar ke arah wanita murahan itu. Lalu melangkah menuju ke arahnya.“Berani kau mengusirku dari rumah ini?!” tanyaku dengan gemerutuk gigi menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun.“Ya! Ini rumahku dan aku berhak mengusirmu!” jawab Neva dengan angkuh.Aku menaikkan sudut bibirku. “Rumahmu?! Dengan bangga Kau menyebut rumah yang sudah di beli dengan uang hasil merampok adalah milikmu?! Dasar keluarga parasi
Baca selengkapnya
12. KELUARGA RADIT SYOK
 “Kau tidak mungkin melakukan itu!”“Aku berani melakukannya! Bahkan detik ini pun kalian semua sudah kehilangan apa yang kalian miliki! Semua surat tanah dan juga mobil sudah ada padaku. Dan kalian akan segera terusir dari rumah kalian!”“Kau takkan mungkin berani melakukan itu. Dan sebelum itu terjadi aku akan menghancurkan hidupmu! Kau pasti akan menyesal wanita jalang!”Dadaku meradang kala ibu mertua yang selama ini aku hormati memanggilku dengan sebutan yang sangat menyakitkan. Aku sungguh-sungguh tidak terima. Gigi gemerutuk menahan amarah. Tanganku mengepal dengan kuat. Dan Plaak. Aku menampar wanita paruh baya itu dengan punggung tanganku hingga membuatnya terjungkal.“Aw!” Terdengar pekikan dari mulutnya. Suasana semakin kacau. Bahkan para tamu undangan ada yang membubarkan diri. Aku tak peduli. Ada atau tidak ada orang di sini itu bukan urusanku.“Putri!” Radit meng
Baca selengkapnya
13. MENAGIH PEMBAYARAN DAGING DAN BAKSO
 “Dengar putri! Kau bukan saja sudah mengacaukan acara pernikahanku, tapi kau juga sudah menginjak-injak harga diriku!”“”Lalu apa yang salah?! Aku melakukannya karena kau yang memulainya! kalau kau tak melakukan kebodohan dan menghianatiku, aku juga takkan berbuat seperti ini! bagiku kau sangat menjijikkan!”“Tutup mulutmu atau aku ....”“Aku apa?! Kau akan menjatuhkan talak padaku?! Silakan! Dengan senang hati aku menerimanya! Aku tak butuh pria yang penuh kotoran sepertimu! Sangat menjijikkan!”“Kurangajar sekali kamu!”Radit sudah mengangkat tangannya tinggi dan siap mengayun ke arahku. Untung saja orang suruhanku menghentikannya dengan mencengkeram lengan Radit. Dan yang lainnya membentuk formasi melingkar untuk melindungiku.Aku sangat puas dengan kerja mereka. Tanpa harus dengan kekerasan mereka sudah sigap menjagaku.“Berani kau menyentuh Putr
Baca selengkapnya
14. AKIBAT TAK MAU BAYAR TAGIHAN
 “Bukti apa?! Sebaliknya Aku yang bisa melaporkanmu karena kau dan keluargamu berniat melenyapkan aku! Aku punya videonya. Dan itu bisa menjadi satu bukti. Sangat mudah bagiku memasukkan kalian ke dalam penjara! Tapi itu belum waktunya. Terlalu mudah untuk kalian. Akulah yang akan menghukum kalian dengan caraku!”“Bukti apa?!”“Tunggu sebentar!”Aku mengambil ponsel dan memperlihatkan video percakapan Radit bersama ibu dan juga Nena. Wajah Radit berubah masam lalu membanting ponselku hingga hancur berkeping-keping. Sial dia beusaha menghilangkan barang bukti. Untung saja aku sudah tersimpan di laptop.“Kau tak bisa mengancamku! Akulah yang akan melaporkanmu yang sudah mencuri surat-surat tanah milikku!”“Ayo silakan! Laporkan saja! Dengan senang hati aku akan menunggunya! Dan yang lebih penting bayar dulu tagihannya kalau tidak ....”“Kalau tidak apa?! aku sudah k
Baca selengkapnya
15. RADIT MENGAMUK
 POV RADITYADengan penuh kekesalan dan menanggung malu yang luar biasa, aku berlari dan masuk ke dalam kamar untuk menumpahkan kekesalanku. Bahkan tak peduli dengan ibu yang masih menangis dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan.“Haacch ...”  Aku berteriak sembari meremas rambut dengan kesal serta membuang barang-barang yang ada di sekitar.“Hentikan, Mas!” Neva berusaha menghentikan dengan memelukku. Aku terus berontak dan berteriak hingga mengundang orang-orang datang ke kamarku.“Diamlah, Radit!” teriak ayah Neva.“Tenang, Nak. Jangan berbuat sesuatu yang bisa merugikanmu.” Entah siapa lagi yang berusaha menenangkan. Namun apa yang mereka lakukan justru membuatku makin naik pitam.Melepaskan tubuhku dari Neva dan menatap tajam ke arah orang-orang yang berusaha menasehatiku.“Kalian menyuruhku untuk tenang dan diam?! Bagaimana caranya aku bisa tenang?! Ka
Baca selengkapnya
16. TAMU TENGAH MALAM
 “Bang, aku siap menikah dengan Neva sekarang. Apa penghulu masih menunggu di depan?”“Tidak. Mereka sudah pergi.”“Kok bisa sih. Kenapa mereka tidak menunggu? Gak profesional banget sih!” Neva cemberut dan terlihat kesal.“Penghulu manapun takkan mau menikahkan sepasang pengantin yang memalsukan surat-surat tentang statusnya. Tapi jangan khawatir, kalian tetap bisa menikah. Tapi di bawah tangan.”“Nikah siri maksudnya?”“Iya, dek. Hanya itu jalan satu-satunya. Itupun kalau kau mau, Abang akan cari orang yang mau menikahkan kalian!”“Aku setuju, bang. Tak ada jalan lain. Penghulu tak mungkin mau menikahkan kami. Apalagi setelah tahu aku memalsukan dokumen tentang statusku.”“Itu betul sekali. Ayo, kita ke sana sekarang!”“Baik. Tapi aku ingin lihat keadaan ibu dan juga Nena.”“Mereka sedang di ta
Baca selengkapnya
18. RADIT MENGHAJAR PUTRI
 Benar-benar tamu tidak tahu sopan santun. Tak henti-hentinya mengetuk pintu dan memencet bel. Awas saja kalau sampai aku mengenal mereka.Bergegas menuju dapur untuk mengambil pisau yang tajam untuk berjaga-jaga.Alangkah terkejutnya saat tiba di ruang tamu. Pintu yang sangat kokoh itu sudah dibuka dengan paksa. Mereka merusak kuncinya. Dan lebih mengejutkan lagi, mereka adalah Radit dan kroni-kroninya. Tiga dari mereka jelas aku mengenalnya. Radit, si pelakor dan mantan ibu mertua. Kedua pria lainnya, aku tidak mengenalnya.Aku harus berhati-hati menghadapi mereka. Kusembunyikan pisau di belakang tubuhku.“Mau apa kalian kemari?!”“Kembalikan mobil kami!” teriak Radit seperti orang kesetanan. Wajahnya sangat beringas. Rasanya seperti tak pernah kenal dengan pria di hadapanku ini. Sangat mengerikan dan wajah yang penuh kemunafikan.“Mobil? Mobil siapa? sejak kapan kau punya mobil?!”&l
Baca selengkapnya
18. PERTOLONGAN DATANG
 Seketika Radit menghentikan pukulannya terhadapku. “Kenapa dia ada di sini?” terdengar suara radit yang lirih. Ada getaran dalam nada bicaranya. Dia pasti sangat ketakutan melihat amarah pamanku. Lihat saja apa yang akan paman lakukan kepadamu, Raditya.“Bagus! tolong selamatkan putri!” teriakan ibu menggetarkan hatiku. Suara tangisnya membuat jantungku berdebar. Ingin rasanya aku bersuara dan mengatakan ‘aku tak apa-apa’ untuk meredakan tangisannya. Tak tega mendengar wanita yang sangat kusayangi tersayat hatinya melihat putri satu-satunya yang teraniaya, persis di depan matanya. Hatinya pasti hancur. Sedang aku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan untuk membalas, untuk menggerakan tangan saja terasa sakit. Sekujur tubuh seperti dihantam bebatuan yang besar. Sakit, berat dan perih.Semua terjadi diluar prediksi. Bahkan tak pernah terselip dalam pikiranku kalau pria yang pernah aku cintai, dan dengan setianya diri i
Baca selengkapnya
19. PUTRI MASUK RUMAH SAKIT
 “Putri! Bangun,Nak.” Paman terlihat sangat mengkhawatirkanku. Dia memelukku erat seraya menepuk-nepuk pipiku..“Kita bawa ke rumah sakit sekarang, Bagus.”“Iya, Mbak yu.”Saat tubuh kekar itu menggendong tubuhku yang penuh luka, terasa sangat menyakitkan. Jangan tanyakan bagaimana rasanya. Bukan hanya sakit, tapi juga sangat menyiksa.Sesaat aku masih bisa berpegangan erat pada bahu paman. Beberapa saat kemudian, pandanganku mulai kabur. Tiba-tiba semua menjadi gelap. Hingga saat aku sadar sudah berbaring di ranjang.Perlahan mengerjapkan mata. Menyapu pandangan yang terlihat asing bagiku. Ini bukan kamarku. Dinding berwarna putih mendominasi kamar ini.“Aw.” Aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal saat menarik tangan kananku. Kulihat jarum infus terpasang di tangan. Sssh, aku mendesis saat merasakan sakit di sekujur tubuh.“Putri, kau sudah bangun?” terdengar
Baca selengkapnya
2O. PERHATIAN PAMAN
 Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, aku merasa lukaku sudah membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Lega rasanya.Selama berada di rumah sakit, paman begitu perhatian. Dari membantu meminum obat, hingga mengantar aku ke kamar mandi. Aku benar-benar berntung mempunyai paman sebaik dia.Begitu juga saat aku tiba di rumah. Tangan paman tak pernah lepas dari pundakku. Jujur sebenarnya aku merasa risih dengan perhatiannya yang sangat berlebihan. Radit saja tak pernah melakukan hal ini kepadaku. Saat aku sakit juga tak ada perhatian sama sekali.“Aku bisa sendiri, Paman,” pintaku saat paman akan menggendong tubuhku untuk naik ke atas ranjang.“Oke!”Aku duduk perlahan dan menata bantal sebagai penyangga kepala. Lagi-lagi paman membuatku makin kikuk saat dia mengambil selimut untuk menutupi tubuhku. Entah bagaimana wajahku sekarang. Merah jambu ataukah memucat. Aku tak mengerti kenapa jantungku berdebar begitu k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status