Semua Bab Selingkuh di Dunia Maya: Bab 31 - Bab 40
71 Bab
31. Kejutan
Weni menatap keadaan rumah yang begitu sepi, tidak ada suara Rena atau apa pun saat ini. Ia bahkan bisa mendengar dengungan kecil suaranya, rasanya begitu hampa meski hanya beberapa jam.“Kenapa aku harus mengalami hal ini?” gumam Weni.Ia juga mencoba mengingat apa saja kesalahan yang telah diirinya perbuat, hingga ia pantas mendapatkan semua ini. Namun hanya hal yang sama, yang terus di dapatkan oleh pikirannya.Bagaimana ia diperlakukan sama dengan orang tuannya, tidak di hiraukan dan selalu mendapatkan kekerasan dari sang Ayah. Padahal dirinya selalu mencoba menjadi anak yang baik dan menurut, tapi ia tetap saja selalu terluka.“Apa aku harusnya tak pernah terlahir ke dunia ini?” gamam Weni kembali.Segala pikiran negatif telah mempengaruhinya, ia merasa bahwa dirinya yang salah dan buruk. Ia terus mempertanyakan alasan semua orang melakukan hal yang sama padanya, menyakiti dirinya dengan mudah.Alih-alih menyalahkan orang-orang tersebut, Weni lebih memilih untuk berpikir bahwa di
Baca selengkapnya
32. Bertemu
“Ha-Hajoon?” sebut Weni saat melihat siapa yang kini berada di hadapannya.Pria tinggi itu tersenyum, bahkan senyumannya begitu indah saat dilihat langsung seperti sekarang. Membuat hati Weni tak menentu, sangat-sangat tak menentu.“Aku datang,” ucap Hajoon dengan kembali tersenyum.Weni terpaku di tempatnya, tak tahu harus melakukan apa. Bahkan ia tak sanggup berkedip sekarang, ia terus saja menatap sosok Hajoon yang kini terlihat begitu nyata.“Kamu benar Hajoon?” tanya Weni masih belum tersadar sepenuhnya.Hajoon mendekat selangkah, mendekatkan wajahnya dengan wajah Weni yang lebih pendek darinya. Tangan hangatnya menyentuh pipi Weni, terasa hangat dan nyata.“Benar, ini aku.” Hajoon mengusap lembut wajah Weni. “Apa masih tak percaya?” kekehnya.Wenni tersadar sepenuhnya saat mendengarkan kekehan Hajoon yang selalu di dengarnya saat menggoda dirinya. Ia segera mendur selangkah, menjauh agar sedikit memberi jarak dari Hajoon.“Ba-bagaimana kamu bisa ada di Indonesia?” selidik Weni.
Baca selengkapnya
33. Bersamanya
Weni terus menatap pria yang berada di hadapannya itu, ia tak melepaskan kesempatannya sama sekali untuk mengamati pria yang sangat rupawan dan juga menawan itu. “Apa yang kamu lihat?” tanya pria yang bukan lain adalah Hajoon itu. Ya, pria yang dengan tiba-tiba datang ke Indonesia dari Korea hanya untuk bertemu dengan Weni itu kini nyata di hadapannya. Namun Weni terus merasa segalanya hanyalah khayalan yang tak nyata untuknya. Oleh sebab itu, dirinya tak juga melepaskan tatapannya pada Hajoon meski kini mereka tengah makan bersama di restoran yang cukup mewah bagi Weni. Makanannya tak tersentuh sedikit pun sejak makanan itu datang. “Dimakan dulu, sayang.” Hajoon memberikan sesuap makanan pada Weni. Weni tersadar dari lamunannya dan segera menerima suapan pertama dari Hajoon, tentu dengan tatapan yang masih tak lepas dari Hajoon. “Enak,” ucap Weni saat merasakan makanan yang enak berada di dalam mulutnya. Matanya yang sejak tadi tak lepas dari wajah Hajoon, kini teralihkan oleh m
Baca selengkapnya
34. Lewat Batas
“Apa aku bisa bertemu dengan Rena?” Hajoon menatap harap Weni yang tengah sibuk dengan ponselnya.Ini sudah menjadi pertanyaannya yang ketiga kali akan Rena, tapi Weni masih sibuk saja dengan ponselnya dan tak kunjung menjawabnya. Hal itu membuat Hajoon kesal, ia dengan sengaja menarik ponsel dari tangan Weni, dan mengecup bibir tipis di hadapannya.Weni sontak terkejut, hal ini terjadi karena pergerakan Hajoon yang tiba-tiba. Terlebih saat ini ada sopir di depan mereka.“A-Apa yang kamu lakukan?” marah Weni.“Habis kamu terus saja sibuk dengan. Ponselmu dan mengabaikan ku.” Kini Hajoon yang terlihat kesal. “Padahal aku ingin sekali bertemu Rena,” keluh Hajoon.“Rena?”“Kamu benar-benar tidak mendengarku sejak tadi?” Hajoon menatap Weni tak percaya, dengan penasaran ia menatap ponsel Weni yang membuat perhatiannya terkalihkan. “Kamu sedang chat dengan siapa? Bianca?” sebut Hajoon saat melihat nama yang tertera di chat.Weni yang tersadar, segera merebut ponselnya sebelum pria di hadap
Baca selengkapnya
35. Tidak Nyata
“Rena!” seru Weni saat ia memasuki kamar yang sudah di penuhi orang juga.Ia menerobos masuk dan menemukan seorang anak kecil tergeletak dengan di tutup kain, di sana berdiri Haris yang menatapnya tajam. Tubuh Weni seketika lemas, ia tak mampu berdiri atau mendekat.“Apa kamu senang dengan semua ini?” marah Haris.Weni tak tahu harus berbuat apa, segala pikirannya menjadi gelap. Ia tanpa sadar memejamkan matanya dan tak sadarkan diri.“Hi, bangun!” Bentakan Haris membuat Weni seketika terbangun. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Haris marah begitu Weni mencoba duduk.“Mamah sakit?”Suara Rena yang terdengar oleh indra pendengaran Weni, membuat Weni sadar sepenuhnya. Ia segera melihat Rena yang kini tengah berada dalam gendongan Haris, dengan segera ia mengambil alih Rena dari Haris.Weni seketika menangis dengan memeluk tubuh kecil Rena, bahkan Weni segera menciumi tubuh Rena. Menghirup aroma yang selalu menenangkannya, ia juga sesekali menatap wajah Rena untuk meyakinkan dirinya.“Kamu
Baca selengkapnya
36. Terkejut
Weni melakukan aktivitas paginya seperti biasa, memasak untuk sarapan dan juga membersihkan rumahnya. Ia melakukannya sebelum semua orang bangun di rumahnya, bahkan sebelum matahari terbit dan keluar dari persembunyiannya.Tidak butuh waktu banyak untuknya melakukan segalanya, masih banyak sisa waktu yang ia miliki hingga suaminya terbangun. Sisa waktu itulah yang di pakai Weni untuk sekedar duduk dan menonton sesuatu di ponselnya.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Haris yang tiba-tiba sudah bangun dan kini berdiri di ambang pintu kamarnya.“Aku hanya sedang melihat-lihat video,” jawab Weni seraya terduduk setelah ia sempat berbaring di atas sofa.“Aku ada pekerjaan pagi, jadi cepat siapkan semuanya sekarang.” Haris berlalu ke kamar mandi setelah memerintah Weni.Weni beranjak dari duduknya dan berlari ke dapur, menyiapkan bapa yang di butuhkah Suaminya. Tidak lupa untuknya menyiapkan pakaian sang suami dan menaruhnya di atas kasur.Tidak butuh waktu lama, Haris sudah siap dan rap
Baca selengkapnya
37. Ketahuan
“Kamu ....”“Ada apa denganmu? Apa kamu tengah selingkuh? Kenapa wajahmu seperti itu?”Haris memegang rahang Weni, memeriksa kembali ekspresi yang diperlihatkan oleh Istrinya itu. Iya sangat yakin, bahwa kini Weni menyembunyikan sesuatu yang tak diketahuinya.“Ti-Tidak,” jawab Weni segera.“Tidak cukup aku menamparmu?” Haris mengeratkan cengkeramnya, membuat rintihan keluar dari mulut Weni. “Jangan sampai macam-macam denganku,” ancam Haris dengan gertakan kuat.Weni mengangguk, menahan rasa sakit yang diterimanya untuk kedua kali di pagi hari. Ia tak mampu meronta untuk dilepaskan, melainkan ia tak mampu melihat Haris menjadi lebih murka.Jadi Weni memutuskan untuk diam dan memilih menurut pada Haris. “Ba-Baik,” jawab Weni.“Bagus!” Haris melepaskan cengkeramannya. “Berikan aku uang,” perintah Haris.Weni terkejut saat Haris berjalan ke dekat lemari yang berjejer dengan televisinya. Di sana adalah tempat Weni menaruh dompet dan beberapa uang cash untuk keperluan sehari-hari.“Ma-Mas .
Baca selengkapnya
38. Lebih Ringan
Weni terbangun dari tidur siangnya, setelah ia cukup lama menangis tadi pagi. Namun kini suasana hatinya sangatlah berbeda, setelah melepas semuanya pada Hajoon dirinya kini merasa sedikit ringan seakan satu bebannya terlepas.Berkat hal itu juga ia dan Hajoon lebih terbuka, tidak ada yang Weni rahasiakan pada Hajoon. Semua yang terjadi kini ia laporkan dan ceritakan semuanya pada Hajoon.“Melepas semua tekanan terkadang memang perlu.” Weni bergumammu seorang diri dengan senyuman yang terukir di wajahnya.Weni merasa sangat lega karena kini dirinya tak perlu lagi berbohong pada Hajoon, kini ia akan menceritakan apa pun pada Hajoon layaknya buku harian. Tak ada kebohongan lagi yang harus ia rancang untuk menutupi semuanya.“Mamah,” panggil Rena membuyarkan apa yang tengah dirasakan Weni.“Iya, sayang. Ada apa?” tanya Weni dengan senyuman yang tak luntur di wajahnya.“Mamah cantik,” puji Rena tiba-tiba membuat Weni terkejut dengan ucapan Rena.“Rena ingin minta sesuatu pada Mamah?” go
Baca selengkapnya
39. Bersenang-senang
“Sepertinya aku gila karenamu, Weni Anggara.”Weni terdiam, kini tatapannya yang memerah berganti dengan tatapan kesal. Ia sangat kesal dengan ucapan Hajoon yang berulang kali membuat jantungnya dalam kondisi tidak baik-baik saja.Andai ia bisa berlari saat ini juga, mungkin ia akan segera berlari ke rumah sakit untuk memeriksakan jantung serta otaknya. Pikirannya saat ini seakan tak waras, ia yang merasa lebih gila sekarang karena seorang pria bernama Hajoon.“Ada apa?” Hajoon menyelidiki ekspresi wajah Weni yang berubah seakan kini ia tengah marah. “Apa aku membuatmu marah?” tanya Hajoon tanpa merasa bersalah.“Kamu sedang bertanya padaku?” ketus Weni tak mau kalah.“Tentu aku sedang bertanya padamu.” Hajoon mengikuti permainan Weni. “Nada bicaraku kan sedang bertanya, buka sebuah pernyataan.”Weni kembali merasa kesal dengan perkataan Hajoon yang selalu bisa membuatnya terdiam dan tentu kalah telak. “Memang beda bicara dengan seorang pengusaha sepertimu,” sindir Weni mencoba mengal
Baca selengkapnya
40. Tujuan Hidup
“Lagi-lagi kamu membuang uang?”“Bagaimana bisa itu disebut membuang uang? Aku hanya mengajak Rena untuk bermain dan membeli boneka.“Itu namanya membuang uang! Sudah berapa kali kamu mengajak Rena ke tempat bermain mahal itu,” marah Haris dengan tatapan yang siap menerkam Weni.Weni pun menatap kesal pria yang masih berstatus suaminya itu. Ia tak habis pikir dengan pola pikir Haris, selama ini ia diam karena semua menyangkut dirinya.Namun kini ia tak bisa diam karena ini menyangkut anaknya, Rena. Bagaimana bisa Haris melakukan itu pada Rena, padahal selama ini dirinya tak pernah ada waktu luang untuk anaknya.“Uang itu adalah hasil kerjaku sendiri, dia berhak mendapatkan yang lebih.” Weni kini tak mau berbaik hati. “Berapa bulan ini kamu meminta uang dariku, bukankah itu sudah cukup untuk mengganti hutang kita? Tapi nyatanya, masih banyak hutang yang tertinggal. Kamu apakan uangku? Kamu ....”Plak!Tamparan yang cukup keras menghampiri pipi Weni, hingga ia terjatuh ke lantai. Weni m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status