All Chapters of Janji Suci Yang Terbagi: Chapter 21 - Chapter 30
104 Chapters
Kepergian Denise
POV ARMAN  Aku dan Denise melanjutkan waktu kami dengan menonton film di bioskop. Hari sudah malam, saat kami keluar dari gedung bioskop. Aku melajukan mobilku meninggalkan area parkir gedung bioskop. Selama perjalanan pulang, kami masih bercanda gurau di dalam mobil. Tidak ada lelah yang kami rasakan. Hari itu benar-benar menyenangkan bagi kami. "Yang, berhenti dulu di mini market ya. Ada yang mau aku beli," pinta Denise. "Oke, Princess. As you wish," Tak lama kemudian, kami sampai di mini market. "Gak perlu turun, Yang. Sebentar aja kok," Denise melepaskan sabuk pengamannya. "Mau beli apa? Sini biar aku yang belikan," "Gak usah. Biar aku aja. Gak lama kok," "Oke," Denise keluar dari mobil. Aku memperhatikannya hingga berjalan masuk ke dalam mini market.&
Read more
Tanpa Denise
POV ARMAN  7 tahun berlalu sejak kepergian Denise. Aku sudah menyelesaikan kuliahku, dan sekarang aku bekerja. Hari-hariku tidak lagi sama tanpa Denise. Kebahagiaan yang kurasakan saat bersamanya, tidak pernah aku dapatkan lagi. Setiap hari aku selalu merindukannya.  Aku belum bisa membuka hatiku pada wanita lain. Tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan Denise di hatiku. Dia cinta pertamaku, dan mungkin akan jadi yang terakhir. *** Ting ... tong ... Aku mengintip di balik lubang kaca pintu apartemenku, sebelum membukanya. Aku menghela nafas setelah tahu tamu di balik pintu adalah Sarah. Mau tak mau, aku tetap harus membukakan pintu untuknya. "Hai, Arman," ucap Sarah dengan tersenyum senang. "Hai, Sarah. Sedang apa di sini?" tanyaku dengan sedikit malas. "
Read more
Menikah Dengan Manda
POV ARMAN  Hari ini cukup melelahkan bagiku. Untungnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik. Malam ini aku tidak perlu lembur lagi. Aku bisa santai di apartemen. "Arman?" panggil Sarah, yang menungguku di depan pintu apartemenku. "Mau apa lagi, Sar?" tanyaku dengan malas. "Aku ingin menemuimu," "Sarah, hari ini aku capek. Biarkan aku istirahat, oke?" "Aku tidak akan menganggumu. I just want to give you this," Sarah memberikan box kardus kecil padaku. "Apa ini?" "Aku membelikanmu kue," "Thanks," aku menerimanya dengan ragu. "Aku mau jalan-jalan keliling Eropa bersama teman-temanku. Mungkin selama 2 bulan. Aku hanya datang ingin berpamitan," "Selamat bersenang-senang," "Aku harap kamu bisa ikut bersama kami,"
Read more
Pulang Ke Amerika
POV ARMAN  Rekan-rekan kerja memberiku ucapan selamat atas pernikahanku, ketika aku tiba di kantor. Sebagai ganti karena tidak mengundang mereka ke acara pernikahan, aku berjanji akan mentraktir mereka makan. Sebelum itu, aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang aku tinggalkan selama cuti. *** "Jadi bagaimana?" tanya Ben, menghampiri ruang kerjaku. "Apanya?" jawabku, sambil menyelesaikan pekerjaan. "Istrimu. Manda. Dia baik?" "Ya, di gadis yang baik," aku menghentikan kegiatanku. "Kamu menyukainya, kan?" Aku mengangguk sembari tersenyum tipis. "Kapan kamu mau mengajaknya kemari?" "Aku harus menyiapkan rumah dulu untuknya," "Rumah? Kan kamu ada apartemen?" "Aku berencana untu
Read more
Kemarahan Sarah
POV ARMAN  Ting tong, ting tong, ting tong!!! Aku terbangun dari tidur ketika mendengar suara bel pintu yang ditekan berkali-kali. Kulihat jam wekerku. Jam 2 dini hari. Siapa yang bertamu di jam segini? Gak sopan sekali. Dengan malas, aku beranjak dari ranjangku. Bel pintu masih terus dibunyikan. "Wait!!" bentakku, ketika mendekati pintu. Aku langsung membuka pintu dengan perasaan kesal. "Sarah?" aku terkejut. Sarah hanya diam menatapku. Matanya basah karena air mata. Cara dia menatapku, seperti tatapan orang yang sedang marah. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bukannya kamu sedang berlibur ke Eropa?" Sarah mendorongku, lalu masuk tiba-tiba ke dalam apartemenku. Dia berjalan menuju ke dapur. Mengambil piring, lalu memecahkannya ke lantai.
Read more
Permintaan Ibu Sarah
POV ARMAN  Aku menceritakan kejadian semalam pada Ben, ketika kami sedang istirahat makan siang. "Dasar psycho. Untung kalian gak jadian," ujar Ben kesal. "Aku gak mungkin bersama Sarah. Dia bukan tipeku. Dan aku sama sekali gak ada perasaan padanya," jawabku dengan santai. "Untung kamu belum bawa istrimu ke sini. Coba bayangkan, jika Manda di sini dan dia bertemu Sarah. Mereka pasti bertengkar hebat," "Aku hanya berharap, kali ini Sarah benar-benar menjauhiku," "Kamu yakin? Kalau aku sih gak yakin. Dia gak akan berhenti, Man. Dia itu psycho," "Hei, teman macam apa kamu. Seharusnya kamu menenangkanku, bukan malah membuatku tambah pusing," ujarku kesal. Ben hanya tertawa meledekku. "Karena aku temanmu. Makanya aku minta kamu hati-hati," "Dasar," 
Read more
Keputusan Yang Berat
POV ARMAN  Permintaan Ibu Sarah membuatku tidak bisa tidur semalam. Aku belum memberikan jawaban padanya. Aku tidak bisa membuat keputusan sendiri. Malam itu juga, aku langsung menelpon Mamaku. Aku menceritakan semuanya pada Mama. Aku memintanya datang untuk membantuku. Karena frustasi, fokus kerjaku menjadi berantakan. Aku selalu salah mengerjakan laporan. Dan hasilnya aku dimarahi oleh atasanku. Ben tahu aku sedang gelisah. Tapi aku sengaja menyimpan masalahku darinya. Karena ini masalah sensitif, aku tidak mau orang lain tahu dan ikut campur. *** "Arman," Mama berada di depan pintu apartemenku, sambil membawa kopernya. Aku memeluknya. Aku lega akhirnya Mama datang. Mama menepuk punggungku dengan lembut. "Mama di sini. Kamu jangan khawatir," hibur Mama menenangkanku. 
Read more
Babak Baru Pernikahan
POV AUTHOR  Manda mendengarkan dengan seksama penjelasan Arman. Sekarang dia tahu alasan sebenarnya Arman menikahi Sarah. Arman diam beberapa saat. Pandangan matanya tertunduk. "Aku minta maaf, Manda. Aku sudah menyakiti hatimu," ucapnya kemudian. "Aku ini laki-laki pengecut. Aku tidak bisa menolak Sarah. Aku tidak berani menghadapi Papa, Nenek dan kamu. Aku hanya bisa bersembunyi di belakang Mama," Manda diam sambil menatap Arman, dengan ekspresi datar. "Setelah ini, jika ... kamu mau berpisah. Aku tidak akan menghalangimu. Aku juga tidak akan melepasmu dengan tangan kosong. Kamu akan mendapatkan sebagian dari hartaku," "Apa itu yang Mas pikirkan soal Manda? Wanita miskin yang menikah karena harta?" sela Manda dengan nada kecewa. Arman melihat ke arah Manda. "Manda bukan wanita yang
Read more
Keputusan Manda
POV AUTHOR  Malam harinya .... Manda mengetuk pelan pintu ruang kerja Papa Hendra di rumah. Manda membuka pintunya, setelah Papa Hendra mengijinkannya masuk. "Manda? Ada apa?" tanya Papa Hendra, yang sedang duduk di kursi meja kerjanya. "Manda menganggu Papa?" Manda berdiri di depan meja kerja Papa Hendra. "Tidak, Papa hanya sedang membaca buku saja. Kamu perlu sesuatu?" "Iya, Pa. Ada yang mau Manda bicarakan sama Papa," "Soal Arman?" tebak Papa Hendra. Manda mengangguk. Papa Hendra menutup bukunya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi sambil menghela nafas. "Kamu mau berpisah?" tebak Papa Hendra dengan nada sedih. "Gak, Pa. Bukan itu," sela Manda segera. "Lalu?" "... Manda mohon ... Papa mau memaafka
Read more
Keputusan Arman
POV AUTHOR  Di kamar hotel ....  "Beneran, Sayang. Papa sudah merestui pernikahan kita?" Sarah terkejut mendengar kabar gembira itu. Arman mengangguk. Sarah melompat kegirangan, lalu dia memeluk Arman dengan tertawa bahagia. "Ini yang kuimpikan selama ini. Mendapat restu Papa," "Bersiap-siaplah. Kita akan kembali ke rumah," "Iya, baiklah," jawab Sarah dengan antusias. Sarah mengemas beberapa barangnya ke dalam tas. "Cutimu sebentar lagi selesai, kan? Kita bisa mengajak Papa dan Mama sekalian ke Amerika, ke rumah kita. Papa kan belum bertemu dengan orang tuaku," "Ya, kita bisa melakukanya. Nanti aku akan bicara pada Papa. Sekalian berpamitan pada orang tuamu," "Apa? Berpamitan?" tanya Sarah, bingung. Dia berhenti packing.&n
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status