Semua Bab Anak Miliarder: Bab 11 - Bab 20
131 Bab
11. Tiba di Indonesia
"Kapan kau pensiun, Ruslan?" tanya Valentino."Saya tidak akan pernah pensiun. Apa Anda tidak bosan menanyakan hal itu ribuan kali?" tanya Ruslan balik.Valentino menghela napasnya.Ruslan hanya diam berdiri di belakang Tuan Mudanya yang telah dia layani selama lebih dari dua puluh lima tahun itu."Aku hanya ingin kau istirahat, Ruslan. Kau sudah tidak muda lagi. Kau butuh waktu untuk dirimu sendiri," ucap Valentino belum ingin menyerah."Usia saya memang sudah hampir enam puluh tahun tapi kemampuan saya tak menurun, Tuan Muda. Anda juga pasti tahu akan hal itu," ujar Ruslan keras kepala."Kau... Hah, kapan kau berhenti mengkhawatirkan aku? Banyak bodyguard lain yang bisa melindungi aku. Kau tak boleh memaksakan dirimu lagi. Kau sudah terlalu melakukan hal banyak untukku," ucap Valentino. Wajahnya terlihat sedih."Tuan Muda, sudah saya katakan jika saya tidak akan pernah pensiun. Saya akan menjaga Tuan Muda sampai saya mati. Saya suda
Baca selengkapnya
12. Pencarian
Pada akhirnya Derrick memesan satu kamar ukuran besar dengan dua tempat tidur. Dia dengan puas memotretnya dan mengirimkannya pada ayahnya.Ah, akhirnya Vesa paham. Kenapa dia tak berpikir lebih banyak? Tentu saja, seorang Derrick White tidak akan mungkin mau menempati hotel murah. Karena itu pasti membuat harga diri temannya itu jatuh. Lagi pula, menginap di hotel berbintang tujuh selama berbulan-bulan juga, uang keluarga White tidak akan habis.Derrick tak berhenti memotret setiap bagian kamar itu dan kemudian berkata, "Ayo, bersama-sama!"Vesa memutar bola matanya malas. Dia juga baru ingat, Derrick suka sekali memamerkan apapun ke dalam media sosial pribadinya."Vesa, ayolah. Jangan tak bersemangat begitu!" Derrick menarik tangan Vesa yang hanya bisa pasrah. Dia berpikir tak ada salahnya membuat Derrick senang, toh dia bisa sampai ke Indonesia juga berkat sahabatnya itu."Di sini sangat bagus. Pencahayaan yang sangat pas, Derrick." Lucas berdir
Baca selengkapnya
13. Penemuan
Derrick White begitu penasaran hingga tak bisa tidur karena memikirkan ayah Vesa yang belum bisa mereka temukan keberadaannya.Rasanya ada sesuatu yang salah di sini. Tidak mungkin seseorang tidak bisa ditemukan di zaman modern seperti ini. Semuanya semakin maju, seharusnya lebih mudah untuk menemukan orang."Apa iya dia tak ada di internet?" gumam Derrick sendirian.Teman-temannya sudah terlelap dan mendengkur semuanya. Dia mulai jengkel saat ketiga orang yang tidur seperti orang mati itu semakin berisik dengan dengkurannya.Dengan sangat terpaksa, pemuda yang saat ini mengenakan celana pendek selutut itu bangkir dari tempat tidurnya. Dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan sendirian.Sesungguhnya Derrick tak nyaman harus sendirian di tempat asing, tapi karena rasa bosan telah hampir membuatnya ingin terjun dari lantai atas itu, dia memilih untuk membuang rasa tidak nyamannya itu.Dia berjalan menelusuri lorong di hotel
Baca selengkapnya
14. Kekecewaan
"Maaf, Anda harus tanda tangan terlebih dulu jika ingin meminjam majalah itu," ucap pegawai perpustakaan itu.Derrick terbengong-bengong. Dia melirik ke tangan kanannya yang saat ini memang sedang memegang majalah bisnis itu. Dia pun tersenyum penuh maaf dan akhirnya mengikuti pegawai itu dan mengisi daftar pinjam serta membubuhkan tanda tangan."Apakah sudah?" tanya Derrick yang sudah tak sabar ingin berlari ke kamar tempatnya menginap."Sudah. Anda harus mengembalikannya sebelum Anda check out," ucap petugas kaku itu dan Derrick dengan cepat mengangguk."Terima kasih," ucap pemuda itu.Dia langsung melesat begitu saja usai mengucapkan selamat tinggal pada petugas yang hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah pemuda yang menurutnya sangat aneh itu.Derrick dengan tidak sabar memencet tombol lift sambil sesekali melirik lagi majalah yang dipegang kuat-kuat seolah-olah majalah itu adalah majalah yang sangat berharga untuknya."Ah,
Baca selengkapnya
15. Bersimpangan
"Baiklah, tak ada cara lain. Aku rasa hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang ini," ucap Vesa."Tapi, Vesa. Kenapa kau tidak jujur saja pada ayahmu? Bagaimana jika kau katakan saja kepadanya kalau kau sekarang ada di Indonesia? Aku yakin ayahmu tidak mungkin menolak untuk menemuimu," ujar Lucas.Vesa menggigit bibir bawahnya."Aku tidak tahu apakah itu ide yang bagus," balas Vesa."Kenapa memangnya? Bukankah malah lebih enak jika kau tanya langsung padanya jadi kita tak perlu ke sana ke mari untuk mencarinya?"Vesa menggelengkan kepalanya, "Hanya saja aku merasa ayahku akan marah setelah aku menyusulnya ke sini."Lay ikut berbicara, "Tapi Vesa, bukankah sama nanti akan ketahuan. Besok juga kau akan bertemu dengannya, kau ke sana untuk mencarinya dan bertanya kepadanya kan? Jadi untuk apa menutupinya lagi?"Derrick White yang melihat Vesa terlihat bingung akhirnya bersuara kembali, "Sebenarnya menurutku tak ada salahnya kau langsung
Baca selengkapnya
16. Rintangan Awal
Valentino sampai di area pemakaman dengan membawa sebuket bunga untuk sang istri tercinta yang telah pergi meninggalkan dirinya hampir dua puluh tahun yang lalu.Valentino meletakkan bunga itu di atas pusara makam sang istri dan kemudian dia duduk bersila. Pria itu selalu melakukan hal itu ketika dia mengunjungi istrinya itu."Aku ke sini lagi, Ferisha. Dan aku minta harus minta maaf lagi karena belum bisa mengajak putra kita." Pria itu terdiam sebentar sebelum kemudian menengadah ke atas langit cerah."Kau mau kan bersabar untuk menunggu dia datang ke sini? Sebentar lagi, Ferisha. Aku akan membawanya ke sini setelah dia berusia dua puluh tahun," ujar Valentino seolah-olah Ferisha bisa mendengarnya berbicara.Valentino menatap sedih ke photo istrinya di sana. Dia mendesah sedih. Tak ada yang mengetahui bagaimana tidak berdayanya dia ketika satu per satu orang yang ada di sekelilingnya meninggalkan dirinya. Apalagi, istrinya juga turut pergi d
Baca selengkapnya
17. Terpana
"Baiklah, kalian boleh masuk," ucap satpam itu karena jujur saja di tidak tega melihat kempat pemuda yang menurutnya terlihat seperti anak-anak baik.Vesa bersemangat dan berkata, "Terima kasih, Pak."Derrick ikut senang begitu juga dengan si kembar."Tapi. Hanya kau dan kau yang bisa masuk," ucap satpam itu menunjuk Vesa dan Derrick.Si kembar langsung cemberut, "Kenapa begitu?" Mereka bertanya secara bersamaan membuat satpam itu terkejut.Benar-benar sepasang anak kembar yang kompak, batinnya."Iya, kenapa mereka tidak boleh masuk, Pak?" tanya Vesa."Lihatlah pakaian mereka!" ucap satpam itu malas.Derrick tersenyum maklum akhirnya."Ada apa dengan pakaian kami?" tanya Lucas.Derrick mencoba sabar lalu berkata, "Kalian memakai celana pendek." Lay dan Lucas saling berpandangan dan akhirnya hanya bisa menerimanya."Kalian tunggu di seberang sana saja," ucap Derrick. Dia tak mau jika si kembar s
Baca selengkapnya
18. Seorang Aktor?
Vesa dan Derrick sontak langsung berdiri karena terlalu kaget. Wanita itu memandang marah pada dua penjaga yang hanya cukup terkejut."Tunggu apa lagi? Bawa mereka pergi dari sini!" bentak Lusi.Verlyta menggigit bibir bawahnya karena merasa sudah salah membiarkan dua pemuda itu masuk.Kedua penjaga itu berjalan ke arah Derrick dan Vesa yang bingung.Vesa yang tak ingin diusir langsung saja berkata, "Tidak. Tunggu dulu!"Salah satu penjaga mulai menarik Vesa dan Derrick bahkan sudah berhasil ditarik."Tidak. Anda tidak bisa mengusir saya dari sini, saya ingin bertemu pemilik perusahaan ini. Anda bisa katakan padanya jika Vesa Araya ingin bertemu dengannya," ucap Vesa dengan cepat.Lusi yang mengabaikan pemuda itu dan mulai berjalan kembali ke ruangannya itu tersandung ketika mendengarnya."Araya?" ulang Lusi terkejut.Mendengar nama 'Araya' disebut, penjaga itu jadi membeku di tempatnya dan tak berani menyen
Baca selengkapnya
19. Dugaan
Vesa Araya kebingungan. Dia sadar jika dia tak banyak memiliki bukti untuk menunjukkan jika dia memang benar anak dari Sang Miliarder yang memiliki perusahaan di mana-mana itu.Ayahnya tak pernah bercerita banyak mengenai kehidupannya, bahkan bisa dibilang Vesa buta perihal sang ayah.Dia jadi mulai berpikir jika mungkin saja dia memang bukanlah anak kandung Valentino Araya. Kemungkinan itu cukup masuk akal lantaran kenyataan yang baru saja dia temui yakni tak ada satupun di negara itu yang mengetahui jika Valentino memiliki seorang putra yang masih hidup, berusia hampir dua puluh tahun.Vesa menjambak rambutnya sendiri karena terlalu bingung. Dia semakin tak yakin dengan jati dirinya sendiri. Akan tetapi saat dia melihat cermin di dekat sofa tunggu itu, dia merasa mirip dengan sang ayah. Dia seperti duplikat ayahnya itu hanya dalam versi lebih muda.Bukankah nenek dan kakeknya selalu mengatakan betapa mirip dirinya dengan ayahnya itu? Jadi tidak mungkin
Baca selengkapnya
20. Wanita Misterius
Vesa tertegun. Dia terhenyak dan tak mengira jika ada orang yang bertanya kepadanya langsung begitu."Anda kenal ayah saya?" tanya Vesa dengan penuh harap.Wanita itu menatap lekat Vesa tapi kemudian dia menyunggingkan senyum menyesal."Bukan kenal tapi hanya tahu saja. Ayolah, siapa yang tidak tahu pengusaha paling sukses  di negeri ini?" ucap wanita itu.Vesa yang baru saja sedikit berharap mulai kecewaa lagi."Tapi aku tak pernah tahu jika dia ternyata memiliki seorang putra. Dan kau sangat mirip sekali dengannya bagai pinang dibelah dua saat dia masih muda," ujar wanita itu.Vesa lagi-lagi merasa sakit mendengarnya. Apa dia begitu memalukan sehingga ayahnya tak ingin mengatakan kepada dunia jika dia memiliki putra? Namun tiba-tiba Vesa menatap wanita itu dengan pandangan penuh tanya."Anda tahu juga saat ayah saya masih muda?" Wanita itu tersenyum tipis, "Tentu saja. Bagaimana bisa aku t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status