Semua Bab Anak Miliarder: Bab 51 - Bab 60
131 Bab
51. Kekasih Andre
"Jadi bagaimana, Tuan? Apa solusinya?" tanya Gery. Pria itu secara sengaja menanyakan tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Vesa Araya termenung. Selama beberapa saat dia terdiam. Orang-orang di ruangan itu mulai menatap remeh pada Vesa.Gery, "Bagaimana, Tuan? Jika memang Anda belum menemukan solusi mengenai permintaan mereka, saya akan menahan mereka untuk terlebih dulu. Pria itu merasa sudah puas karena berhasil membuat Vesa malu."Tidak perlu. Jika mereka memang ingin haknya sekarang ya berikan saja. Kita tidak akan rugi. Lepaskan saja dan tidak usah mengulur waktu. Sementara itu, pasang pengumuman untuk perekrutan karyawan baru untuk menggantikan mereka. Cari yang benar-benar berkualitas, kalau perlu tawarkan gaji yang lebih baik dari perusahaan lain," ucap Vesa tanpa ragu.Gery melongo. "Tapi, Pak. Ini akan butuh waktu, merekrut karyawan baru itu bukan perkara mudah apalagi untuk posisi yang tinggi seperti itu.""Yah, itu kan
Baca selengkapnya
52. Semena-Mena
"Kau. Berani sekali kau menampar aku, Jalang?" ucap Cylla.PLAK!Riana kembali melayangkan tangannya untuk memberi hadiah berupa tamparan di pipi putih Cylla. Wajah cantik itu sekarang telah berubah, ada gambar telapak tangan yang tercetak jelas di pipi Cylla."Kau..."Lucas menutup mulutnya rapat-rapat, terlalu syok."Ada apa ribut-ribut?" tanya Andre. Pria itu baru saja keluar dari ruangannya dan langsung berjalan menuju kedua wanita yang sedang bersitegang itu.Cylla langsung memasang ekspresi tersakiti, "Dia, Sayang. Dia menamparku. Pecat dia, Sayang. Dia telah menyakiti wajahku, lihatlah!"Riana memutar bola matanya malas harus menyaksikan drama murahan yang tersaji di depannya. Sedangkan Lucas masih tak tahu harus bagaimana, dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini. Di kampusnya dulu, Lucas sudah sering menjadi rebutan dari para wanita dan dengan mudah dia berhasil mereka tenang. Dia akan mengatu
Baca selengkapnya
53. Pikiran Sempit
"Kenapa kau malah meminta maaf, Cylla?" tanya Andre dongkol.Dia sungguh tidak mengerti jalan pikiran teman tidurnya itu yang tiba-tiba saja berubah dengan cepat.Cylla meraup wajah kekasihnya itu dan menatapnya dengan lembut, "Aku memikirkan reputasimu dan juga posisimu, Sayang."Andre mengerutkan dahinya bingung tapi tetap membiarkan kedua tangan wanita bertubuh sintal itu memegang wajah tampannya."Apa yang kau maksud?"Cylla mengecup bibir lelaki itu sekilas dan kemudian berbicara, "Jika kita tetap bersikeras memecat Riana, Vesa Araya sudah pasti kan menang. Kau tahu kan, Sayang. Kita sudah bersikap tidak adil pada Lucas dan jika mereka benar-benar mengecek CCTV, sudah pasti kita akan ketahuan, Andre. Ini tidak bagus untuk kamu. Vesa bisa menggunakan ini untuk menyingkirkan kamu, Sayang. Dan aku tentu tidak rela jika kau sampai kehilangan pekerjaanmu hanya karena aku."Andre mencerna setiap kata-kata yang keluar dari bibir ma
Baca selengkapnya
54. Rahasia
Awalnya Ruslan ragu dengan permintaan Vesa itu tapi sejujurnya itu adalah opsi terbaik untuk mereka saat ini. Kondisi Valentino sudah sangat stabil jadi bisa dikatakan mereka hanya menunggu pria itu tersadar dari tidur panjangnya. Vesa Araya meyakinkan pria kepercayaan ayahnya itu jika mereka bisa membeli peralatan terbaik dan juga membayar dokter swasta dan juga perawat profesional untuk merawat ayahnya. Maka dari itu, Ruslan mendukung ide Vesa dengan harapan jika setelah Valentino dirawat di apartemen itu dan dekat dengan putranya, pria itu akan dengan cepat membuka matanya."Apa tidak apa-apa memindahkan ayahmu ke sini?" tanya Derrick ragu, saat ini dia melihat para pengawal sedang menyiapkan kamar rawat Valentino."Tentu saja. Keadaannya sudah membaik, aku rasa tak akan ada masalah jika merawatnya di sini. Lagipula, aku tak tenang jika ayah di rumah sakit," ucap Vesa."Kenapa memangnya?" tanya Derrcik bingung."Bukankah banyak pengaw
Baca selengkapnya
55. Mari Bermain!
Percuma saja berbicara dengan teman-temannya yang gila itu. Vesa merasa jika ketiga temannya itu terlampau gila jadi dia memutuskan untuk kembali ke atas. Dia ingin menyambut hari esok dengan penuh kegembiraan lantaran ayahnya akan dipindahkan ke apartemen mereka esok hari.Di tempat lain, Gea baru saja menampar dua anak buahnya yang gagal lagi untuk kesekian kalinya."Membunuh orang koma saja tidak bisa. Untuk apa aku memnbayar kalian mahal-mahal?" ucap Gea berang.Rio dan Jefri hanya bisa menunduk dalam tak berani menengadahkan kepala mereka."Apa kalian tidak belajar dari kegagalan di gudang itu? Sialan kalian. Bisa-bisanya dikalahkan oleh anak buah mereka, memalukan."Kedua pria itu semakin menunduk saja."Dan besok, dia akan dipindahkan. Kesempatan kalian tinggal besok. Kalau kalian gagal, kita tak ada kesempatan lain, pastikan besok kalian berhasil membunuhnya Valentino," ucap Gea dingin."Baik, Bos," jawab Rio dan
Baca selengkapnya
56. Keluarga Baik
Pagi itu anak buah Gea gagal lagi membunuh Valentino lantaran mereka terkecoh dengan mobil yang membawa mereka.Gea hanya bisa menahan kemarahannya karena pagi itu dia harus mengajar do kampus. Tak mungkin dia marah-marah di lingkungan kampus. Jika di kehilangan kendali dirinya, sudah tentu dia akan dipecat. Dia tidak akan mempertaruhkan pekerjaannya untuk hal itu. Dia hanya harus lebih bersabar.Usai mengajar, Gea harus buru-buru masuk ke dalam ruangannya namun malah dihalangi oleh salah seorang mahasiswanya. Sebenarnya bisa dibilang, gadis itu tidak berusaha mencegahnya namun Gea merasa begitu."Bu, apa boleh saya menganggu waktu Anda sebentar saja?' tanya Inka pelan.Gea ingin menjawab 'Tidak', tapi dia tentu tak bisa begitu jadi dia akhirnya menjawab, "Ya. Ada yang bisa saya bantu, Inka?""Sebenarnya ini...""Jika ini berkaitan dengan studimu, kita bisa bicarakan di ruangan saya," potong Gea. Dia tak mau berbicara di tengah j
Baca selengkapnya
57. Dari Abad Lain?
"Masih bertanya? Tentu saja kau," ucap Vesa santai.Derrick menatap sebal pada temannya dan langsung memberi Vesa sebuah pukulan ringan di bagian lengan kanannya.Keduanya pada akhirnya terlibat saling pukul dan Ruslan tak ingin ikut campur atas candaan dua sahabat itu. Ruslan menerawang jauh. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Candaan seperti itu. Pertemanan seperti itu, pernah dia lihat sebelumnya. Pria tua menghela napasnya yang berat. "Semoga nasib kalian tidak seperti nasib Tuan Besar dan juga Tuan Agusta," ucap Ruslan pelan begitu melihat dua pemuda itu sudah masuk ke kamar mereka masing-masing.Tentu saja, hal itu mengingatkan dia tentang persahabatan yang terjalin antara Valentino dan Agusta.Agusta yang mengenali Valentino kala itu dan malah akhirnya membantunya dengan mempertaruhkan nyawanya. Sayangnya, nasib baik tak berpihak kepadanya. Agusta ditemukan terbunuh selang beberapa bulan membantunya.Hal itu menjad
Baca selengkapnya
58. Orang Kaya Baru
"Sudah, tak perlu dibahas lagi. Kenapa kau ikut kelas sore?" tanya Inka lagi.Mereka hanya sedang berdua di sudut tempat mesin minuman berjejer rapi itu, jadi Inka pun merasa lebih leluasa berbicara dengannya."Eh, aku kira kau tahu aku seperti sebagian dari mereka," ucap Vesa.Inka menaikkan sebelah alisnya bingung, "Hm. Memang aku harus tahu apa?""Oh, tidak. Tidak penting," balas Vesa cepat. Dia berpikir melihat reaksi Inka sepertinya gadis itu tidak tahu jika dia adalah anak miliarder yang sebagian besar mahasiswa di kampusnya itu tengah membicarakan dirinya."Ah, aku tahu. Aku tahu. Aku dengar gosip itu. Ada anak super miliarder yang baru saja pindah ke sini. Apakah itu kau?" tanya Inka tenang.Vesa menoleh heran, kenapa reaksi gadis itu malah biasa saja. Tak ada rasa ingin tahu lebih atau bahkan rasa kaget atau lainnya. Wajah gadis itu terlihat datar dan tenang seolah fakta mengenai Vesa itu adalah pewaris miliarder ternama
Baca selengkapnya
59. Paman Terbaik
"Kenapa tumben sekali Paman terlambat menjemput?" tanya Inka pura-pura ngambek."Maaf, tadi ada sedikit urusan. Jadi bagaimana? Apakah kau sudah menemui temanmu yang tidak datang di hari ulang tahunmu itu?" tanya Stefan. Dia sudah membukakan pintu untuk Inka.Inka dengan cepat masuk ke dalam mobil lalu memasang seatbelt-nya dengan benar sebelum menjawab, "Bagaimana bisa Paman tahu jika aku akan menemuinya?"Stefan menoleh, "Tentu saja aku tahu. Memang apa yang tidak aku tahu, Dear?" Inka mencibir, "Seharusnya aku tahu jika Paman bisa membaca pikiran orang lain."Stefan terkekeh, "Terlihat sekali di wajahmu saat malam itu, Nak. Kau berharap dia datang tapi dia tidak bisa datang, sudah pasti kau akan mengejarnya. Jadi katakan padaku, apakah kau tertarik kepadanya?"Inka sontak menoleh pada pamannya itu, "Bisa kita pulang sekarang saja Paman Stefan?"Stefan tersenyum dan menuruti keinginan keponakan kesayangannya itu tapi
Baca selengkapnya
60. Kecurangan
"Bagaimana keadaan Ayah?" tanya Vesa ketika baru saja pulang dari kampus.Setelah membersihkan dirinya, dia bergegas ke kamar ayahnya yang sudah ditata sedemikian rupa menjadi sebuah kamar rawat mirip kamar di rumah sakit. Semua peralatannya lengkap dan ada dua perawat yang menjaganya serta seorang dokter yang akan rutin memeriksanya setiap sehari dua kali."Baik, Tuan Muda." Ruslan yang menjawab."Belum ada pergerakan tangan atau semacamnya?" tanya Vesa pada dua perawat itu."Belum, Tuan."Vesa mengangguk. Dia tidak kecewa. Dia hanya bisa percaya jika ayahnya akan membuka matanya di waktu yang tepat."Baiklah, aku akan ke ruang kerja ayah," ujar Vesa dan langsung saja menuruni tangga.Dia tidak melihat ketiga temannya itu yang pasti sedang berkutat dengan tugas kuliah mereka masing-masing. Minggu ini mereka memang memiliki tugas yang cukup banyak sehingga mau tidak mau mereka harus ekstra bekerja keras untuk membagi wa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status