All Chapters of Anak Miliarder: Chapter 31 - Chapter 40
131 Chapters
31. Identitas Penculik
Ruslan membaringkan Tuan Besarnya itu di dalam kamarnya. Pria itu menyelimutinya.Dia lalu keluar dari kamar itu dan langsung berhadapan dengan ketiga teman Tuan Mudanya."Apakah dia baik-baik saja?" tanya Derrick terlihat khawatir."Kenapa dia pingsan?" tanya Lay kemudian.Sebelum Lucas ikutan bertanya, Ruslan menyela, "Dia tidak apa-apa. Dia hanya terkejut.""Apa yang terjadi? Apakah ini berhubungan dengan Vesa?" tanya Derrick lagi. Dia masih ingat Valentino berteriak dan menyebut tentang putranya."Ya." Ruslan menjawab singkat."Vesa kenapa? Dia tidak apa-apa kan?" tanya Lucas cemas. Dia memang baru beberapa hari berteman dengan Vesa tapi rasanya dia sudah mengkhawatirkan pemuda itu.Ruslan mendesah dan terlihat ragu untuk sesaat. Dia sedang menimbang-nimbang apakah perlu menceritakan tentang Tuan Mudanya kepada tiga pemuda itu. Namun, setelah dia melihat raut cemas di wajah mereka, dia merasa tak ada salahnya bercerita. Toh
Read more
32. Bukan Musuhku?
"Cepat kalian cari tahu informasi tentang dua orang itu," titah Ruslan cepat.Dia harus segera bergerak cepat untuk menyelamatkan Tuan Mudanya karena kalau tidak, dia takut Tuan Mudanya itu akan dibunuh mereka. Dan lagi, dia tidak sanggup jika harus melihat Valentino Araya kembali menderita karena kehilangan anaknya.Derrick ingin sekali bersuara tapi melihat tampang Ruslan yang sedang kebingungan itu, dia mengurungkan niatnya. Dia pun sekarang merasa tak berguna ada di sana. Dia melirik ke arah kedua temannya yang tampak bingung dan serba salah itu. Tapi keduanya membuat tatapan seolah menyiratkan jika mereka juga ingin pergi dari ruangan itu.Derrick mengangguk paham tapi sebelum dia berdiri, pintu ruang kerja Valentino telah dibuka dengan kasar. Valentino muncul dengan wajah mengerikan. Auranya dingin. Derrick bakan membeku di tempatnya, takut bergerak."Sudah ketemu?" tanya Valentino, matanya menatap Ruslan."Sudah, Tuan. Kami sedang mencari in
Read more
33. Daerah Tak Terjamah
Ruslan masih belum bisa menemukan di mana tempat keberadaan Vesa. Dia hanya bisa mencari di gedung-gedung yang terlihat mirip dengan tempat di mana Vesa dihajar di dalam video itu.Hampir seharian penuh mencari, pria itu tak kunjung menemukan titik terang. Namun bukan Ruslan namanya jika dia putus asa begitu saja. Pria ini dikenal sebagai pria yang pantang menyerah maka dia pun tak kehilangan akalnya dan mencari lagi.Di dalam apartemen, Valentino sedang termenung sendirian. Pria itu menatap sedih ponsel putranya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika sampai terjadi hal-hal yang mengerikan terhadap putranya.Setelah diam beberapa saat, dia melihat sebuah notifikasi dari sebuah email yang lagi-lagi tak dikenalnya. Dengan cepat dia membukanya. Benar dugaannya. Dari si penculik. Email itu berisi sebuah alamat. Dia membaca dengan hati-hati dan mendesah pelan.Pria itu tanpa berpikir ulang langsung menyambar kunci mobilnya dan
Read more
34. Kesalahan
Valentino menghentikan mobilnya di sebelah gudang tua. Dia memarkir mobil itu di dekat pohon besar. Dia sedikit heran karena ternyata di pusat ibu kota di negaranya masih ada pohon rindang. Meskipun begitu, dia mengernyitkan dahinya saat mendapati jika lingkungan di sekitar tempat itu cukup kotor. Tempat itu hanyalah sebuah gedung tak terurus yang jelas-jelas jarang dijamah orang.Valentino melirik ponselnya lagi dan memastikan jika tempat yang dia datangi sudah tepat. Namun, dia keheranan karena tak melihat adanya manusia lain selain dirinya di dekat gedung itu. Tapi saat dia melangkah mendekati gudang itu, dia melihat beberapa mobil terparkir di sana. "Siapa di sana?" ucap seseorang yang tidak terlihat sosoknya oleh Valentino."Valentino," jawabnya."Angkat tanganmu dan masuklah," ucap orang itu. Sebuah pintu besar terbuka secara perlahan. Gelap. Tak ada cahaya tapi setelah pintu itu tertutup, beberapa lampu menyala dan m
Read more
35. Pesan
Ucapan Ruslan benar-benar membuat pemuda itu merasa jika dia memang bodoh. Kesalahan yang dia perbuat memanglah fatal. Dia telah membuat ayahnya sekarang ini berada dalam keadaan antara hidup dan mati.Valentino Araya koma. Dia memang telah melewati masa kritis dan bahkan peluru yang bersarang di perutnya sudah berhasil diambil. Beruntung peluru itu tidak mengenai organ dalam vital Valentino. Namun sayang, sampai delapan jam usai operasi itu dilangsungkan, Valentino belum mau membuka matanya.Vesa hanya bisa meratapi segalanya. Penyesalan sudah tak bisa dia bendung lagi. Dia terlalu larut dalam kesedihan hingga mengabaikan ketiga temannya sepenuhnya. Vesa hanya tetep berada di depan ruang inap rawatnya dan tak mau beranjak dari sana meskipun Ruslan sudah membujuknya berulang kali.Keadaan itu berlangsung hingga hari keempat Valentino dirawat. Pemuda itu tak beranjak dari rumah sakit sekalipun. Dia hanya ke kamar mandi saja dan tak keluar dari ruang rawat i
Read more
36. Teman Sinting
"Vesa, jangan seperti ini terus!" ujar Derrick White yang tak tahan melihat sahabatnya yang sudah hampir mirip seperti zombie.Pria muda itu sudah tak pernah mengurus dirinya hingga membuat sahabatnya itu cemas luar biasa.Vesa tak merespon ucapan Derrick."Vesa Araya, jika kau seperti ini terus, apa menurutmu ayahmu akan berterima kasih padamu? Apa ayahmu akan bangun hanya karena kau bertingkah seperti orang bodoh begini?" teriak Derrick.Vesa menatap kaget, ini pertama kalinya Derrick berteriak marah kepadanya seperti ini. Derrick White yang dia kenal adalah teman yang konyol dan sering membuatnya tak habis dengan tingkah anehnya. Namun, Derrick White yang sekarang sedang marah terhadapnya ini bukanlah Derrick yang seperti itu, melainkan Derrick yang tegas dan siap mengeluarkan taringnya saat dia marah.Derrick melihat wajah Vesa yang tampak kaget dan kemudian dia merendahkan suaranya, "Maaf. Aku hanya ingin kau bangkit. Ayahmu sudah m
Read more
37. A New Step
"Astaga, kupingku." Derrick begitu kaget hingga kupingnya berdengung."Derrick, apa maksudmu tadi?" tanya Vesa syok."Ya itu, mereka merengek pada orang tua mereka untuk ikut berkuliah di sini. Orang tua mereka sudah mengizinkan tapi mereka harus pulang dulu. Pak Ruslan sebenarnya sudah mau mengurusnya tapi orang tua bersikeras ingin mereka kembali dulu. Ya, mereka kan tak pernah tinggal jauh dari orang tua mereka," jelas Derrick."Memangnya kau pernah?" cibir Vesa."Tidak, tapi kan aku beda," kilah Derrick."Apanya yang beda? Kau kan selalu... Hm... Bagaimana mengatakannya ya, kau itu selalu dimanja oleh orang tuamu,' ujar Vesa.Derrick menatap jengkel temannya itu dan membalas, "Bukan mauku. Salahkan mereka yang selalu menuruti semua keinginanku."Telinga Derrick kembali memerah, Vesa tiba-tiba saja ingin menjahili Derrick tapi tak jadi lantaran Ruslan mendatangai mereka."Tuan Muda, saya..."
Read more
38. Penolakan
"Kenapa? Apa aku terlihat aneh dengan setelan semacam ini?" Vesa melirik dirinya sendiri lewat cermin dan bayangan seorang pemuda tampan berbalut satu set pakaian kerja yang begitu menawan terpantul jelas di sana.Derrick akhirnya mendapatkan suaranya kembali, "Kau bercanda? Aneh? Justru sebaliknya. Kau terlihat hm... Keren meskipun tentu saja aku jauh lebih keren."Lay menatap malas sedangkan Lucas menanggapi, "Kau terlihat sangat mirip dengan ayahmu."Vesa tersenyum sedih. Andai saja dia tak berbuat kesalahan bodoh, ayahnya pasti akan ada di sisinya sekarang. Namun, dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa tak ada gunanya menyesal. Kejadian itu sudah terjadi dan tugasnya saat ini adalah menjaga dan mengelola perusahaan ayahnya sampai ayahnya bangun."Hei, tak usah sedih begitu. Dia pasti bangga sekali padamu, sekarang bagaimana kalau kita sarapan dulu? Perutku sudah keroncongan minta diisi," ujar Derrick dengan polos.Vesa memutar bola ma
Read more
39. Si Arogan
Vesa masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa. Dia sedang dilanda kekesalan yang membuatnya tercekik. Dia lalau melonggarkan dasinya dan ketika matanya menangkap sebuah kulkas di dekat meja kerjanya. Dia segera mengambil air mineral dari sana dan meminumnya sampai tandas.Ketiga temannya menyusulnya tak lama kemudian bersama dengan Ruslan, Lusi dan juga Verlyta.Vesa segera berkata, "Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan emosiku. Mereka keterlaluan, mereka sama saja menghina ayahku karena telah mempercayakan semua perusahaannya kepadaku."Ruslan mendekatinya dan menepuk pundaknya dengan pelan, "Kerja bagus, Tuan Muda." Ruslan menampilkan senyum tulusnya.Lusi bahkan ikut tersenyum, "Itu tadi luar biasa. Saya senang Anda melakukannya. Anda memang sudah seharusnya melakukan itu.""Bu Lusi benar, apakah Anda lihat bagaimana wajah para petinggi itu? Mereka kaget dan si Andre, manager playboy itu bahkan langsung pucat," celoteh Verlyta.
Read more
40. Arti Nama
"Ayah, ini hari pertama aku menggantikan Ayah. Apa aku terlihat tampan seperti Ayah?" Vesa tertawa kecil.Ayahnya masih memejamkan matanya dan tak tahu kapan akan bangun. Namun, Vesa tak akan pernah berhenti menjenguknya. Segala macam cara sudah dicoba tapi belum juga menunjukkan hasil. Valentino Araya belum sadar. Keadaannya memang sudah stabil tapi tetap saja dia masih dalam koma."Ayah tahu orang-orang bilang aku sangat mirip Ayah. Yah, tapi mereka tidak salah. Aku juga merasa aku sedikit mirip Ayah." Jeda sebentar, dia mengolah napasnya dan mencoba menyimpan kesedihan yang dalam sebelum akhirnya melanjutkan acara curahan hatinya pada sang ayah."Secara fisik, kita mirip, tak bisa dibantah. Namun, setelah mendengar cerita Ruslan mengenai ibu, sifatku sedikit mirip dia. Iya kan, Yah?" ucapnya."Ibu. Aku banyak mendengar ceritanya dari Ruslan tapi aku masih belum puas. Aku ingin mendengar lebih banyak tentang ibu. Apakah Ayah tak ingin menceritak
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status