Semua Bab MANTAN JADI IPAR: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
PART 21
Sierra Cassandra Hadinata adalah teman dari kecil Aaron. Ibunya Sierra adalah sahabat dekat ibunda Aaron sejak di bangku sekolah. Saat kemudian keduanya menikah, hubungan pertemanan itu berlanjut ke ranah bisnis. Kedua wanita itu tak ubahnya seperti keluarga. Sampai sampai, Rendy pun ikut mengenal baik keluarga Sierra. Sementara itu, kedekatan Sierra dengan Aaron tak sebatas hanya karena pertemanan kedua orangtua mereka saja. Keduanya bahkan bersekolah di tempat yang sama hingga akhirnya lulus SMA. Sierra dan Aaron juga sempat sama-sama memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jerman. Aaron kembali ke Indonesia saat mendapat kabar meninggalnya kedua orang tuanya. Pemuda itu lalu berhenti kuliah dan lebih memilih menemani adiknya pindah ke kampung halaman sang ayah. Setahun setelah itu, Aaron baru melanjutkan kuliahnya di sebuah universitas swasta di kota kecil itu sambil mengurus kantor cabang perusahaan milik ayahnya yang ada di sana."Ini kan hari pelantikan kamu. Tapi tampangmu k
Baca selengkapnya
PART 22
Sulit untuk bisa percaya, bahwa pamannya, satu-satunya keluarga yang masih dia punya, tega mengkhianati dengan cara yang begitu licik. Rasanya begitu menyakitkan dan dia benar-benar tidak tahu harus percaya pada siapa sekarang. Aaron telah memarkirkan mobil di depan minimarket. Dia berniat untuk menyelidiki lebih jauh mengenai pamannya untuk bisa menemukan lebih banyak petunjuk. Namun, ketika dia sampai di sana, dia hanya membiarkan dirinya duduk saja di dalam mobil. Menatap ke gedung supermarket dan masih berpikir. Kenapa pamannya begitu tega? Apa salah dia dan adiknya?Sudah selama hampir sepuluh menit, pemuda itu hanya duduk terdiam di kursi pengemudi dengan tangan menggenggam setir. Seolah dengan memelototi pintu masuk supermarket itu, dia akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaannya. Namun tentu saja, itu tak memberinya apapun.Dia hanya tidak yakin, apa yang akan dilakukannya setelah dia masuk nanti. Bagaimana caranya mencari petunjuk itu? Kebingungan itu membuat
Baca selengkapnya
PART 23
Dari begitu banyak tempat di Jakarta, kenapa dia harus bertemu dengan pria itu lagi sekarang. Itu membuat Alea mulai berpikir tentang nasib yang tidak berada di pihaknya. Bahkan mungkin Tuhan sedang membencinya karena perceraian yang pernah dilakukannya. Alea tak lagi bisa mengerti apakah saat ini dia sedang marah atau malu? Baru beberapa waktu berada di Jakarta, namun ketidakberuntungan terus saja mengikutinya. Dari mulai banyaknya lamaran di lembaga-lembaga pendidikan yang ditolak, lalu dirinya harus terima saat sahabatnya menawari bekerja di tempat dimana tatapan manajernya sering sangat kurang ajar padanya. Dan sekarang, kenapa dia harus juga dipertemukan dengan lelaki yang hanya membuka kembali luka lamanya?"Kamu kok cemberut gitu sih, Al. Kenapa?" Dena mencubit sisi perut Alea, membuat gadis itu memekik kesakitan dan balas mencubit lengan sahabatnya yang sekarang nyengir seolah tidak berdosa. Alea mengangkat bahunya, berharap itu cukup untuk menjawab pertanyaan Dena. Lagi pul
Baca selengkapnya
PART 24
Pemuda berparas rupawan itu, baru saja masuk ke dalam apartemennya. Ruangan itu terlihat sama persis seperti saat dia meninggalkannya. Dia berjalan melalui ruang tamu tanpa repot-repot menyalakan lampu utama, sehingga ruangan itu kini hanya diterangi oleh cahaya redup yang menggambarkan bayang-bayang benda di dalamnya.Keadaan itu rupanya sama seperti suasana hatinya saat ini yang muram. Alih-alih pergi ke kamar dan tidur, pemuda itu malah menghempaskan tubuh ke sofa sembari memijat pelipisnya. Kepalanya terasa sangat berat. Tubuhnya mungkin tidak terlalu lelah, tapi pikirannya serasa bekerja tanpa henti. Kepergiannya ke Jakarta yang sejatinya untuk menghindari Genta, suami adiknya, sekaligus mengambil alih perusahaan setelah sekian lama dipegang oleh sang paman, ternyata justru memberinya masalah tak disangka-sangka.Tak hanya itu, dia pun harus segera mencarikan Olivia tempat tinggal agar adik dan suaminya itu tak terlalu lama timggal di apartemennya nanti. Semua masalah yang membua
Baca selengkapnya
PART 25
Sejak meninggalkan ruangan keponakannya, suasana hati Rendy jadi berubah sangat buruk. Rencana yang sebelumnya dia kira akan berjalan dengan sempurna, tiba-tiba kini sepertinya akan menjadi berantakan. Dia sama sekali tak pernah mengantisipasi jika keponakannya itu akan ikut campur dengan urusan supermarket. Terlebih lagi, hal itu dilakukannya begitu mendadak. Padahal sebelumnya, keponakannya itu terlihat tak tertarik saat dirinya mencetuskan ide pertama kali tentang pembelian bisnis itu. Rendy mulai berpikir jika anak itu memiliki tujuan lain.Rendy bukan jenis orang yang percaya dengan sesuatu yang disebut 'kebetulan'. Itulah kenapa dia juga tidak percaya dengan alasan Aaron yang tiba-tiba mengatasnamakan mendiang mamanya untuk mengambil alih pengelolaan supermarket yang baru saja dibelinya.Anak itu pasti telah mengetahui sesuatu tentang dirinya dan dia harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Jika tidak, semua rencana yang telah disusun selama bertahun-tahun bisa hancur berantaka
Baca selengkapnya
PART 26
Rama terlihat duduk di salah satu bangku sebuah restoran yang sebelumnya telah disepakati untuk bertemu dengan Rendy. Pemuda itu tengah menyesap secangkir espresso yang telah dipesannya beberapa menit yang lalu. Beberapa detik kemudian dia mengangkat tangannya, melirik arloji yang melingkar di pergelangan kirinya. Sudah lima belas menit berlalu, tapi pria yang meminta untuk bertemu dengannya itu tak kunjung menampakkan diri.Padahal sebelumnya, Rendy sedikit memaksa saat ingin menemuinya pada jam makan siang. Jika bukan karena prospek uang yang menjanjikan, Rama pasti sudah pergi dari tempat itu sejak tadi.'Lima menit lagi, jika tak muncul juga, aku tinggal saja,' batinnya. Dua kakinya mulai bergerak-gerak tak tenang di bawah meja. Kepalanya sesekali menoleh ke kanan dan kiri memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Entah sudah berapa kali dia pandangi arloji di tangan kirinya itu sambil berdecak. "Sudah lama nunggu ya, Ram?" tanya suara bariton dari balik punggung Rama. Rama yan
Baca selengkapnya
PART 27
Pagi itu, Aaron berada satu meja bersama Olivia dan Genta di ruang makan. Meski dia senang adiknya akhirnya menyusulnya ke Jakarta, perasaannya pada iparnya itu masih tetap sama.Aaron sepertinya belum bisa menerima fakta bahwa pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu kini menjadi adik iparnya."Kakak nggak berangkat ke kantor hari ini?" celetuk Olivia di tengah aktivitasnya mengunyah nasi goreng buatan kakaknya.Kedua pria di meja makan itu langsung menghentikan kunyahannya. Genta yang sedari tiba di apartemen Aaron terlihat makin pendiam, hanya melirik istrinya sekilas. Kemudian dia kembali berpura-pura sibuk dengan makanan di piringnya. Sejujurnya dia pun merasa sangat tak nyaman berada di dalam satu rumah dengan kakak iparnya itu. "Makanannya dihabisin dulu, baru ngomong," ucap Aaron yang beberapa detik kemudian telah selesai dengan sarapannya.Ditegur kakaknya seperti itu, Olivia hanya merengut. Lalu mengikuti suaminya untuk fokus pada makanannya. Sejenak kemudian, dia pu
Baca selengkapnya
PART 28
"Dah laper belum, Al?" tanya Dena, menarik perhatian sahabatnya yang sebelumnya masih sibuk melayani pelanggan. Seolah diberi aba-aba, perut Alea pun langsung berbunyi. Itu tak mengherankan, mengingat dia dan Dena tidak sempat sarapan pagi ini dan beberapa menit lagi memang sudah jam makan siang. "Lapar sih. Memangnya mau makan sekarang?" Alea mengernyit. Matanya segera saja celingukan, takut kalau-kalau ada yang mendengar percakapan mereka. "Iya, yuk." Dena langsung meraih lengan sahabatnya, tapi Alea masih juga tak bergerak. "Masih lima belas menit lagi jam istirahatnya, Den. Nggak enak sama yang lain," sergah Alea dengan wajah bingung. Bukan apa-apa, dia tak ingin saja terlihat dispesialkan di tempat kerjanya itu karena Dena sering mengajaknya keluar sebelum jam istirahat. Meskipun tak pernah mendapat teguran dari atasan mereka, Alea tetap merasa bersalah. "Rama nggak akan marah cuma gara-gara masalah sepele kayak gini, Al. Ayolah, aku udah lapar nih. Pagi tadi kan kita nggak
Baca selengkapnya
PART 29
Beberapa hari sudah berlalu sejak Alea melihat kehadiran Aaron di tempatnya bekerja. Namun karena belum ada tanda-tanda adanya pekerjaan baru yang lebih baik dari pekerjaannya sekarang, Alea masih tetap pergi bekerja seperti biasa. Sayangnya, Dena pun tampaknya masih belum mendapatkan informasi apapun mengenai kehadiran Aaron beberapa hari yang lalu di tempat itu dari Rama.Pria itu mendadak menjadi super sibuk, entah apa yang sebenarnya sedang dia kerjakan. Dia yang biasanya tiba-tiba muncul di kost Dena untuk mengajaknya keluar, akhir-akhir ini bahkan jarang menghubungi gadis itu. Pun sangat susah untuk dihubungi.Sampai siang itu sepertinya Dena sudah berada pada suasana hati yang buruk dan Alea yakin itu semua karena pria bernama Rama.Setahu Alea, Rama memang sama sekali bukan tipe lelaki idaman Dena. Namun Alea merasa wajar saja jika Dena jadi begitu murung kala pria yang selalu mensupport dari segi finansial itu menghilang tanpa kabar padahal sebenarnya sosoknya bisa ditemui d
Baca selengkapnya
PART 30
Mimpi buruk. Hanya itu yang ada dalam pikiran Alea saat mendapati bahwa kakak mantan muridnya itulah yang telah menunggunya di ruang direktur. Semua kekhawatirannya selama ini terjadi sudah. Lelaki itu telah memintanya duduk beberapa kali, tapi Alea tak juga beranjak dari tempatnya berdiri. Dia benar-benar shock dengan apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Dalam kepalanya, Alea hanya ingin pergi dari tempat itu karena campur aduk antara sakit hati dan malu.Perlahan Alea pun mundur satu langkah. Wanita itu siap untuk berbalik dan menghambur ke pintu. Dia bahkan sudah tidak lagi peduli lagi jika sikapnya itu nantinya akan dianggap tidak sopan oleh siapapun yang melihatnya. Alea hanya ingin segera pergi dari tempat itu dan tak ingin kembali lagi.Akhirnya dengan segenap kekuatannya, Alea berhasil membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah. Namun, baru beberapa saat sebelum dia mencapai pintu, sebuah tangan meraih lengannya. Lalu terdengar sebuah suara yang begitu dekat dengan telinga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status