Semua Bab Bukan Sekedar Sahabat: Bab 41 - Bab 50
97 Bab
41. Ini Tugas Orang Tua
Azizah terdiam. Dia hanya bisa menunduk, pasrah dengan keputusan abi dan uminya."Besok kamu langsung berangkat ke Madiun. Abi dan Umi sudah meminta ijin pada pihak sekolah, kamu tidak bisa mengikuti perpisahan sekolah.""Tapi Abi, Zizah ingin melepas kangen dulu sama teman-teman.""Buat apa? Mereka pasti paham, kok.""Tapi ....""Gak ada tapi-tapian, Zizah. Sejak kapan kamu menjadi pembangkang? Abi mendidik kamu agar menjadi anak penurut bukan pembangkang!" Manaf berkata dengan keras membuat Azizah ketakutan dan hanya bisa diam. Zaenab sendiri menatap sang anak dengan kesedihan, sejak kecil Azizah selalu dididik dengan keras. Terkadang Zaenab merasa kalau suaminya terlalu memaksakan kehendak, tapi Zaenab sendiri tidak berani mengucapkan pendapatnya. Sehingga Zaenab hanya bisa membantu sang putri dengan cara menghiburnya.Sementara di tempat lain
Baca selengkapnya
42. Kelulusan dan Perpisahan
Semua mata menatap tiga sosok yang baru keluar dari sebuah mobil. Decak kagum memenuhi bibir orang-orang yang menatap tiga keluarga Evrard yang sedang berjalan menuju ke dalam gedung SMADA.Zio selalu tersenyum ke arah orang-orang yang menyapanya. Pun dengan Emma dan Raphael."Aku suka orang Indonesia, mereka ramah." Raphael berbisik diantara aktivitasnya membalas senyuman orang-orang yang dia jumpai."Really?""Yes, karena itu aku jatuh cinta sama kamu, Emma. Ingat itu."Emma tersipu malu, sementara Zio hanya terkekeh melihat sang ayah yang tengah menggoda sang ibu."Zizi!" Sebuah teriakan yang dia sangat kenal mampir di telinganya.Zio menoleh ke arah kiri. Terlihatlah Fina yang memakai kebaya warna peach dengan rambut disanggul gaya modern menghampirinya. Mau tak mau Zio terpana.'Ck. Ini cewe
Baca selengkapnya
43. Keluarga Hangat
Walau sudah dinyatakan lulus, Fina masih berjuang keras agar bisa masuk ke kampus incarannya. Dia rajin mengikuti les, privat dengan kedua orang tuanya. Dan kakak-kakaknya."Istirahat dulu, Fin. Punya keinginan boleh tetapi jangan lupa membahagiakan diri. Hasil akan sesuai usaha kita. Tapi kalau gagal, itu artinya kita sedang diuji kesabarannya sama mau diganti dengan yang lebih baik.""Iya, Pah."Fina memilih menyandar di bahu Rayyan, Rayyan terkekeh menyadari jika suatu hari nanti Fina akan seperti Fiqa. Dulu sebelum menikah dengan Elang, Fiqa pun suka bermanja-manja padanya. Tetapi setelah punya Elang, boro-boro dah."Kenapa Papah ketawa?""Oh, papah lagi membayangkan. Mungkin suatu hari nanti kamu gak bakalan manja-manja sama papah lagi, soalnya udah ada mamas ketemu gede yang jadi tempat bermanja kamu.""Hehehe. Tapi papah tetap papah terbaik.""Ya iyalah.""Gak akan tergantikan, Pah.""Tentu.""Kolak pisang
Baca selengkapnya
44. Menata Hati
Berulang kali Azizah melafalkan zikirnya. Sudah satu minggu dia di salah satu ponpes yang ada di Madiun. Selama satu minggu juga ia jalani hari-harinya dengan kesedihan. Tak jarang, Azizah sering menangis di malam hari, entah saat sedang tiduran, di kamar mandi bahkan saat sujud malam."Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah."Azizah terus menerus melafalkan zikirnya. Dia berharap dengan terus mengingat Allah, segala kesedihan dan kegundahan di hatinya segera hilang. "Zah." Azizah menghentikan zikirnya lalu menoleh. Terlihat Muslimah, salah satu rekan kamarnya sekaligus seniornya datang dan membawakan makanan."Berhenti dulu, lalu makan. Jangan sakiti tubuhmu dengan tidak makan. Percuma kamu berzikir terus tetapi mengabaikan kesehatan. Allah jelas gak suka."Azizah menghentikan zikirnya, menaruh tasbih di tempatnya dan melepas mukena, melipat dan menaruhnya di atas nakas. Dia segera beralih ke samping muslimah."Maaf ya Mbak Im
Baca selengkapnya
45. Sri Sakit
Sri duduk dengan tenang sambil mendengar penjelasan dari dokter spesialis jantung di depannya. Sesekali Sri tersenyum menatap sang dokter muda. Dia jadi teringat pada cucunya."Ini hasil CT scan sekaligus stress test yang sudah kami lakukan pada jantung Ibu, menurut kami lebih baik Ibu segera melakukan pemasangan ring demi keselamatan ibu."Hening. Dokter berperawakan tinggi menjulang dengan wajah blasteran itu kembali bersuara setelah menjeda kalimatnya."Saya sarankan Ibu segera memberitahu keadaan Ibu kepada keluarga. Karena jika terlambat, itu bisa berakibat fatal. Ibu bisa mencoba  berobat di sini atau di Jogja. Ada banyak rumah sakit rujukan bagus yang bisa saya rekomendasikan untuk Ibu jika Ibu memilih berobat di Jogja.""Terima kasih atas sarannya, Dok. Akan saya pertimbangkan.""Saya harap Ibu mau melakukan usul saya.""Saya belum tahu dokter. Ya sudah terima kasih Dokter Reihan, saya pamit dulu."Reihan mengangguk. Sete
Baca selengkapnya
46. Kisah Lahirnya Zio
Emma menatap dari kejauhan kamar rawat sang ibu. Tadi pagi, Pandu mengabarkan jika Sri sudah sadar. Dan Sri mencari-cari Emma dan Zio. Namun baik Emma maupun Zio sama sekali tidak menggubris permintaan Sri. Zio malah memilih jalan dengan Zaky dan Yudho. Sementara Emma beralasan dia sibuk mau bertemu dengan temannya. Bukannya bertemu dengan teman, Emma malah mengawasi keadaan Sri dari kejauhan. Dia sama sekali tak mau mendekat. Sakit hati Emma lebih besar dari pada rasa sayangnya pada sang ibu. Gerakan mencurigakan Emma terlihat sekali oleh Fina yang baru saja datang."Tante."Panggilan Fina membuat Emma kaget. Dia merasa malu karena terpergok melakukan tingkah absurd. Emma tersenyum pada Fina dan dibalas oleh Fina dengan tak kalah manis."Fina.""Halo, Tante." Fina mengambil tangan Emma dan menciumnya takdim membuat Emma terpukau. Entah kenapa sejak pertama berjumpa, Emma sudah menyukai Fina. Bagi Emma, Fina ini seperti cerminan
Baca selengkapnya
47. Adu Domba
Emma sedang menimang putranya dengan penuh sayang. Sesekali mencium pipi sang putra dengan gemas. Sementara Arini sedang melipat pakaian si kecil. Usia Zio kini menginjak tiga bulan. Dia termasuk bayi yang tidak terlalu rewel dan gampang ditenangkan jika menangis."Den Emma sudah kewes sekali dalam merawat Mas Nathan."Emma menoleh ke arah Arini lalu tersenyum. "Benarkah?""Iya benar.""Dia sangat tampan.""Gimana gak tampan kalau bapak ibunya bule semua." Arini tertawa pun dengan Emma.Suara bel berbunyi. Baik Emma dan Arini saling berpandangan."Siapa ya?""Kurang tahu, Den. Apa Den Raphael?'"Sepertinya bukan. Raphael tadi menelepon, dia pulang larut karena ada kesibukan.""Ya sudah saya buka dulu pintunya ya Den Emma."Emma hanya mengangguk. Dia kembali fokus dengan putranya. Bahkan kini dia sedang menyanyikan lagu nina bobo pada sang putra.Arini membuka pintu rumah, di
Baca selengkapnya
48. Memutus Lingkaran Setan
Fina menatap tak percaya. Dia shock tentu saja mengetahui cerita yang ada. Tanpa sadar air matanya keluar. Emma baru saja menyelesaikan ceritanya tentang bagaimana Zio terlahir serta bagaimana hubungan antara Zio, Emma, Raphael dan keluarga Sri saat ini yang jauh dari kata harmonis."Jadi Zio terlahir dari rahim Ibu Arini?"Emma mengangguk."Tapi Om dan Tante orang tuanya."Sekali lagi Emma hanya mengangguk."Terus, setelah Om dan Tante kembali ke Perancis, Zio tinggal sama Eyang Rudolf?""Iya. Ayah merawat Nathan sampai Nathan berusia lima belas tahun. Awal kepergian kami ke Perancis dan juga Arini. Nathan sempat sakit. Tetapi Ayah mampu memberinya semangat hingga Nathan mampu menjalani kehidupannya. Berulang kali Ayah memintaku mengunjunginya tapi aku tak mau. Hatiku masih sakit.""Akhirnya Ayah yang mengalah. Setiap tahun dia membawa Nathan mengunjungi kami. Tentu mereka hanya berdua. Ibu dan keluarga Pandu jelas tak m
Baca selengkapnya
49. Sosok Asing
Sri tak bisa membendung air matanya. Bahkan sesekali Pandu harus menyeka air matanya dengan tissue. "Te-ri-ma ka-sih." Sri mengucap dengan terbatas-bata. Emma hanya tersenyum dan mulai menyuapi Sri lagi. Dengan telaten Emma menyuapi Sri membuat Sri merasa terharu sekaligus rasa bersalahnya semakin besar. 'Ya Tuhan, inilah anak yang sejak dulu kubenci? Ternyata dia begitu perhatian padaku.' Sri hanya bisa berkata dalam hati sementara Pandu hanya mengawasi penuh haru. Kini dia menyadari kenapa ayahnya begitu sayang pada Emma. Emma, adiknya adalah pribadi yang baik hati dan tulus. Sungguh Pandu merasa kerdil sekarang. Dia yang begitu dibanggakan tapi kalah jauh dengan Emma yang berjiwa besar. Aktivitas di ruang rawat Sri terlihat dari kaca pintu. Zio mengawasi tingkah ketiganya dengan sesekali memasang senyum lebar. Merasa cukup melihat, dia berbalik dan mendapati Fina yang sedang menatapnya dengan tajam. "Kenapa?" Fina mendesah l
Baca selengkapnya
50. Duo Nathan
"Ya ampun. Aku tahu dari dulu kamu cantik, Fin. Tapi gak nyangka kamu bakalan secantik ini."Sosok asing yang mengaku namanya Nathan, memandangi Fina dengan penuh kekaguman dari ujung rambut hingga ujung kaki. Membuat Fina merasa risih."Apa kabar? Lama ya gak ketemu. Hampir enam tahun."Nathan mengulurkan tangannya, mau tak mau Fina menyambut walau enggan. Kedua tangan bertemu, Nathan bahkan meremas tangan Fina membuat sang gadis segera menarik tangannya. Nathan menarik kursi di samping Zio dan segera duduk, dipandanginya wajah cantik Fina dan dia terus merecoki Fina dengan banyak pertanyaan."Kamu kuliah di sini? Ambil jurusan apa? Kamu ngekost dimana?"Dan bla bla bla. Fina sudah mulai risih sementara Zio yang berada di samping Nathan hanya bersedekap sambil sesekali terkekeh melihat tingkah Nathan yang terlalu terpesona dengan kecantikan Fina."Kamu sama siapa ke sininya? Sama kedua orang tua kamu atau kakak-kakakmu?"Fina hanya menunjuk Zio dengan lirikan matanya. Membuat Nathan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status